Rabu, 29 Agustus 2012

BADAI SEPANJANG MALAM


NASKAH DRAMA:
BADAI SEPANJANG MALAM
Karya MAX ARIFIN
 
Para Pelaku:
1.Jamil, seorang guru SD di Klaulan,Lombok Selatan,berumur 24 tahun
2.Saenah,istri Jamil berusia 23 tahun
3.Kepala Desa,suara pada flashback
 
 
Setting :
Ruangan depan sebuah rumah desa pada malam hari.Di dinding ada lampu
minyak menyala.Ada sebuah meja tulis tua. Diatasnya ada beberapa buku
besar.Kursi tamu dari rotan sudah agak tua.Dekat dinding ada balai balai .Sebuah radio transistor juga nampak di atas meja.
 
 
Suara :
Suara jangkerik.suara burung malam.gonggongan anjing di kejauhan.Suara Adzan subuh.
 
Musik:
Sayup sayup terdengar lagu Asmaradahana,lewat suara sendu seruling
 
Note:
Kedua suami istri memperlihatkan pola kehidupan kota.dengan kata lain,mereka berdua memang berasal dari kota.tampak pada cara dan bahan pakaian yang mereka kenakan pada malam hari itu.mereka juga memperlihatkan sebagai orang yang baik baik.hanya idelisme yang menyala nyala yang menyebabkan mereka berada di desa terpencil itu.
 
01.Begitu layar tersingkap, nampak jamil sedang asyik membaca.Kaki nya ditelusurkan ke atas kursi di depannya.Sekali sekali ia memijit mijit keningnya dan membaca lagi.Kemudian ia mengangkat mukanya,memandang jauh ke depan,merenung dan kembali lagi pada bacaannya.Di kejauhan terdengar salak anjing melengking sedih.Jangkerik juga menghiasi suasana malam itu. Di kejauhan terdengar seruling pilu membawakan Asmaradahana.
Jamil menyambar rokok di atas meja dan menyulutnya.Asap berekepul ke atas.Pada saat itu istrinya muncul dari balik pintu kamar.
 
 
02.Saenah :
Kau belum tidur juga?kukira sudah larut malam.Beristirahatlah,besok kan hari kerja?
 
03.Jamil:
Sebentar,Saenah.Seluruh tubuhku memang sudah lelah,tapi pikiranku masih saja mengambang ke sana kemari.Biasa, kan aku begini malam malam.
 
04.saenah:
Baiklah.tapi apa boleh akuketahui apa yang kaupikirkan malam ini?
 
05.jamil:
Semuanya,semua apa yang kupikirkan selama ini sudah kurekam dalam buku harianku,Saenah.Perjalanan hidup seorang guru muda-yang ditempatkan di suatu desa terpencil-seperti Klulan ini kini merupakan lembaran lembaran terbuka bagi semua orang.
 
06.Saenah:
Kenapa kini baru kau beritahukan hal itu padaku?Kau seakan akan menyimpan suatu rahasia.Atau memang rahasia?
 
07.Jamil:
Sama sekali bukan rahasia ,sayangku! Malam malam di tempat terpencil seakan memanggil aku untuk diajak merenungkan sesuatu.Dan jika aku tak bisa memenuhi ajakannya aku akan mengalami semacam frustasi.Memang pernah sekali,suatu malam yang mencekam,ketika aku sudah tidur dengan nyenyak,aku tiba pada suatu persimpangan jalan di mana aku tidak boleh memilih.Pasrah saja.Apa yang bisa kaulakukan di tempat yang sesunyi ini?[Dia menyambar buku hariannya yang terletak di atas meja dan membalik balikkannya] Coba kaubaca catatanku tertanggal…[sambil masih membolak balik]..ini tanggal 2 oktober 1977.
 
08.Saenah:
[Membaca] “Sudah setahun aku bertugas di Klaulan.Suatu tempat yang terpacak tegak seperti karang di tengah lautan,sejak desa ini tertera dalam peta bumi.Dari jauh dia angker,tidak bersahabat:panas dan debu melecut tubuh.Ia kering kerontang,gersang.Apakah aku akan menjadi bagian dari alam yang tidak bersahabat ini?Menjadi penonton yang diombangkan ambingkan oleh…barang tontonannya.Setahun telah lewat dan selama itu manusia ditelan oleh alam”.[Pause dan Saenah mengeluh;memandang sesaat pada Jamil sebelum membaca lagi].”Aku belum menemukan kejantanan di sini.Orang orang seperti sulit berbicara tentang hubungan dirinya dengan alam.Sampai di mana kebisuan ini bisa diderita?Dan apakah akan diteruskan oleh generasi generasi yang setiap pagi kuhadapai?Apakah di sini tidak dapat dikatakan adanya kekejaman.”[Saenah berhenti membaca dan langsung menatap pada Jamil]
 
 
09.Jamil:
Kenapa kau berhenti?jangan tatap aku seperti itu,Saenah.
 
10.Saenah:
Apakah tulisan ini tidak keterlaluan?Bisakah ditemukan kejujuran di dalamnya?
 
 
11.Jamil:
Kejujuran kupertaruhkan di dalamnya,Saenah.Aku bisa mengatakan,kita kadang-kadang dihinggapi oleh sikap sikap munafik dalam suatu pergaulan hidup.Ada ikatan ikatan yang mengharuskan kita berkata “Ya!” terhadap apa pun,sekalipun dalam hati kecil kita berkata”Tidak”.Kejujuranku mendorong aku berkata,”Tidak”,karena aku melatih diri menjadi orang yang setia kepada nuraninya.Aku juga tahu, masa kini yang dicari adalah orang orang yang mau berkata”Ya”.Yang berkata “Tidak” akan disisihkan.[Pause] Memang sulit,Saenah.Tapi itulah hidup yang sebenarnya terjadi.Kecuali kalau kita mau melihat hidup ini indah di luar,bobrok di dalam.Itulah masalahnya.[Pause.Suasana itu menjadi hening sekali.Di kejauhan terdengar salak anjing berkepanjangan]
 
12.Saenah:
Aku tidak berpikir sampai ke sana. Pikiranku sederhana saja.kau masih ingat tentunya,ketika kita pertama kali tiba di sini,ya setahun yang lalu.Tekadmu untuk berdiri di depan kelas,mengajar generasi muda itu agar menjadi pandai.Idealismemu menyala nyala.Waktu itu kita disambut oleh Kepala Desa dengan pidato selamat datangnya.[S aenah lari masuk.Jamil terkejut.tetapi sekejap mata Saenah muncul sambil membawa tape recorder!] Ini putarlah tape ini.Kaurekam peristiwa itu.[Saenah memutar tape itu,kemudian terdengarlah suara Kepala Desa]’…Kami ucapkan selamat datang kepada Saudara Jamil dan istri.Inilah tempat kami.Kami harap saudara betah menjadi guru di sini.Untuk tempat saudara berlindung dari panas dan angin,kami telah menyediakan pondok yang barangkali tidak terlalu baik bagi saudara.Dan apabila Anda memandang bangunan SD yang cuma tiga kelas itu.Dindingnya telah robek,daun pintunya telah copot,lemari lemari sudah reyot,lonceng sekolah bekas pacul tua yang telah tak terpakai lagi.Semunya,semuanya menjadi tantangan bagi kita bersama.Selain itu,kami perkenalkan dua orang guru lainnya yang sudah lima tahun bekerja di sini.Yang ini adalah Saudara Sahli,sedang yang berkaca mata itu adalah Saudara Hasan.Kedatangan Saudara ini akan memperkuat tekad kami untuk membina generasi muda di sini.Harapan seperti ini menjadi harapan Saudara Sahli dan Saudara Hasan tentunya.”[Saenah mematikan tape.Pause,agak lama.Jamil menunduk,sedang Saenah memandang pada Jamil.Pelan pelan Jamil mengangkat mukanya.Mereka berpandangan]
 
 
13.Saenah:
Semua bicara baik-baik saja waktu itu dan semuanya berjalan wajar.
 
14.Jamil:
Apakah ada yang tidak wajar pada diriku sekarang ini ?
 
15.Saenah:
Kini aku yang bertanya:jujurkah pada nuranimu sendiri?Penilaian terakhir ada pada hatimu.dan mampukah kau membuat semacam pengadilan yang tidak memihak kepada nuranimu sendiri?Karena bukan mustahil sikap keras kepala yang berdiri di belakang semuanya itu.Terus terang dari hari ke hari kita seperti terdesak dalam masyarakat yang kecil ini.
 
16.Jamil:
Apakah masih harus kukatakan bahwa aku telah berusaha berbuat jujur dalam semua tindakanku?Kau menyalahkan aku karena aku terlalu banyak bilang”Tidak” dalam setiap dialog dengan sekitarku.Tapi itulah hatiku yang ikhlas untuk ikut gerak langkah masyarakatku.Tidak,Saenah.Mental masyarakat seperti katamu itu tidak terbatas di desa saja, tapi juga berada di kota
 
17.Saenah:
Kau tidak memahami masyarakatmu.
 
18.Jamil:
Masyarakat itulah yang tidak memahami aku.
 
19.saenah:
siapa yang salah dalam hal ini.
 
20.Jamil:
Masyarakat.
 
21.Saenah:
Yang menang ?
 
22.Jamil:
Aku
 
23.Saenah:
Lalu ?
 
24.Jamil:
Aku mau pindah dari sini.[Pause. Lama sekali mereka berpandangan.].
 
25.Saenah:
[Dengan suara rendah]Aku kira itu bukan suatu penyelesaian.
 
26.Jamil:
[Keras] Sementara memang itulah penyelesaiannya.
 
27.Saenah:
[Keras]Tidak! Mesti ada sesuatu yang hilang antara kau dengan masyarakatmu.Selama ini kau membanggakan dirimu sebagai seorang idealis.Idealis sejati,malah.Apalah arti kata itu bila kau sendiri tidak bisa dan tidak mampu bergaul akrab dengan masyarakatmu.[Pause]
 
[Lemah diucapkan]Aku terkenang masa itu,ketika kau membujuk aku agar aku mu datang kemari[Flashback dengan mengubah warn cahaya pelan pelan.Memakai potentiometer.Bisa hijau muda atau warna lainnya yang agak kontras dengan warna semula.Musik sendu mengalun]
 
28.Jamil:
Aku mau hidup jauh dari kebisingan,Saenah.Aku tertarik dengan kehidupan sunyi di desa,dengan penduduknya yang polos dan sederhana.Di sana aku ingin melihat manusia seutuhnya.Manusia yang belum dipoles sikap sikap munafik dan pulasan belaka.Aku harap kau menyambut keinginanku ini dengan gembira,dan kita bersama sama kesana.Di sana tenagaku lebih diperlukan dari pada di kota.Dan tentu banyak yang dapat aku lakukan.
 
29.Saenah:
Sudah kaupikirkan baik baik? Perjuangan di sana berarti di luar jangkauan perhatian.
 
30.Jamil:
Aku bukan orang yang membutuhkan perhatian dan publikasi.Kepergianku ke sana bukan dengan harapan untuk menjadi guru teladan.Coba bayangkan,siapa pejabat yang bisa memikirkan kesulitan seorang guru yang bertugas di Sembalun,umpamanya?Betul mereka menerima gaji tiap bulan.Tapi dari hari ke hari dicekam kesunyian,dengan senyum secercah terbayang di bibirnya bila menghadapi anak bangsanya.dengan alat alat serba kurang mungkin kehabisan kapur,namun hatinya tetap di sana.Aku bukan orang yang membutuhkan publikasi,tapi ukuran ukuran dan nilai nilai seorang guru di desa perlu direnungkan kembali.Ini bukan ilusi atau igauan di malam sepi,Saenah.Sedang teman teman di kota mempunyai kesempatan untuk hal hal yang sebaliknya dari kita ini.Itulah yang mendorong aku,mendorong hatiku untuk melamar bertugas di desa ini.
 
 
31.Saenah:
Baiklah, Sayang.Ketika aku melangkahkan kaki memasuki gerbang perkawinan kita,aku sudah tahu macam suami yang kupilih itu.Aku bersedia mendampingimu.Aku tahu,apa tugas utamaku disamping sebagai seorang ibu rumah tangga.Yaitu menghayati tugas suami dan menjadi pendorong utama karirnya.Aku bersedia meninggalkan kota yang ramai dan aku sudah siap mental menghadapi kesunyian dan kesepian macam apa pun.Kau tak perlu sangsi.[Pause senbentar.Pelan pelan lampu kembali pada cahaya semula]
 
32.Saenah:
Kini aku menjadi sangsi terhadap dirimu.Mana idealisme yang dulu itu? Tengoklah ke kanan.apakah jejeran buku-buku itu belum bisa memberikan jawaban pada keadaan yang kauhadapi sekarang?Di sana ada jawaban yang diberikan oleh Leon Iris,Erich Fromm,Emerson atau Alvin Toffler.Ya,malam malam aku sering melihat kau membuka-buka buku-buku Erich Fromm yang berjudul The Sane Society atau Future Shock nya Alvin Toffler itu.
 
33.Jamil:
Apa yang kau kauketahui tentang Eric Fromm dengan bukunya itu? Atau Toffler?
 
34.Saenah:
Tidak banyak.Tapi yang kuketahui ada orang-orang yang mencari kekuatan pada buku-bukunya.Dan dia tidak akan mundur walau kehidupan pahit macam apa pun dosodorkan kepadanya.karena ia mempunyaai integritas diri lebih tinggi dri orang-orang yng menyebabkan kepahitan hidupnya.apakah kau menyerah dalam hal ini?Ketika kau melangkahkan kakimu memasuki desa ini terlalu bnyak yang akan kausumbngkan padanya,ini harsus kauakui.Tapi kini-akuilah-kau menganggap desa ini terlalu banyak meminta dirimu.Inilah resiko hidup di desa.Seluruh aspek kehidupan kita disorot.Smpai sampai soal pribadi kita dijadikan ukuran mampu tidaknya kita bertugas.Dan aku tahu hal itu.Karena aku kenal kau.[Suasana menjadi hening sekali.Pause]
Aku sama sekali tak menyalahkan kau.malah dim diam menghargai kau, dan hal itu sudah sepantasnya.Aku tidak ingin kau tenggelam begitu saja dalam suatu msyarakat atau dalam suatu sistem yang jelek namun telah membudaya dalam masyarakat itu.Di mana pun kau berda.juga sekiranya kau bekerja di kantor.Kau pernah dengan penuh semangat menceritakan bagaimana novel karya Leon Uris yang berjudul QB VII.Di sana Uris menulis,katamu bahwa seorang manusia harus sadar kemanusiaannya dan berdiri tegak antara batas kegilaan lingkungannya dan kekuatan moral yang seharusnya menjadi pendukungnya.Betapapun kecil kekuatan itu.Di sanalah manusia itu diuji.Ini bukan kuliah.Aku tak menyetujui bila kau bicara soal kalah menang dalam hal ini.Tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang.Dialog yang masih kurang.
 
 
34.Jamil:
Aku mungkin mulai menyadari apa benda yang hilang yang kaukatakan tadi.generasi sekarang mengalami kesulitan dalam masalah hubungan.Hubungan antar sesama manusia.Mereka mengalami apa yang disebut kegaguan intelektual.kita makin cemas,kita seakan akan mengalami kemiskinan artikulasi.Disementara sekolah di banyak sekolah malah,mengarang pun bukanlah menjadi pelajaran utama lagi,sementara makin banyak gagasan yang harus diberitahukan ke segala sudut.Pertukaran pikiran makin dibutuhkan.
 
 
35.Saenah:
Ya,seperti pertukaran pikiran malam ini.Kita harus yakin akan manfaat pertukaran .Ada gejala dalam masyarakat di mana orang kuat dan berkuasa segan bertukar pikiran.Untuk apa ,kata mereka.Kan aku berkuasa.
 
36.Jamil;
Padahal nasib suatu masyarakat tergantung pada hal-hal itu.Dan kita jangan melupakan kenyataan bahwa masyarakat itu bukan saja berada dalam konflik dengan orang-orang yang mempunyai sikap yang tidak sosial tetapi sering pula konflik dengan sifat sifat manusia yang paling dibutuhkan,yang justru ditekan oleh masyarakat itu sendiri.
 
37.Saenah:
Itu kan Erich Fromm yang bilang.
 
38.Jamil:
Memang aku mengutip dia.[Dari kejauhan terdengar suara bedug subuh kemudian adzan]
 
39.Saenah:
Aduh,kiranya sudah subuh.Pagi ini anak-anak menunggumu,generasi muda yang sangat membutuhkan kau.
 
40.Jamil:
Aku akan tetap berada di desa ini,sayangku.
 
41.Saenah:
Aku akan tetap bersamamu.Yakinlah.[Jamil menuntun istrinya ke kamar tidur.Musik melengking keras lalu pelan pelan,sendu dan akhirnya berhenti].
 
 
Catatan:
Naskah ini pernah dimuat dalam buku Kumpulan Drama Remaja, editor A.Rumadi.Penerbit PT Gramedia Jakarta,1988,halaman 25-33

SAKIT ANEH SANG BAGINDA


SAKIT ANEH SANG BAGINDA

Baginda Raja
Permaisuri
Dayang
Tabib
Abu Nawas
Prajurit I
Prajurit II

Narator : Disebuah negeri timur tengah, berdrilah sebuah kerajaan yang sangat besar dan megah. Tanahnya subur dan berlimpah ruah hasilnya, membuat rakyatnya hidup rukun dan sejah terah. Apalagi kerjaan itu dipimpin oleh seorang raja yang tampan dan gagah berani, membuat negeri itu aman dan damai. Saksikanlah……….!!!

Adegan I

Baginda : (Sambil meletakan swendoknya dalam piringya Islu menarik nafas panjang dalam-dalam dengan tatapan matanya, yang sayup memperhatikan hidangan yang disiapkan). Permaisuriku….?

Permaisuri : ”Ada apa bagindaku…..?

Baginda : “Begini permaisuriku, perutku tersa kering dan mual-mual, rasanya mau muntah sehingga selera makanku menjadi hilang”

Permaisuri : “Ma’af bagindaku, mungkin masakannya kurang enak ya?”

Baginda : “Tidak permaisuriku, makananya sudah enak sekali.”

Pemaisuri : (Permaisuri tidak putus asa, lau memanggil dayangnya). “Dayang….dayang, kemarilah….!

Dayang : (Dengan rergesah-gesah sambil membungkukan badan). “permaisuri memanggil hamba….?”

Pemaisuri : “Ambilkan masan jamur untuk baginda!”

Dayang : “ Baiklah, hamba segera melaksanakan tittah paduka.” (sambil memebawa makanan), “ini makanan untuk paduka, permaisuri”

Permaisuri : “Kembalilah danyangku. Paduka cobalah makan ini mungkin bias mengembalikan selerah makan baginda.”

Baginda :(Mengambil satu sendok nasi lalu mencicipinya…..kemudian)”kauk…kuak…kuak.” (sampai muntah)

Permaisuri : (Dengan tergesah-gesah). “dayang…..dayang…tolong panggilkan tabib kerajaan!”

Dayang : “Ia permaisuri (dengan tergesah-gesah dayang keluar dari ruangan itu dan memanggil tabib. Kemudian dalam waktu yang singkat, dayang kembali dengan seorang tabib kerajaan).

Tabit : “ Ampun permaisuri, adakah yang bisa hambah perbuat….?”

Permaisuri : “Begini tabib, hampir sebulan ini selerah makan baginda terganggu.”

Tabit : “Hamba mohon ampun baginda, ijinkan hamba memeriksa keadaan baginda. (tabib mendekati baginda dan langsung memeriksanya).

Permaisuri : “Bagaimana keadaannya….tabib….?”

Tabib : “Mohon ampun paduka, hamba tidak dapat menemukan penyakit dalam diri baginda, sekali lagi ma’af permaisuri.”

Permaisuri : (Menggeleng-gelengkan kepalanya), “bagaimana ini tabib, apakah tidak ada jalan lain lagi untuk mengetahui penyakit baginda raja….?

Tabib : “Mohon amapun permaisuri, hamba sarankan kalau bisa memanggil abunawas yang mungkin bisa menyembuhkan penyakit baginda raja.

Narator : Pergilah tabib menemui abunawas dan berceritalah mereka tentang penyakit aneh sang baginda raja. Apakah baginda raja dapat disembuhkan…? Apakah abunawas mampu melakukan yang terbaik unttu baginda raja? Saksikan……..!!!

Adegan II

Tabib : “ Abunawas” (sambil menundukkan kepala). “salam sejahtera baginda raja”

Baginda : Apakah kamu yang bernama abunawas….?

Abunawas : “ Mohon ampun baginda, hamba yang bernama abunawas”

Baginda : “ Apakah kamu bisa mengobati penyakitku ini….?

Abunawas : “ Ampun baginda raja, hamba sudah mendengar semua dari tabib kerajaan tentang apa yang paduka derita.”

Baginda : “ Menurutmu, adakah obat yang bisa menyembuhkan penyakitku ini….?”

Abunawas : “ Ada paduka yang mulia.”

Baginda : (Sambil berdiri dengan wajah yang berseri- seri ). “Obat apakah itu abunawas….?

Abunawas : “ Hamba punya saran, di hutan tutupan ada kijang berbulu putih yang dagingnya sagat lezat.”

Baginda : “ Lalu….?”

Abunawas : “ Syaratnya…. Baginda harus menangkap sendiri kijang berbuluh putih itu, apakah baginda sanggup….?”

Baginda : “ Baiklah abunawas, saya sanggup dan besok pagi kita berangkat.” (tanpa ragu-ragu).

Narator : Kemudian pulanglah abunawas ke rumahnya yang letaknya tidak jauh dari singgasana. Abunawas pulang untuk mempersiapkan senua perlengkapan yang akan dibawah. Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Baginda, abunawas dan prajurit kerajaan sudah siap di depan singgasana untuk melakukan perjalanan. Mari…..! kita saksikan adegan berikut ini…..!!!

Adegan III

Baginda : “ Abunawas, apakah semua perlengkapan sudah disiapkan?”

Abunawas : “ Bagaimana prajurit, apakah perlengkapan dari singgasana sudah disiapkan?”

Prajurit 1,11 : “Ampun baginda semuanya sudah siap.”

Baginda : “ Kita berangkat sekarang.”

Narator : Rombongan paduka berangkat dengan membawa perlengkapan berburu, tetapi abunawas sengaja membawa nasih putih, air putih, garam, dan asam. Perjalanan cukup panjang dan melelahkan namun, untuk mencapai tujuan, merekapun dengan bersemangat melanjutkan perjalanannya. Maka tibalah mereka di tegah-tegah hutan. Saksikan…!!!

Adegan IV

Baginda : “ Abunawas, selama perjalanan sampai di tengah hutan ini, tidak satupun binatang yang kita temukan.”

Abunawas : “ Memang betul paduka yang mulia, di sini ada semak-semak duri.”

Baginda : “ Kalau disini hanya semak-semak duri, lalu di mana kijang berbulu putih itu….?”

Abunawas : (Diam sejenak sambil tersenyum). “Begini baginda raja, konon kabar kijang berbulu putih itu muncul secara tiba-tiba.”

Baginda : (Sambil mengusap keringat dan menghela napas panjang). Oh… begitu ya abunawas?

Abunawas : “ Ya baginda raja. Kalau begitu, kita istirahat dulu sambil mencari sumber air.”

Baginda : “ Baiklah abunawas.”

Prajurit 1 : “ Mohon ampun paduka, tidak jauh dari sini ada sumber mata air.”

Abunawas : “ Oh…benar paduka. Lebih baik kita segera ke sana.”

Narrator : Lalu dengan langkah pasti, paduka bersama abunawas, dan prajurit-prajuritnya bergegas menuju sumber mata air dan tidak lama kemudian mereka tiba di sumber mata air tersebut. Saksikan….!!!

Adegan V

Baginda : (Menghela napas panjang). “ oh….indah sekali abunawas keadaan ala mini, airnya sangat jernih yang membuatku tidak tahan lagi untuk meminumnya. Dengan air ini, benar-benar menghilangkan dahagaku.”

Abunawas : “Betul paduka, air sangat jernih.”

Prajurit 1,11 : “Mohon ampun paduka, ijinkan hamba memita paduka untuk beristirahat di sini (menunjukkan tempat yang disediakan).”

Baginda : “Terimah kasih prajuritku.” (berjalan memnuju tempat istirahat)

Abunawas : “Ampun baginda, ijinkan hamba untuk mencari ikan di muara itu. (sambil menuju ke arah muara yang tidak jauh dari peristirahatan mereka).”

Baginda : “Oh…silakan abunawas, kebetulan perutku sudah lapar.”

Abunawas : “mohon ampun baginda, hamba dan prajurit segera mencari ikan di sana.”

Narrator : Lalu abunawas bersama prajurit menuju ke muara. Saksikan apakah mereka benar-benar menemukan ikan di muara….?

Adegan VI

Prajurit 11 : “Abunawas, lihatlah ternyata di muara ini banyak sekali ikannya dan sungguh menakjutkan.”

Abunawas : “Oh….betul sekali prajurit.jika kita bisa menangkapnya maka kita akan menikmatinya sampai puas. (sambil menanjapkan sebilah bambu yang sudah diruncing ke arah ikan-ikan di muara).”

Narrator : Berkali-kali abunawas menancapkan bambu ke arah ikan, sehingga ia mendapat beberapa ikan yang sangat besar. Lalu abunawas bersama prajurit bergegas menuju ke tempat baginda beristirahat, sambil membawa ikan hasil tangkapan mereka.

Prajurit 1 : “Mohon ampun baginda, abunawas dan prajurit sudah dating dan membawa bebberapa ikan hasil tangkapan.”

Baginda : “Oh…ikannya besar sekali, rupanya mereka pandai menangkap ikan.”

Abunawas dan prajurit: (dengan wajah tersenyum, tibalah mereka di tempat peristirahatan baginda raja).

Abunawas : “Mohon ampun baginda raja, imilah ikan tangkapan kami.”

Baginda : “kalau begitu bakarlah ikan-ikan itu.”

Abunawas : “Baiklah baginda, hamba akan melakukan perintah.” (sambil tersenyum).

Narator : Bergegaslah abunawas membakar ikan hasil tangkapan mereka dengan hati gembira, abumawas mengkipas bara api sehingga aroma ikan-ikan itu tercium hidung baginda raja. Setelah ikan-ikan itu matang, abunawas membuka bungkusan bekal yang dibawanya. Saksikan…..!!!

Adegan VII

Abunawas : (Sambil menyungguhkan ikan baker yang lezat itu kehadapan baginda raja ). “ampun baginda, ijinkan hamba mempersilakan paduka menikmati ikan-ikan bakar ini.”

Baginda : “Terimah kasih abunawas.”

Narrator : Ternyata baginda raja sangat menikmati masakan-masakan yang sudah disiapkan abunawas bersama prajuritnya. Saksikan…..!!!

Adegan VIII

Baginda : “Abunawas, ikannya enak sekali seperti makanan ini akan saya habiskan.”

Abunawas : “Ampun baginda raja, dengan makanan ini apaka selerah makan baginda sudah pulih kembali?”

Baginda : “Ya, rasanya selerah makanku sudah pulih. Kalau begitu lanjutkan perjalanan mencari kijang berbulu putih itu.”

Abunawas : “Ampun baginda raja, sebenarnya kijang berbulu putih itu tidak ada.”

Baginda : “lalu, bagaimana kita harus mendapatkan obat unttuk penyakitku ini?”

Abunawas : “Mohon ampun baginda, baginda tidak perlu mencari obat lagi, karena selerah makan baginda sudah pulih kembali.”

Baginda : “Kamu benar-benar abunawas, penyakit anehku sudah sembuh. Bagaimana ini bisa terjadi?”

Abunawas : “Menurut hamba, sebenarnya baginda tida menderita penyakit apapun karena selama ini ketika makan, perut baginda belum terasa lapar apa lagi baginda tidak banyak bergerak.”

Baginda : “Kamu benar-benar cerdik abunawas, kalau begitu lain waktu kita berburu lagi.”

Abunawas : (Sambil tertawa terbahak-bahak) “ha…..ha….ha……ha…….”

Narator : Demikianlah kisah cerita “ SAKIT ANEH SANG BAGINDA” yang membuat kita semakin penasaran untuk mencari tahu apakah kijang putih itu benar-benar ada? sebaga akhir kata “saya ingin menyampaikan mohon ma’af dari hati yang paling dalam bila ada kata-kata dan kalimat yang kurang menyenang di hati para pembaca.”

Lakon Remaja SALAH SMS


Lakon Remaja
SALAH SMS

Karya  Paulus PN Simangunsong

JUARA Harapan 1
LOMBA PENULISAN NASKAH TEATER REMAJA TAMAN BUDAYA JAWA TIMUR 2006

Para tokoh

Nina   Pelajar SMA
Togi   Abang ipar Nina
Kakak Nina  Istri Togi

Dandi   Pacar Nina
Tono   Pengagum Nina

Ruri   Teman Nina yang sering iri
Tuti   Teman Nina

Orang 1  Kelompok Ruri
Orang 2  Kelompok Ruri

Kepala sekolah 
Guru

Para pelaku tidak bicara

BAGIAN 1

KANTIN SEKOLAH. PAGI. 
LAGU GARUDA PANCASILA DALAM IRAMA DANGDUT. 
BUNYI LONCENG TANDA ISTIRAHAT. TERDENGAR SORAK-SORAI GEMBIRA.  PARA MURID MENARI DAN MENYANYI 

Wo wo wo…
Tiba saatnya istirahat sekolah
Ya ya ya…
Lupakan sejenak ilmu eksakta
Ya ya ya  wiyuuu…
      
Andai tak ada gedung sekolah
Mungkin belajar di jalan raya
Berbaur dengan pedagang kaki lima

Menggelar alas koran di trotoar kota

Wo wo wo…
Tiba saatnya istirahat sekolah
Ya ya ya…
  Lupakan sejenak ilmu eksakta
Ya ya ya  wiyuuu…
 
Bukannya benci belajar
Bukannya tak ingin pintar
Tapi hati ingin senang sejenak

Istirahatkan otak walau sesaat

Wo wo wo… Ye ye ye…


TELEPON GENGGAM BERBUNYI KENCANG MENANDAKAN SMS MASUK.


RURI (latah) 
Copot…copot…copot….copot. Eh, copot. Hhhh… suaranya kencang banget. Bikin kaget. Nggak ada yang lebih kenceng lagi? SMS nih. Baru pegang eh, sudah ngagetin. Bagaimana kalau lama? Atau sambil dielus-elus? Bisa mati jantungan aku.


NINA  
Baca saja! Makanan datang nih. Ruri, kamu masih sering lewat taman? Hati-hati lho! Aku baca di koran tadi pagi, semalam ada pemerkosaan disana.  

RURI  
Iya. Aku juga dengar dari Bapak. Selanjutnya lebih baik pulang Lewat depan kelurahan walau sedikit jauh memutar. Tidak apa-apalah? Daripada ada apa-apa. (membaca sms. Kaget . Menyembunyikan rasa kaget)

NINA   
Dari siapa? Apa pesannya?

RURI (gugup)
Belum baca kok he he he… Aduh! Tiba-tiba ingin ke WC. Tunggu sebentar ya! Sampai nanti. (meninggalkan hp)

NINA (menyantap makanan. Sms tidak dibaca) 
Tingkahnya aneh bin ajaib? Ooo… mungkin kena sindrom HIV stadium empat HIV, Hasrat Ingin Vivissssss…

LONCENG ISTIRAHAT SELESAI. NINA BURU-BURU MEMBAYAR LALU MASUK KELAS

LAMPU BERUBAH

MEJA-KURSI KANTIN BERUBAH POSISI MENJADI MEJA-KURSI DI KELAS. 

BAGIAN 2

DALAM KELAS. SIANG.
MURID-MURID MASUK SETELAH JAM ISTIRAHAT SELESAI.
RURI MENYANYI DENGAN TEMAN-TEMANNYA.


RURI (Menyanyi)
Hai teman-teman
Ada berita bagus
Bukan akal bulus 
Kalian tentu senang
Sini sini aku bisikkan
  
Di antara kita semua
Ada yang ihh… nggak tega

SEMUA  
Ada apa sih 
Bikin penasaran 

RURI  
Di antara kita semua
Salah satu teman kita 
Sudah bercinta tadi malam ah ah ah…
Bukan hanya itu saja
Tapi ada kondom dom dom dom

SEMUA  
Siapa? Siapa? Bohong lagi kan?

RURI  
Eee… Sini…Sini (Berbisik)

SEMUA 
Nggak mungkin. Nggak mungkin. 
Nina itu anak baik-baik 
Nggak mungkin berbuat tak baik.
Pacarnya alim 
Belajarnya rajin
Jadi nggak mungkin, nggak mungkin benar

RURI  
Memang orang alim nggak tahu yang enak? Tidak suka yang enak-enak? Salah. Justru mereka  lebih gila imajinasinya. Sadar! Sadar! Air tenang menghanyutkan toh? Siapa tahu pacarnya Nina menghanyutkan? Siapa tahu? Eh, siapa tahu waktu dia melamun ternyata membayangkan kita lagi telanjang? Hiiii seram kan?

ORANG 1 
Tidak usah munafik Ruri! Bukannya suka?

RURI  
Kalau pacarnya Nina mau? Ya, mau juga sih.

SEMUA  
Huuu…

RURI  
Tapi benar lho. Dengan mata kepala sendiri kubaca SMS itu. Malah Lebih dulu baca daripada Nina. Tadi barusan. Aku pura-pura ke WC, terus kesini memberitahu kalian. Dibilangin tidak mau percaya.

SEMUA 
Apa? Apa? Apa?

RURI(Mengawasi Sekitar. Mulai Banyak Yang Masuk Kelas.)

Sayang titik titik titik. (Menjelaskan) Titiknya ada tiga. 
Melanjutkan Isi Sms) Tadi malam, koma, aku tidak pakai 
kondom ,titik, hari ini sudah beli. (Mengageti) Kondom!

ORANG 2 (Latah) 
Kondom…kondom eh kondom.

SEMUA (Tertawa)

ORANG 1 (Ikut Latah) 
Udah dom dom dom eh dom.

SEMUA (Tertawa)

ORANG 2 
Udah nggak keset keset keset lagi dong?

ORANG 1 
Blong?

ORANG 2 
Bolong?

RURI  
Ompong. Melompong. Tapi enak kali ya?

SEMUA 
Enak tenan… sst sst sst!

NINA (Masuk Tanpa Merasa Ada Apa-Apa. Teman-Temannya Menatap Aneh. Guru Masuk.) 


LAMPU BERUBAH


BAGIAN 3

RUANG TAMU KELUARGA TOGI. SORE.
TOGI DAN ISTERI SEDANG BERSANTAI.

TOGI     
Penonton tahu tidak? Ini apa? Tidak tahu? Masa tidak tahu? Wah ketinggalan jaman. Ini namanya EICH PI. Telepon seluler. HAP…PE. HAP… PE ini baru ganti onderdil. Bukan ganti EL SI DI antena atau KI PET  tapi SIM KART.  SIM KART  lama diganti dengan yang  baru. SIM KART lama sudah kadaluwarsa soalnya kelamaan tidak diisi pulsa. Maklum! BBM naik, listrik naik, ongkos bus kota naik. Semua serba naik. Kere jadinya. Semua harus hemat. 

Pulsa pun dihemat. Karena terlalu hemat, tenggang waktu aktif SIM KART              habis. Jadi harus beli kartu baru. Yang menyebalkan, nomor telepon  teman-teman di SIM KART lama ikut hilang. Terpaksa deh bercapek- capek ria mendata lagi nomor-nomor telepon. 

Satu-satu masukin punya ibu 
Dua-dua masukin punya ayah
Tiga-tiga masukin punya istri
Satu dua tiga baru yang lainnya. 

Capek juga memasukan semua nomor. Untung pernah membuat backup di buku telepon. Kalau tidak, harus tanya lagi ke orangnya. Hilang dong nomor si gadis cantik. 
Sebenarnya bukan itu yang menarik. Tapi ini nih (Bunyi Sms Masuk) Nah! Datang lagi. Betul dia lagi. (Membaca) Aku tidak kenal anda. 
Jelas saja tidak kenal. Aku juga tidak kenal anda. Tadinya kupikir ini nomor istriku tercinta, si super galak. Ternyata bukan. Mungkin keliru memasukkan data nomor, jadinya salah ke nomor orang lain.
Jaman begini harus hemat. Kurangi pemakaian telepon! Manfaatkan fasilitas SMS semaksimal mungkin! Andai saja ada gerakan massal anti menelepon, tentu penghematan besar-besaran. Semua serba SMS. Dijamin negara tetangga tidak akan tertarik membeli perusahaan telepon negara kita. 
Namun sungguh celaka. Bangsa kita suka gosip. Negeri doyan ngerumpi. Bisa berjam-jam cuap-cuap di telepon. Cuap-cuap apa saja. Dari harga cabe melambung tinggi hingga gosip artis kawin-cerai. Susah! Lihat saja berapa banyak acara psst psst… artis di televisi! Semua stasiun televisi punya. 

Yang ini harus dipertahankan. Apalagi dia sekolah di tempat yang putri-putrinya terkenal cantik jelita. Kan sudah jadi rahasia umum kalau wanita sekarang suka dengan lelaki yang lebih tua. Apalagi sudah berkeluarga, banyak dicari. Sudah pengalaman, kata mereka. Ditambah pula bisa memberikan hadiah bedak atau baju baru, maka jadilah pasangan bersenang-senang dan terus ke… penonton terusin sendiri deh!

Ups, tapi ini kan sekolah adik iparku? Ngeri juga kalau sampai tercium SMS-an dengan anak sekolah. Bisa lumat aku. Tapi ada ini. Otak. Otak mencari siasat.

KAKAK NINA 
Siasat apa?

TOGI   
Tidak ada apa-apa. Aku lagi bersiasat agar hemat pulsa.

KAKAK NINA   
Kirain siasat ngibulin istri. Pah, pinjam HP!

TOGI   
Nah itu siasat pertama. Tidak meminjamkan HP kepada istri.

KAKAK NINA  
Sebentar saja. Nggak bakalan dimakan. Pulsa Mama habis. Pinjam dong ! Sebentar saja.

TOGI  
Siasat kedua, tidak boleh meminjamkan HP kalau sebentar.

KAKAK NINA 
Ya sudah. Pinjamnya lama.

TOGI  
Siasat ketiga, tidak boleh meminjamkan HP, apalagi lama.

KAKAK NINA  
Pak Togi, aku kan isterimu? SMS sekali saja.

TOGI  
Kakaknya Nina, tidak boleh. Siasat keempat, tidak meminjamkan  HP Untuk SMS. Apalagi istri.

KAKAK NINA (Sebal) 
Mau dipegang saja. (Togi Mau Menjawab). Itu siasat ketiga tidak meminjamkan HP untuk dipegang saja oleh istri. Awas ya! Nanti malam tidak boleh pegang-pegang! Titik (Keluar)

TOGI  
Itu beda. Kalau urusan pegang itu nggak pakai siasat-siasatan. Istriku! Istriku! Puasa lagi malam ini. Gara-gara HP ini sih. Gencatan senjata deh. Istriku!(Mengejar)


LAMPU BERUBAH

BAGIAN 4 

DALAM KELAS. PAGI.
MEJA DAN KURSI TERSUSUN RAPI. DI KELAS HANYA ADA NINA DAN TUTI.

NINA (Menyanyi)
Kepada angin dan matahari
Kemana jawab akan kutemui
Tak tahu aku apa yang terjadi
Seolah aku kembang bangkai mati
Baunya tajam menusuk nurani

Sahabat saja yang aku cari
Yang telah ada pergi menjauhi

Apalah arti hidup begini
Seperti mati
Sendiri dan sepi

Perjalanan kehidupan
Butuh teman untuk berbagi 
Walau tak abadi tapi berganti
Sesaat saja dibutuhkan hati
Hati yang damai
Teman yang ramai

TUTI   
Aku masih sahabatmu. Tak usah risau. Tapi jujur Nin! Kita kan sahabat.
Aku butuh kejujuranmu. Benar tidak isi SMS itu? Terus terang! Tidak usah malu atau sungkan. Aku sahabat yang bisa menjaga rahasia. Kamu tahu sendiri kan?

NINA   
Kamu sahabat sejati Tuti. Isi SMS itu benar. Tapi tidak ada Hubungannya denganku.

TUTI  
Tidak ada hubungan? Dia tahu nomormu. Dia menge-SMS berkali-kali. Dia tahu sekolahmu. Untung dia belum tahu rumahmu. Apa dia  sudah tahu lagi?

NINA  
Itu aku yang beritahu. Maksudku, agar dia percaya kalau dia salah SMS. Aku kasih tahu kalau aku bukan istrinya. Aku ini anak sekolah. Eh malah SMS lagi istriku bisa saja. Untungnya, masalah tempat tinggal dia tidak kuberitahu.

TUTI  
Tapi Nina, bahaya memberitahu identitas kepada orang tidak dikenal. Siapa tahu dia pembunuh berdarah dingin? Atau pemerkosa  yang mencari mangsa? Atau perjaka tua yang cari perawan tingting? Orang-orang jaman sekarang penuh tipu daya. Bukan hanya orang lain  atau tetangga yang ditipu, bahkan istri dan anak tega ditipu.
 
NINA  
Aku cuma ingin jujur. Berharap supaya dia mau mengirim SMS, menyatakan salah kirim SMS. Itu saja. Bukti itu akan jadi alatku melawan gosip miring yang beredar. Aku tidak tahan lagi tatapan mata aneh teman-teman karena SMS pertama itu?

TUTI  
Memang! Aku sahabatmu ikut terganggu. Kamu anak baik. Sepengetahuanku tidak pernah berbuat macam-macam. Aku percaya kamu seratus persen.

NINA  
Tapi dia tidak pernah meluluskan permintaanku. Malah ingin Kenalan lebih jauh. Mengejak bertemu. Kopi darat.

TUTI  
Terus mau?

NINA  
Ya tidak. Takut lah. Aku takut kalau dia berbahaya seperti katamu   tadi. Aduh bagaima ini? Kalau gosip ini sampai ke guru, bisa gawat. Pasti akan sampai ke Kepala Sekolah. Terus sampai juga ke keluarga. Gawat.

TUTI  
Kenapa tidak ditelepon saja? Sudah berusaha menelepon? Mungkin dengan begitu dia mau berbaik hati? Dugaanku kamu kenal dia. Niatnya hanya menggoda kamu. Main-main.

NINA  
Sudah. Tapi dia tidak mau mengangkat. Malah balas SMS hemat pulsa! Cintailah SMS seumur hidup! Lagian kan tidak surprise kalau  sudah ngobrol dulu? Mendingan ketemu langsung saja.Jadi, tidak  mungkin kita saling kenal. Bagaimana dong? Biasanya kamu banyak akal.

TUTI  
Masalah begini nggak berani kasih masukan deh. Urusannya bisa  panjang. Nanti ada apa-apa, aku ikut bertanggung jawab. Pertama-tama jadi saksi  lalu terdakwa. Saksi kan bisa jadi terdakwa? Nggak ah.

NINA  
Jadi dibiarin saja? Nanti teman-teman menganggap isi SMS itu  memang benar. Kelakuanku seperti gosip miring yang beredar sekarang  memang benar. Pembuktian dari sumber SMS bisa membantuku membersihkan nama. 

GURU (Masuk) 
Nina dipanggil Kepala Sekolah. 

NINA  
Baik Bu. Tuh kan? Pasti gosip sudah sampai.

TUTI  
Sementara diamin saja Nin. (Dilirik Guru) Bukan. Bukan Ibu.


LAMPU BERUBAH
MEJA-KURSI KELAS BERUBAH POSISI MENJADI MEJA-KURSI DI KANTOR KEPALA SEKOLAH


BAGIAN 5

RUANG KEPALA SEKOLAH.

KEPALA SEKOLAH  
Selamat pagi anak manis!

NINA        
Selamat pagi juga Ibu cantik!

KEPALA SEKOLAH  
Haus? Silahkan minum!

NINA        
Tidak Bu. Terima kasih.

KEPALA SEKOLAH  
Kamu cantik hari ini.

NINA         
Ah, Ibu bisa saja.

KEPALA SEKOLAH 
Sudah beli kondom ya? 

NINA        
Kondom?

KEPALA SEKOLAH  
Memalukan. Kamu menorehkan aib di sekolah ini. Tidak Ibu                               sangka. Anak cantik dan sepintar kamu bisa berbuat bejat. Serigala berbulu domba. Tanggalkan bulu domba itu! 

NINA  
Saya tidak pakai bulu Bu.

KEPALA SEKOLAH 
Maksud saya, kamu harus menanggalkan, melepaskan aib dari                             Sekolah ini. 

NINA (Kepada Diri Sendiri) 
Menanggalkan aib, melepaskan aib.  (Ke Kepala Sekolah) Bu ampun! Mohon jangan keluarkan saya dari sekolah! Bagaimana masa depanku Bu? Saya masih ingin belajar dan  bermain dengan teman-teman. Apa masalahnya Bu? Saya tidak              melakukan kesalahan apa-apa.

KEPALA SEKOLAH 
Tidak bersalah bagaimana? Hubungan badan di luar nikah bukan apa-apa? Masalah kondom anakku yang cantik kitik kitik kitik! Itu masalahnya. Saya akan siapkan surat pemecatanmu  dari sekolah ini. Segera pulang! Beresi buku-bukumu dari                             kelas.

NINA  
Saya tidak ngapa-ngapain kondom Bu. Benar! Tidak mencuri kondom    siapa- siapa. (Sadar) Ooo, masalah SMS itu ya Bu? Tidak Bu. Tidak.   Itu tidak benar. SMS itu salah kirim Bu. Salah kirim. Mohon, jangan Hanya mendengar dari satu sumber! Nomor pengirim SMS itu benar-benar tidak saya kenal. 

(GURU DAN RURI MASUK)

GURU  
Ada informasi tambahan (Berbisik Ke Kepala Sekolah)

KEPALA SEKOLAH 
Baik. Terima kasih. (Guru Dan Ruri Keluar) 
 
NINA  
Bu, saya benar-benar tidak bersalah.

KEPALA SEKOLAH 
Nina  Nina. Sulit bagi Ibu mempercayaimu. Masalah SMS  Kamu bantah. Sekarang ditambah lagi kamu berpacaran dengan pak Gatot. Berpacaran dengan gurumu sendiri. Itu sama sekali tidak etis. Dilarang. Tidak baik seorang murid                             berpacaran dengan gurunya. Tahu? Masih mau membantah?                             Menghindar? Alasan apa lagi akan keluar dari mulutmu?

NINA  
Masalah apa lagi ini? Itu lebih tidak benar lagi Bu. Saya mengagumi pak Gatot. Dia ganteng, simpatik, pintar mengajar dan kebetulan rumahnya searah rumah saya. Jadi sering jalan bersama. Saya memang menyukai pak Gatot. Kalau dia mau jadi pacar, saya tidak keberatan. 

KEPALA SEKOLAH (Ke Penonton). 
Saya juga mau tahu.

NINA   
Saya tidak ada apa-apa Bu. Kenapa Bu?

KEPALA SEKOLAH 
Saya mau tahu. Eh, maaf. Hmmm… baik-baiklah. Kamu bisa berceloteh apa saja. Silahkan cuap-cuap apa saja. Tapi Ibu  butuh bukti. Buktikan berita kondom itu benar-benar kesalah-pahaman! Kesalah- kiriman SMS. Ibu butuh bukti. Ibu tidak ingin ini jadi hal buruk di sekolah kita. Hubunganmu dengan pak Gatot akan Ibu usut lebih lanjut.

NINA  
Silahkan Bu! Saya sudah menghubungi si pemilik HP. Saya menelepon               langsung. Juga sudah saya SMS. Tapi dia tidak menggubris. Malah  mengajak kenalan segala. 

KEPALA SEKOLAH 
Ibu tidak mau tahu. Pokoknya kamu harus dapat bukti. Bagaimana caranya, Ibu tidak mau tahu dan tidak ikut campur. Kalau tidak ya bye bye. Sudah. Masuk kelas sana! Ibu tunggu paling lambat tiga hari.

NINA  
Baik bu.

LAMPU BERUBAH

MEJA-KURSI RUANGAN KEPALA SEKOLAH BERUBAH POSISI MENJADI MEJA-KURSI DI KELAS.


NINA (Masuk Kelas)

RURI (Menyanyi)
Nah lo ini dia
Gadis manis sok manis
Tapi bau amis hiii

TEMAN-TEMAN
Nah lo ini dia
Putri manis bukan gadis
Hiii

RURI  

Tak punya malu sedikitpun  

Tak bermoral secuilpun

Apa guna hidupmu
Kalau bernoda dirimu

SEMUA  
Nah lo ini dia
Gadis manis sok manis
Tapi bau amis hiii
Nah lo ini dia 
Putri manis bukan gadis
Hiii

SEMUA  
Pecat! Pecat! Usir! Usir! Tidak tahu malu he!

NINA (Keluar Sambil Menangis)

SEMUA  
Huuuuu….!


LAMPU BERUBAH 


BAGIAN 6

SUATU TEMPAT. SORE.


DANDI (Menyanyi)
Kekasih
Benarkah berita yang kudengar 
Jangan jadikan aku sedih
Aku ingin kejujuran
Kejujuran

Apalagi yang bisa kuharap
Semoga dewa cinta 
Masih menyatukan hati kita
Kalau tidak
Apa yang bisa kulakukan
Bila berita itu benar
Aku dibohongi selama ini 
Dibohongi beningnya mata
Dan lembutnya kata dari mulutmu
Apa aku kau bohongi

NINA (Menyanyi)
Tidak kekasih
Semua itu tidak benar
Kesalah paham semata
Dan salah kirim
Hhhh…

DANDI  
Aku tak percaya
Aku tak percaya
Tak bisa percaya begitu saja
Pasti ada sesuatu yang salah

Bagaimana dia bisa tahu kamu? Bagaimana bisa tahu? Berita ini pun telah diketahui kedua orang tuaku. Mereka menasehati  menjauhimu. Aku juga tidak ingin kena getah perbuatanmu.

NINA  
Dengan apa kubuktikan? Bagaimana caranya agar kau percaya?  Haruskah menggantung diri di jembatan merah? Berteriak-teriak di  perempatan lampu merah? Memasang iklan di koran-koran? Begitukah? Atau? Baiklah. Aku tidak menunggu lagi hingga malam pengantin. Aku  mau menyerahkan lebih cepat sebagai pembuktian. Toh aku akan  kehilangan itu suatu saat. Apa salahnya mempercepat. Carilah tempat  yang layak! Atau di sini saja? Tapi aku takut ada orang lewat.
  
Aku mencintaimu Dandi. Tidak ingin berpisah darimu. Aku patuh padamu  seumur hidupku. Bila aku kehilanganmu, tidak tahu harus berbuat apa. Ayolah!

DANDI (Tertawa) 
Tidak. Aku tidak bodoh. Kamu ingin menjebakku dengan  tubuhmu? Siapa tahu aku bukan orang pertama yang menyentuhmu? Kamu ingin aku jadi tumbal kalau kekasihmu yang mungkin sekarang  telah  meninggalkanmu? Tidak. Aku tidak akan terjebak.

NINA
Sudah lama kita pacaran. Tidak sekalipun ada niat menghianati. Aku masih suci Dandi, tidak pernah melakukan hal buruk. Sekalinya  ciuman pernah kulakukan hanya denganmu. Aku tidak mau lagi melakukan, takut dosa. Aku tidak ingin terlalu menikmati dosa. Berat akibatnya kalau semakin terjerumus. Kau setuju dan tidak pernah  meminta lagi. 



Tapi sekarang tidak terpikir lagi dosa, tidak terpikir lagi. Walau harus melakukan dosa paling besar aku rela. Asal tidak kehilangan dirimu. Percayalah!

DANDI  
Tidak. Tidak. Kita harus saling melupakan. Janji yang pernah kita buat               anggap tidak pernah ada. Anggap masa lalu. Tidak ingin kena getah              perbuatanmu. Titik. 

NINA  
Semudah itu rasa percayamu hilang? Lalu apa gunanya selama ini berkasih-kasihan? Berjanji mempertahankan cinta walau badai menghadang? Baru angin kecil saja, sudah menyerah.

DANDI  
Masalah ini kamu bilang angin kecil? Ini topan badai Nina? Please!

NINA  
Setidaknya bukan masalah kematian. Gampang sekali tidak percaya padaku. Mau membuktikan malah mengatakan akan menjebak. Lalu  dengan cara apa kubuktikan. (Dandi Pergi) Dandi! Oh?  

(Menyanyi)
Kepada siapa lagi mengadu
Tidak ada yang percaya
Bahkan kekasih hati
Orang pertama mencium bibirku
Tidak percaya lagi

Ooo… dunia kemana harus pergi
Adakah ujung dunia tempat mengadu

(Menangis)
LAMPU BERUBAH

 
TONO (Hendak Memeluk)

NINA  
Hei!

TONO  
Jangan sok jual mahallah! Jual murah saja sudah tidak laku lagi. (Hendak Memeluk)

NINA  
Apa-apaan sih?





TONO  
Kalau tidak mau, kulaporkan ke keluargamu. Biar dipecat jadi anak. Atau kita cari tempat aman? Ayolah! Tidak ada yang tahu. 

NINA  
Berani macam-macam akan kuteriaki maling.

TONO (Tertawa) 
Aku memang maling. Maling profesional. Jeli  Memanfaatkan kesempatan. Dulu berusaha mencuri hatimu tapi tidak mau. Sekarang kesempatanku memilikimu. Akan sama-sama senang,  aku puas kamu aman. Ayolah!

NINA  
Tolong!

TONO  
Beneran teriak lo. Kabur! (Keluar) 

NINA(Menyanyi)
Kepada siapa lagi mengadu
Tidak ada yang percaya
Bahkan kekasih hati
Orang pertama mencium bibirku
Tidak percaya lagi

Ooo… dunia kemana harus pergi
Adakah ujung dunia tempat mengadu

TONO (Masuk Lagi). 
Ayo!

NINA  
Tolong! (Mengejar Tono)


LAMPU BERUBAH



BAGIAN 7

TAMAN. SORE.

TOGI  
Ciluk ba! Ketemu lagi. Sudah beberapa hari ini dia itu tuh rajin SMS. Pagi-sore, siang-malam, terus menerus. Dengan perjuangan keras, akhirnya dia mau bertemu. Di taman lagi. Tempat romantis. Pucuk dicinta ulam pun tiba hua ha ha ha…             SMS-nya itu lho bikin nggak tahan. Mas pasti ganteng, baik hati, ramah. Jadi nggak sabaran mau cepat-cepat ketemu. Dia nggak tahu kalau aku juga tidak sabaran mau ketemu. Apalagi istri    tidak memberi jatah. 

Wah pusing! Tapi laki-laki kan harus jaga gengsi. Sedikit cuek. Pura-pura jual mahal. Pura-pura sibuk. Taktik tarik ulur mendapatkan mangsa. Tanya dulu ah sudah dimana posisi. Posisi, posisi?   (Nina Dan Kakaknya Masuk. Mereka Dalam Perjalanan  Menuju Taman). 
NINA (Membaca) 
Posisi dimana? (Ke Kakaknya) Kak, dia tanya posisi.

KAKAK NINA  
Bilang sudah dekat!

TOGI  
Oh, sudah dekat. Makin tidak sabaran. Hasrat meledak, kepala mau  pecah, burung hendak keluar dari sarang. O,  buruuung kau sabarlah! 

NINA  
Tidak sebaiknya menghubungi Polisi kak?

KAKAK NINA 
Tidak usah dulu. Taman dekat jalan besar. Lagipula banyak penonton. Kakak sembuyi tidak jauh darimu. Begitu ada apa-apa, Kakak akan teriak memanggil orang. Kita tangkap dia dengan tangan sendiri. Kakak gemes ingin menjitak kepalanya. Huh!

NINA  
OK. Tapi agak takut Kak.

KAKAK NINA 
Tenang! Kalau dia macam-macam akan ku ciat ciat ciat. Dia belum                       Tahu kalau aku sabuk hitam karate. Ciat.

NINA  
Alaa… sama kucing saja takut.

KAKAK NINA 
Kucing beda. Bulunya bahaya buat rahim wanita.

NINA  
Laki-laki juga seperti kucing, suka daging mentah. Daging apa saja. Huh!              Harus bisa kujelaskan segala masalah ini. Semoga secepatnya bisa  bebas dari tatapan sinis teman-teman, sangsi kepala sekolah dan Dandi (Menangis).

KAKAK NINA  
Sudah jangan menangis! Masalah ini  segera selesai. Kita sudah di                        taman..   Kakak menunggu di sini. Ayo jalanlah!



TOGI  
Hei Nina? Dia mau kemana? Tumben lewat taman? Bukankah dia takut lewat sini? Nggak takut lagi? Sejak kapan? Sendirian pula? Katanya   takut lewat sini. Cari tempat sembunyi. Kacau kalau ketahuan. Bisa kacau pertemuan.

NINA  
Tadi si Abang bukan ya? Oh, mungkin diminta kakak ikut mengawasi   kalau terjadi apa-apa. Aman. Sudah dua orang menemani. Orang-orang  juga siap membantu kalau kakak beraksi. Tinggal teriak, bantuan datang. Mana dia ya? Sudah jam segini belum muncul juga. (Sms Masuk. Membaca) Aku sudah di taman, kamu dimana?

TOGI   
Wah gawat. ada istriku di sini. Kok semua serba kebetulan ya? Aku sedang menunggu sesorang eh, malah datang dua orang yang tidak  diharapkan. Bagaimana caranya biar aman? (Sms Masuk)  
(Membaca) Aku juga sudah di sini. Kamu dimana?
Dia sudah di sini. Wah gawat. Harus pindah lokasi, kalau tidak barabe. 

KAKAK NINA (Sms Masuk) 
SMS dari Nina. (Membaca) Dia ngajak pindah  Tempat ketemuan. Ke dekat tempat sampah di dekat pintu keluar.  Jangan-jangan tuh cowok sudah tahu kalau aku jagain Nina Bagaimana ya?   
(Mengetik) K-A-M-U spasi K-E S-A-N-A  spasi S-A-J-A  tanda seru  A-K-U spasi  I-K-U-T  spasi D-I spasi B-E-L-A-K-A-N-G  titik 

Nina (Sms Masuk)
(membaca) aku sudah di posisi. buruan ya!

Togi  
yes. pesan sudah delivered. aduh! nina kok malah ke sini? aduh!
harus pindah posisi lagi.

Nina   
mana dia? (mengetik) a-k-u  spasi  s-u-d-a-h  spasi d-i  spasi p-o-s-i-s-i spasi.  k-a-m-u spasi d-i spasi m-a-n-a tanda tanya.

Kakak Nina  
si abang ngapain mengendap-endap di situ? tadi katanya mau
reunian sma. kok ada di taman ini? nina minta datang kali? aku
kasih tahu nina, abang iparnya sudah di sini, biar tenang. 

(mengetik) 
b-a- n- g  spasi  t-o-g-i spasi  d-i spasi  s-i-n-i titik t-e-n-a-n-g spasi s-a-j-a. titik. sent. kok unsent. yah unsent lagi. cek pulsa. ah, pantas. sudah nol. bang! bang!

Togi  
istriku tahu. aduh! dia memanggil lagi? tanda tanda gagal. kok 
ada disini?

Kakak Nina  
nemenin nina. lho abang kan mau reunian? kok di sini?

Togi  
oh? reuninya ditunda. jadi abang ke taman. cuci mata saja.

Kakak Nina  
lihat cewek?

Togi  
Oh? tidak. untuk apa lihat wanita lain? istri sendiri lebih cantik dari semua yang ada? aku pergi beraksi dulu ya. bye.

Kakak Nina 
eh mau kemana? tunggu dulu. kita di sini saja. pinjam hp dulu! 
mau sms.

Togi 
harus sendiri-sendiri biar seru. boros sih sms melulu. (ke diri sendiri) ups, bisa ketahuan isi sms dari si gadis cantik. ayo! buruan delete. aman. 
jangan banyak-banyak!

Kakak Nina 
ada rahasia ya? pakai diutak-atik.

Togi  
apa sih yang mesti dirahasiain. tadi tombolnya agak macet. abang   coba dulu. ternyata tidak masalah lagi. silahkan putri.

Kakak Nina (MENGETIK) 
b-a-n-g  -  t-o-g-i  -  d-i  -  s-i-n-i  -  d-e-k-a-t  -   t-e-m-p--t-m-u  -  m-e-n-u-n-g-g-u  -  p-e-r-t-a-m-a  - t-a-d-i. 
ngomong-ngomong mau kemana lagi sih bang? sudah. nih!

Togi  
jalan-jalan doang.

Nina  (SMS MASUK). 
bang togi? kok dia sms pakai nomor ini? kenapa ya? ooo… dia pasti sudah menangkap orang itu. abang meng sms lewat -sms lewat hp si pembuat susah itu. hebat. abang iparku benar-benar
  -benar hebat (mengetik). k-a-k    l-a-k-i  -  l-a-k-i  -  i-t-u  -  s-u-d             -a-h  -  k-e-t-a-n-g-k-a-p  -  a-k-u  -   m-e-n-u-j-u  -  t-e-m-p-a-t  -                m-e-n-u-n-g-g-u  -  p-e-r-t-a-m-a  -   t-a-d-i.

Kakak Nina (SMS MASUK) 
jangan kemana-mana dulu! kita ke sana sebentar nemuin nina. dia sudah ketemu yang mengganggunya. 

Togi  
tapi?

Kakak Nian 
tidak ada tapi-tapian (menarik togi).

Togi  (Kesal)

Nina  
itu mereka. tapi mana laki-laki itu? mereka berdua saja. bang mana orangnya? sudah dibawa polisi atau kabur?

Kakak Nina 
Orangnya? Siapa? Dari tadi aku dengan abangmu kok. Dia tidak menangkap orang.

Nina  
Dia sms pakai nomor laki-laki itu.

Kakak Nina 
Nomor laki-laki itu? Sini lihat! Yang mana?

Nina  
Yang ini.

Kakak Nina 
Kalimat ini kakak yang kirim pakai nomor…. Ooo, pengganggu                       nina itu ternyata kamu. Kampret. Adik sendiri mau dimakan. Dasar  kucing garong. 

Nina  
Abang?

Kakak Nina 
Iya! Dia baru ganti nomor. Nomor bang togi di hp-mu sudah tidak berlaku lagi. Dasar suami mata keranjang.

Togi  
Ampun! Ampun!


LAMPU BERUBAH

Semua pemain (MENYANYI)

Hati-hati dalam kehidupan
Waspadai setiap kejadian 
Tak selamanya kejujuran
Dibalas dengan kebaikan
Berhati-hatilah

Jangan pula percaya saja
Pada teknologi yang cepat berubah
Meski mudah tapi awas
Kadang ada negatifnya
Waspadalah

Teknologi punya dua sisi
Bisa baik, bisa juga jahat
Pergunakan sesuai fungsi
Jangan pakai untuk kejahatan

Hati-hati dalam kehidupan
Waspadai setiap kejadian 
Bisa-bisa nikmatnya mimpi
Berubah jadi mimpi setan
Yoi yoi yoi yoi…
Yoi yoi yoi yoi…



SELESAI 

"PIRAMUS DAN TISBI"

Lakon
PIRAMUS DAN TISBI
Sebuah Komedi Frahmen dari Drama “As You Like It”
Karya W. Shakespeare - Diterjemahkan oleh Suyatna Anirun

Judul "PIRAMUS DAN TISBI"


PANGGUNG / ARENA KOSONG. MASUK SEORANG PENGANTAR ACARA ATAU PROLOG;

PROLOG  
Jika anda bertanya mengapa kami tampil di sini; Harap anda yakin, penampilan kami dengan maksud baik; Sekedar menampilkan kemampuan sederhana, Yang disajikan buat yang pertama dan juga terakhir; Sebenarnya kami ini sekedar kaul Bukan sengaja buat menghibur anda
Maka menyesallah anda jika mengharapkan yang lebih Maklumlah kami ini bukan ahlinya

Kini para pelaku sudah siap. Sementara nanti mereka beraksi. Beraksi, … anda akan menyadari
Bahwa semua menarik hati.

(Ia memberi aba-aba kepada para pemain supaya masuk. Masuk piramus dan tisbi, diikuti oleh tembok, cahaya bulan, anjing dan singa. Mereka berdiri berderet seperti pelaku pantomim.)

Tuan-tuan, jika anda heran mengapa kami tampil di sini, Silahkan heran terus, sampai kami jelaskan. Orang ini namanya Piramus, Jika anda ingin tahu. Wanita yang cantik ini, tentu saja Tisbi namanya. Orang ini, dengan coreng moreng di mukanya Memerankan peranan tembok yang yang ada celahnya, Celah tempat kedua kekasih memadu janji. Melalui celah tersebut, kedua kekasih tidak puas hanya berbisik-bisik saja, hal itu tak mengherankan…Dan orang ini, dengan lentera di tangan, seekor anjing dan seikat kayu bakar, memerankan cahaya bulan;
Karena, bukankah dalam cahaya bulan mereka memadu janji…? Di makam Ninus mereka bertemu, mencurahkan isi hati Binatang seram ini, maksudnya seekor singa.

Pada suatu malam, Tisbi yang malang datang kesana, Sangat terkejut melihat singa, hampir semaput, Ketika melarikan diri mantelnya terjatuh Lalu dengan liarnya sang singa merobek-robek mantel itu dengan moncong berdarah. Ketika Piramus datang dan menemukan mantel Tisbi yang koyak berdarah, disangkanya Tisbi habis dimakan singa Dengan penuh duka dicabutnya pedang, Dan dengan beraninya diturihnya dadanya. Dan Tisbi yang tadi sembunyi di semak-semak muncul Di ambilnya pedang itu, dan iapun matilah. Dan selanjutnya, biarlah sang singa, cahaya bulan Tembok dan kedua kekasih menceritakan kisahnya masing-masing.

PROLOG MASUK DIIKUTI YANG LAINNYA, SI TEMBOK YANG TINGGAL

TEMBOK  
Dalam cerita ini ditentukan aku…Siceraka, menjadi sebuah tembok, Tembok yang, kalu boleh kukatakan, Sebuah tembok tua yang sudah keropok dan berlubang. Melalui lubang mana, kedua kekasih Piramus dan Tisbi Sering berbisik-bisik dengan rahasianya. Ini gambar kapur, pasir dan batu ini memperlihatkan bahwa aku benar-benar tembok, tembok yang dimaksud cerita, Dan celah ini maksudnya lubang, Tempat kedua kekasih malang berbisik-bisik dengan berdebar-debar

MASUK PIRAMUS

PIRAMUS  
O Malam yang seram, O malam yang suram! Oh, Malam yang selalu ada jika tak ada siang!
Oh, Malam, malam yang, oh, oh…Kuraakan Tisbiku melupakan janjinya. Dan kau tembok, tembok manis yang baik; yang berdiri antara rumah ayahnya dan rumahku, Kau tembok, tembok manis dan baik, perlihatkanlah celahmu tempat aku mengintip…!

(Tembok Membuka Celahnya)

Terima kasih tembok yang agung, Tuhan merah matimu!

(Piramus Mengintip Melalui Celah Jari)

Tapi apa yang kulihat? Tak ada Tisbiku disitu! Oh kau tembok keparat, lubangmu tak memperlihatkan apa-apa Semoga runtuh batumu karena kau telah menipuku!

PIRAMUS MENYEPAK TEMBOK HINGGA TERPUTAR-PUTAR. MASUK TISBI

TISBI  
Oh, Tembok, sering benar kau mendengar ratapanku, karena aku pisahkan Piramusku dari padaku!  Bibir delima sering benar mencium batu-batumu, Batu-batu yang disusun dengan aduk pair dan kapur.

PIRAMUS  
Kurasakan suara Kini aku akan mengintip agar ku dengar wajah Tisbiku. Tisbi!

TISBI  
Kekasihku! Kupikir kaulah kekasihku!

PIRAMUS  
Pikiorlah semaumu! Memang akulah kekasihmu. Dan seperti Romeo aku tetap setia padamu!

TISBI  
Dan aku seperti Yuliet sampai akhir hayatnya.

PIRAMUS  
Seperti Rama kepada Sinta aku padamu!

TISBI  
Akupun seperti Sinta kepada Rama selalu setia!

PIRAMUS  
Oh, ciumlah aku melalui celah-celah tembok ini!

MEREKA MENCIUM CELAH-CELAH DINDING

TISBI  
Oh lubang yang kucium, bukan bukan bibirmu sama sekali.

PIRAMUS  
Maukah kau menemuiku, di makam Ninus?

TISBI  
Hidup atau mati, aku segera datang!

PIRAMUS KELUAR KE KANAN, TISBI KELUAR KE KIRI.

TEMBOK  
Begitulah aku si tembok telah berjasa. Setelah begini sebaiknya aku pergi saja. 

(PERGI. MASUK SINGA, CAHAYA BULAN DAN ANJING)

SINGA  
Nyonya-nyonya, hatimu yang lembut mudah takut bahkan melihat hantu tikus yang paling kecilpun. Silahkan menggigil ketakutan karena melihat aku di sini. Jika singa meraung dengan jalangnya. Maklumlah saya ini… 

(Nama Pelaku)

Seorang guru SD di…Bukan singa sama sekali, bukan pula singa kejajaden, Saya kebetulan ditugaskan menjadi singa, Sebuah tugas yang sial bukan? Tapi biarlah, sekarang si Bulan mau bicara.

BULAN  (Gugup) 
Lentera ini maksudnya cahaya bulan…Lentera ini cahaya bulan…Aku sendiri disuruh jadi bulan, eh, berperan jadi, eh… 

(Aku Gugup)

Apa yang bisa aku katakana adalah, lentera ini cahaya bulan Dan aku orang yang ada di bulan, eh…Dan kayu baker ini punya saya, dan anjing ini…. Anjing, saya… eh.. eh…

(MASUK TISBI)

TISBI  
Ini dia makam Ninus, dimanakah kekaihku…?

SINGA  (Meraung)
… oh…

TISBI MENJERIT DAN MELARIKAN DIRI, MANTELNYA JATUH. SINGA MENGOYAK-KOYAK MANTEL TERSEBUT. LALU KELUAR. MASUK PIRAMUS

PIRAMUS  
Bulan manis, terima kasih atas cahayamu. Terima kasih karena kau bersinar terang sesekali,
Karena dalam cahayamu kemilau agung itu. Dapat kulihat wajah Tisbiku yang manis.
Tetapi apa ini? Astaga, sungguh malang, Kejadian ngeri, apa yang terjadi! Mataku, kau lihatkah?
Betapa mungkin? Oh malang! Oh sial! Mantelmu yang indah, Berlumuran darah! Kemarilah, nafsu amarah! Oh nasib, datanglah, datanglah! Tumbuk dan tindas Hantam dan gilas, lindas tandas!

(Mengamuk Sendiri)

Oh alam, mengapa kau ciptakan singa? Singa buas telah memakan kekasih hatiku.
Oh, kekasih hati, kekasih tercantik, Kekasih tersayang, kini tiada, tiada, tiada…

(Menangis)

Air mata, enyahlah! Pedangku, cabutlah nyawaku. Bunuhlah sipiramus. Nah, tikam, tikam, tikamlah. Dimana hatiku berdetak. Biarlah aku mati, Biarlah aku mati, oh, oh. Sekarang aku mati. Aku mati, Jiwaku melayang di udara Lidahku, kelulah. Bulan, enyahlah! Kini aku mati, mati, mati, mati, mati, mati…

BULAN KELUAR. PIRAMUS MATI. MASUK TISBI

TISBI  
Tidur, merpatiku? Oh, mati sayangku? Piramus, bangkitlah! Bicaralah, kau bisu? Mati, mati
Nisan harus menutup matamu yang manis? Bibir yang bagus ini, Hidung yang bangir ini
Dahimu kemilau. Kini tiada, tiada, tiada…Yang sedang pacaran, marilah merintih…Matanya yang hitam kini sudah redup. Oh, Dewi Trimurti Kemarilah ! Dengan matamu yang putih bagai susu, letakkan dengan kasih sayang pada rambutnya yang hitam berombak. Lidahku, kelulah
Inilah pedangnya; Tikamlah dadaku, tembus, Selamat tinggal kawan-kawan. Tisbi mau mati
Bye, bye, bye…

CAHAYA BULAN DAN TEMBOK MUNCUL LAGI, JUGA SINGA DAN ANJING, MEREKA MENGGOTONG MAYAT KELUAR.


SELESAI

BADAI SEPANJANG MALAM


NASKAH DRAMA:
BADAI SEPANJANG MALAM
Karya MAX ARIFIN
 
Para Pelaku:
1.Jamil, seorang guru SD di Klaulan,Lombok Selatan,berumur 24 tahun
2.Saenah,istri Jamil berusia 23 tahun
3.Kepala Desa,suara pada flashback
 
 
Setting :
Ruangan depan sebuah rumah desa pada malam hari.Di dinding ada lampu
minyak menyala.Ada sebuah meja tulis tua. Diatasnya ada beberapa buku
besar.Kursi tamu dari rotan sudah agak tua.Dekat dinding ada balai balai .Sebuah radio transistor juga nampak di atas meja.
 
 
Suara :
Suara jangkerik.suara burung malam.gonggongan anjing di kejauhan.Suara Adzan subuh.
 
Musik:
Sayup sayup terdengar lagu Asmaradahana,lewat suara sendu seruling
 
Note:
Kedua suami istri memperlihatkan pola kehidupan kota.dengan kata lain,mereka berdua memang berasal dari kota.tampak pada cara dan bahan pakaian yang mereka kenakan pada malam hari itu.mereka juga memperlihatkan sebagai orang yang baik baik.hanya idelisme yang menyala nyala yang menyebabkan mereka berada di desa terpencil itu.
 
01.Begitu layar tersingkap, nampak jamil sedang asyik membaca.Kaki nya ditelusurkan ke atas kursi di depannya.Sekali sekali ia memijit mijit keningnya dan membaca lagi.Kemudian ia mengangkat mukanya,memandang jauh ke depan,merenung dan kembali lagi pada bacaannya.Di kejauhan terdengar salak anjing melengking sedih.Jangkerik juga menghiasi suasana malam itu. Di kejauhan terdengar seruling pilu membawakan Asmaradahana.
Jamil menyambar rokok di atas meja dan menyulutnya.Asap berekepul ke atas.Pada saat itu istrinya muncul dari balik pintu kamar.
 
 
02.Saenah :
Kau belum tidur juga?kukira sudah larut malam.Beristirahatlah,besok kan hari kerja?
 
03.Jamil:
Sebentar,Saenah.Seluruh tubuhku memang sudah lelah,tapi pikiranku masih saja mengambang ke sana kemari.Biasa, kan aku begini malam malam.
 
04.saenah:
Baiklah.tapi apa boleh akuketahui apa yang kaupikirkan malam ini?
 
05.jamil:
Semuanya,semua apa yang kupikirkan selama ini sudah kurekam dalam buku harianku,Saenah.Perjalanan hidup seorang guru muda-yang ditempatkan di suatu desa terpencil-seperti Klulan ini kini merupakan lembaran lembaran terbuka bagi semua orang.
 
06.Saenah:
Kenapa kini baru kau beritahukan hal itu padaku?Kau seakan akan menyimpan suatu rahasia.Atau memang rahasia?
 
07.Jamil:
Sama sekali bukan rahasia ,sayangku! Malam malam di tempat terpencil seakan memanggil aku untuk diajak merenungkan sesuatu.Dan jika aku tak bisa memenuhi ajakannya aku akan mengalami semacam frustasi.Memang pernah sekali,suatu malam yang mencekam,ketika aku sudah tidur dengan nyenyak,aku tiba pada suatu persimpangan jalan di mana aku tidak boleh memilih.Pasrah saja.Apa yang bisa kaulakukan di tempat yang sesunyi ini?[Dia menyambar buku hariannya yang terletak di atas meja dan membalik balikkannya] Coba kaubaca catatanku tertanggal…[sambil masih membolak balik]..ini tanggal 2 oktober 1977.
 
08.Saenah:
[Membaca] “Sudah setahun aku bertugas di Klaulan.Suatu tempat yang terpacak tegak seperti karang di tengah lautan,sejak desa ini tertera dalam peta bumi.Dari jauh dia angker,tidak bersahabat:panas dan debu melecut tubuh.Ia kering kerontang,gersang.Apakah aku akan menjadi bagian dari alam yang tidak bersahabat ini?Menjadi penonton yang diombangkan ambingkan oleh…barang tontonannya.Setahun telah lewat dan selama itu manusia ditelan oleh alam”.[Pause dan Saenah mengeluh;memandang sesaat pada Jamil sebelum membaca lagi].”Aku belum menemukan kejantanan di sini.Orang orang seperti sulit berbicara tentang hubungan dirinya dengan alam.Sampai di mana kebisuan ini bisa diderita?Dan apakah akan diteruskan oleh generasi generasi yang setiap pagi kuhadapai?Apakah di sini tidak dapat dikatakan adanya kekejaman.”[Saenah berhenti membaca dan langsung menatap pada Jamil]
 
 
09.Jamil:
Kenapa kau berhenti?jangan tatap aku seperti itu,Saenah.
 
10.Saenah:
Apakah tulisan ini tidak keterlaluan?Bisakah ditemukan kejujuran di dalamnya?
 
 
11.Jamil:
Kejujuran kupertaruhkan di dalamnya,Saenah.Aku bisa mengatakan,kita kadang-kadang dihinggapi oleh sikap sikap munafik dalam suatu pergaulan hidup.Ada ikatan ikatan yang mengharuskan kita berkata “Ya!” terhadap apa pun,sekalipun dalam hati kecil kita berkata”Tidak”.Kejujuranku mendorong aku berkata,”Tidak”,karena aku melatih diri menjadi orang yang setia kepada nuraninya.Aku juga tahu, masa kini yang dicari adalah orang orang yang mau berkata”Ya”.Yang berkata “Tidak” akan disisihkan.[Pause] Memang sulit,Saenah.Tapi itulah hidup yang sebenarnya terjadi.Kecuali kalau kita mau melihat hidup ini indah di luar,bobrok di dalam.Itulah masalahnya.[Pause.Suasana itu menjadi hening sekali.Di kejauhan terdengar salak anjing berkepanjangan]
 
12.Saenah:
Aku tidak berpikir sampai ke sana. Pikiranku sederhana saja.kau masih ingat tentunya,ketika kita pertama kali tiba di sini,ya setahun yang lalu.Tekadmu untuk berdiri di depan kelas,mengajar generasi muda itu agar menjadi pandai.Idealismemu menyala nyala.Waktu itu kita disambut oleh Kepala Desa dengan pidato selamat datangnya.[S aenah lari masuk.Jamil terkejut.tetapi sekejap mata Saenah muncul sambil membawa tape recorder!] Ini putarlah tape ini.Kaurekam peristiwa itu.[Saenah memutar tape itu,kemudian terdengarlah suara Kepala Desa]’…Kami ucapkan selamat datang kepada Saudara Jamil dan istri.Inilah tempat kami.Kami harap saudara betah menjadi guru di sini.Untuk tempat saudara berlindung dari panas dan angin,kami telah menyediakan pondok yang barangkali tidak terlalu baik bagi saudara.Dan apabila Anda memandang bangunan SD yang cuma tiga kelas itu.Dindingnya telah robek,daun pintunya telah copot,lemari lemari sudah reyot,lonceng sekolah bekas pacul tua yang telah tak terpakai lagi.Semunya,semuanya menjadi tantangan bagi kita bersama.Selain itu,kami perkenalkan dua orang guru lainnya yang sudah lima tahun bekerja di sini.Yang ini adalah Saudara Sahli,sedang yang berkaca mata itu adalah Saudara Hasan.Kedatangan Saudara ini akan memperkuat tekad kami untuk membina generasi muda di sini.Harapan seperti ini menjadi harapan Saudara Sahli dan Saudara Hasan tentunya.”[Saenah mematikan tape.Pause,agak lama.Jamil menunduk,sedang Saenah memandang pada Jamil.Pelan pelan Jamil mengangkat mukanya.Mereka berpandangan]
 
 
13.Saenah:
Semua bicara baik-baik saja waktu itu dan semuanya berjalan wajar.
 
14.Jamil:
Apakah ada yang tidak wajar pada diriku sekarang ini ?
 
15.Saenah:
Kini aku yang bertanya:jujurkah pada nuranimu sendiri?Penilaian terakhir ada pada hatimu.dan mampukah kau membuat semacam pengadilan yang tidak memihak kepada nuranimu sendiri?Karena bukan mustahil sikap keras kepala yang berdiri di belakang semuanya itu.Terus terang dari hari ke hari kita seperti terdesak dalam masyarakat yang kecil ini.
 
16.Jamil:
Apakah masih harus kukatakan bahwa aku telah berusaha berbuat jujur dalam semua tindakanku?Kau menyalahkan aku karena aku terlalu banyak bilang”Tidak” dalam setiap dialog dengan sekitarku.Tapi itulah hatiku yang ikhlas untuk ikut gerak langkah masyarakatku.Tidak,Saenah.Mental masyarakat seperti katamu itu tidak terbatas di desa saja, tapi juga berada di kota
 
17.Saenah:
Kau tidak memahami masyarakatmu.
 
18.Jamil:
Masyarakat itulah yang tidak memahami aku.
 
19.saenah:
siapa yang salah dalam hal ini.
 
20.Jamil:
Masyarakat.
 
21.Saenah:
Yang menang ?
 
22.Jamil:
Aku
 
23.Saenah:
Lalu ?
 
24.Jamil:
Aku mau pindah dari sini.[Pause. Lama sekali mereka berpandangan.].
 
25.Saenah:
[Dengan suara rendah]Aku kira itu bukan suatu penyelesaian.
 
26.Jamil:
[Keras] Sementara memang itulah penyelesaiannya.
 
27.Saenah:
[Keras]Tidak! Mesti ada sesuatu yang hilang antara kau dengan masyarakatmu.Selama ini kau membanggakan dirimu sebagai seorang idealis.Idealis sejati,malah.Apalah arti kata itu bila kau sendiri tidak bisa dan tidak mampu bergaul akrab dengan masyarakatmu.[Pause]
 
[Lemah diucapkan]Aku terkenang masa itu,ketika kau membujuk aku agar aku mu datang kemari[Flashback dengan mengubah warn cahaya pelan pelan.Memakai potentiometer.Bisa hijau muda atau warna lainnya yang agak kontras dengan warna semula.Musik sendu mengalun]
 
28.Jamil:
Aku mau hidup jauh dari kebisingan,Saenah.Aku tertarik dengan kehidupan sunyi di desa,dengan penduduknya yang polos dan sederhana.Di sana aku ingin melihat manusia seutuhnya.Manusia yang belum dipoles sikap sikap munafik dan pulasan belaka.Aku harap kau menyambut keinginanku ini dengan gembira,dan kita bersama sama kesana.Di sana tenagaku lebih diperlukan dari pada di kota.Dan tentu banyak yang dapat aku lakukan.
 
29.Saenah:
Sudah kaupikirkan baik baik? Perjuangan di sana berarti di luar jangkauan perhatian.
 
30.Jamil:
Aku bukan orang yang membutuhkan perhatian dan publikasi.Kepergianku ke sana bukan dengan harapan untuk menjadi guru teladan.Coba bayangkan,siapa pejabat yang bisa memikirkan kesulitan seorang guru yang bertugas di Sembalun,umpamanya?Betul mereka menerima gaji tiap bulan.Tapi dari hari ke hari dicekam kesunyian,dengan senyum secercah terbayang di bibirnya bila menghadapi anak bangsanya.dengan alat alat serba kurang mungkin kehabisan kapur,namun hatinya tetap di sana.Aku bukan orang yang membutuhkan publikasi,tapi ukuran ukuran dan nilai nilai seorang guru di desa perlu direnungkan kembali.Ini bukan ilusi atau igauan di malam sepi,Saenah.Sedang teman teman di kota mempunyai kesempatan untuk hal hal yang sebaliknya dari kita ini.Itulah yang mendorong aku,mendorong hatiku untuk melamar bertugas di desa ini.
 
 
31.Saenah:
Baiklah, Sayang.Ketika aku melangkahkan kaki memasuki gerbang perkawinan kita,aku sudah tahu macam suami yang kupilih itu.Aku bersedia mendampingimu.Aku tahu,apa tugas utamaku disamping sebagai seorang ibu rumah tangga.Yaitu menghayati tugas suami dan menjadi pendorong utama karirnya.Aku bersedia meninggalkan kota yang ramai dan aku sudah siap mental menghadapi kesunyian dan kesepian macam apa pun.Kau tak perlu sangsi.[Pause senbentar.Pelan pelan lampu kembali pada cahaya semula]
 
32.Saenah:
Kini aku menjadi sangsi terhadap dirimu.Mana idealisme yang dulu itu? Tengoklah ke kanan.apakah jejeran buku-buku itu belum bisa memberikan jawaban pada keadaan yang kauhadapi sekarang?Di sana ada jawaban yang diberikan oleh Leon Iris,Erich Fromm,Emerson atau Alvin Toffler.Ya,malam malam aku sering melihat kau membuka-buka buku-buku Erich Fromm yang berjudul The Sane Society atau Future Shock nya Alvin Toffler itu.
 
33.Jamil:
Apa yang kau kauketahui tentang Eric Fromm dengan bukunya itu? Atau Toffler?
 
34.Saenah:
Tidak banyak.Tapi yang kuketahui ada orang-orang yang mencari kekuatan pada buku-bukunya.Dan dia tidak akan mundur walau kehidupan pahit macam apa pun dosodorkan kepadanya.karena ia mempunyaai integritas diri lebih tinggi dri orang-orang yng menyebabkan kepahitan hidupnya.apakah kau menyerah dalam hal ini?Ketika kau melangkahkan kakimu memasuki desa ini terlalu bnyak yang akan kausumbngkan padanya,ini harsus kauakui.Tapi kini-akuilah-kau menganggap desa ini terlalu banyak meminta dirimu.Inilah resiko hidup di desa.Seluruh aspek kehidupan kita disorot.Smpai sampai soal pribadi kita dijadikan ukuran mampu tidaknya kita bertugas.Dan aku tahu hal itu.Karena aku kenal kau.[Suasana menjadi hening sekali.Pause]
Aku sama sekali tak menyalahkan kau.malah dim diam menghargai kau, dan hal itu sudah sepantasnya.Aku tidak ingin kau tenggelam begitu saja dalam suatu msyarakat atau dalam suatu sistem yang jelek namun telah membudaya dalam masyarakat itu.Di mana pun kau berda.juga sekiranya kau bekerja di kantor.Kau pernah dengan penuh semangat menceritakan bagaimana novel karya Leon Uris yang berjudul QB VII.Di sana Uris menulis,katamu bahwa seorang manusia harus sadar kemanusiaannya dan berdiri tegak antara batas kegilaan lingkungannya dan kekuatan moral yang seharusnya menjadi pendukungnya.Betapapun kecil kekuatan itu.Di sanalah manusia itu diuji.Ini bukan kuliah.Aku tak menyetujui bila kau bicara soal kalah menang dalam hal ini.Tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang.Dialog yang masih kurang.
 
 
34.Jamil:
Aku mungkin mulai menyadari apa benda yang hilang yang kaukatakan tadi.generasi sekarang mengalami kesulitan dalam masalah hubungan.Hubungan antar sesama manusia.Mereka mengalami apa yang disebut kegaguan intelektual.kita makin cemas,kita seakan akan mengalami kemiskinan artikulasi.Disementara sekolah di banyak sekolah malah,mengarang pun bukanlah menjadi pelajaran utama lagi,sementara makin banyak gagasan yang harus diberitahukan ke segala sudut.Pertukaran pikiran makin dibutuhkan.
 
 
35.Saenah:
Ya,seperti pertukaran pikiran malam ini.Kita harus yakin akan manfaat pertukaran .Ada gejala dalam masyarakat di mana orang kuat dan berkuasa segan bertukar pikiran.Untuk apa ,kata mereka.Kan aku berkuasa.
 
36.Jamil;
Padahal nasib suatu masyarakat tergantung pada hal-hal itu.Dan kita jangan melupakan kenyataan bahwa masyarakat itu bukan saja berada dalam konflik dengan orang-orang yang mempunyai sikap yang tidak sosial tetapi sering pula konflik dengan sifat sifat manusia yang paling dibutuhkan,yang justru ditekan oleh masyarakat itu sendiri.
 
37.Saenah:
Itu kan Erich Fromm yang bilang.
 
38.Jamil:
Memang aku mengutip dia.[Dari kejauhan terdengar suara bedug subuh kemudian adzan]
 
39.Saenah:
Aduh,kiranya sudah subuh.Pagi ini anak-anak menunggumu,generasi muda yang sangat membutuhkan kau.
 
40.Jamil:
Aku akan tetap berada di desa ini,sayangku.
 
41.Saenah:
Aku akan tetap bersamamu.Yakinlah.[Jamil menuntun istrinya ke kamar tidur.Musik melengking keras lalu pelan pelan,sendu dan akhirnya berhenti].
 
 
Catatan:
Naskah ini pernah dimuat dalam buku Kumpulan Drama Remaja, editor A.Rumadi.Penerbit PT Gramedia Jakarta,1988,halaman 25-33

SAKIT ANEH SANG BAGINDA

SAKIT ANEH SANG BAGINDA

Baginda Raja
Permaisuri
Dayang
Tabib
Abu Nawas
Prajurit I
Prajurit II

Narator : Disebuah negeri timur tengah, berdrilah sebuah kerajaan yang sangat besar dan megah. Tanahnya subur dan berlimpah ruah hasilnya, membuat rakyatnya hidup rukun dan sejah terah. Apalagi kerjaan itu dipimpin oleh seorang raja yang tampan dan gagah berani, membuat negeri itu aman dan damai. Saksikanlah……….!!!

Adegan I

Baginda : (Sambil meletakan swendoknya dalam piringya Islu menarik nafas panjang dalam-dalam dengan tatapan matanya, yang sayup memperhatikan hidangan yang disiapkan). Permaisuriku….?

Permaisuri : ”Ada apa bagindaku…..?

Baginda : “Begini permaisuriku, perutku tersa kering dan mual-mual, rasanya mau muntah sehingga selera makanku menjadi hilang”

Permaisuri : “Ma’af bagindaku, mungkin masakannya kurang enak ya?”

Baginda : “Tidak permaisuriku, makananya sudah enak sekali.”

Pemaisuri : (Permaisuri tidak putus asa, lau memanggil dayangnya). “Dayang….dayang, kemarilah….!

Dayang : (Dengan rergesah-gesah sambil membungkukan badan). “permaisuri memanggil hamba….?”

Pemaisuri : “Ambilkan masan jamur untuk baginda!”

Dayang : “ Baiklah, hamba segera melaksanakan tittah paduka.” (sambil memebawa makanan), “ini makanan untuk paduka, permaisuri”

Permaisuri : “Kembalilah danyangku. Paduka cobalah makan ini mungkin bias mengembalikan selerah makan baginda.”

Baginda :(Mengambil satu sendok nasi lalu mencicipinya…..kemudian)”kauk…kuak…kuak.” (sampai muntah)

Permaisuri : (Dengan tergesah-gesah). “dayang…..dayang…tolong panggilkan tabib kerajaan!”

Dayang : “Ia permaisuri (dengan tergesah-gesah dayang keluar dari ruangan itu dan memanggil tabib. Kemudian dalam waktu yang singkat, dayang kembali dengan seorang tabib kerajaan).

Tabit : “ Ampun permaisuri, adakah yang bisa hambah perbuat….?”

Permaisuri : “Begini tabib, hampir sebulan ini selerah makan baginda terganggu.”

Tabit : “Hamba mohon ampun baginda, ijinkan hamba memeriksa keadaan baginda. (tabib mendekati baginda dan langsung memeriksanya).

Permaisuri : “Bagaimana keadaannya….tabib….?”

Tabib : “Mohon ampun paduka, hamba tidak dapat menemukan penyakit dalam diri baginda, sekali lagi ma’af permaisuri.”

Permaisuri : (Menggeleng-gelengkan kepalanya), “bagaimana ini tabib, apakah tidak ada jalan lain lagi untuk mengetahui penyakit baginda raja….?

Tabib : “Mohon amapun permaisuri, hamba sarankan kalau bisa memanggil abunawas yang mungkin bisa menyembuhkan penyakit baginda raja.

Narator : Pergilah tabib menemui abunawas dan berceritalah mereka tentang penyakit aneh sang baginda raja. Apakah baginda raja dapat disembuhkan…? Apakah abunawas mampu melakukan yang terbaik unttu baginda raja? Saksikan……..!!!

Adegan II

Tabib : “ Abunawas” (sambil menundukkan kepala). “salam sejahtera baginda raja”

Baginda : Apakah kamu yang bernama abunawas….?

Abunawas : “ Mohon ampun baginda, hamba yang bernama abunawas”

Baginda : “ Apakah kamu bisa mengobati penyakitku ini….?

Abunawas : “ Ampun baginda raja, hamba sudah mendengar semua dari tabib kerajaan tentang apa yang paduka derita.”

Baginda : “ Menurutmu, adakah obat yang bisa menyembuhkan penyakitku ini….?”

Abunawas : “ Ada paduka yang mulia.”

Baginda : (Sambil berdiri dengan wajah yang berseri- seri ). “Obat apakah itu abunawas….?

Abunawas : “ Hamba punya saran, di hutan tutupan ada kijang berbulu putih yang dagingnya sagat lezat.”

Baginda : “ Lalu….?”

Abunawas : “ Syaratnya…. Baginda harus menangkap sendiri kijang berbuluh putih itu, apakah baginda sanggup….?”

Baginda : “ Baiklah abunawas, saya sanggup dan besok pagi kita berangkat.” (tanpa ragu-ragu).

Narator : Kemudian pulanglah abunawas ke rumahnya yang letaknya tidak jauh dari singgasana. Abunawas pulang untuk mempersiapkan senua perlengkapan yang akan dibawah. Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Baginda, abunawas dan prajurit kerajaan sudah siap di depan singgasana untuk melakukan perjalanan. Mari…..! kita saksikan adegan berikut ini…..!!!

Adegan III

Baginda : “ Abunawas, apakah semua perlengkapan sudah disiapkan?”

Abunawas : “ Bagaimana prajurit, apakah perlengkapan dari singgasana sudah disiapkan?”

Prajurit 1,11 : “Ampun baginda semuanya sudah siap.”

Baginda : “ Kita berangkat sekarang.”

Narator : Rombongan paduka berangkat dengan membawa perlengkapan berburu, tetapi abunawas sengaja membawa nasih putih, air putih, garam, dan asam. Perjalanan cukup panjang dan melelahkan namun, untuk mencapai tujuan, merekapun dengan bersemangat melanjutkan perjalanannya. Maka tibalah mereka di tegah-tegah hutan. Saksikan…!!!

Adegan IV

Baginda : “ Abunawas, selama perjalanan sampai di tengah hutan ini, tidak satupun binatang yang kita temukan.”

Abunawas : “ Memang betul paduka yang mulia, di sini ada semak-semak duri.”

Baginda : “ Kalau disini hanya semak-semak duri, lalu di mana kijang berbulu putih itu….?”

Abunawas : (Diam sejenak sambil tersenyum). “Begini baginda raja, konon kabar kijang berbulu putih itu muncul secara tiba-tiba.”

Baginda : (Sambil mengusap keringat dan menghela napas panjang). Oh… begitu ya abunawas?

Abunawas : “ Ya baginda raja. Kalau begitu, kita istirahat dulu sambil mencari sumber air.”

Baginda : “ Baiklah abunawas.”

Prajurit 1 : “ Mohon ampun paduka, tidak jauh dari sini ada sumber mata air.”

Abunawas : “ Oh…benar paduka. Lebih baik kita segera ke sana.”

Narrator : Lalu dengan langkah pasti, paduka bersama abunawas, dan prajurit-prajuritnya bergegas menuju sumber mata air dan tidak lama kemudian mereka tiba di sumber mata air tersebut. Saksikan….!!!

Adegan V

Baginda : (Menghela napas panjang). “ oh….indah sekali abunawas keadaan ala mini, airnya sangat jernih yang membuatku tidak tahan lagi untuk meminumnya. Dengan air ini, benar-benar menghilangkan dahagaku.”

Abunawas : “Betul paduka, air sangat jernih.”

Prajurit 1,11 : “Mohon ampun paduka, ijinkan hamba memita paduka untuk beristirahat di sini (menunjukkan tempat yang disediakan).”

Baginda : “Terimah kasih prajuritku.” (berjalan memnuju tempat istirahat)

Abunawas : “Ampun baginda, ijinkan hamba untuk mencari ikan di muara itu. (sambil menuju ke arah muara yang tidak jauh dari peristirahatan mereka).”

Baginda : “Oh…silakan abunawas, kebetulan perutku sudah lapar.”

Abunawas : “mohon ampun baginda, hamba dan prajurit segera mencari ikan di sana.”

Narrator : Lalu abunawas bersama prajurit menuju ke muara. Saksikan apakah mereka benar-benar menemukan ikan di muara….?

Adegan VI

Prajurit 11 : “Abunawas, lihatlah ternyata di muara ini banyak sekali ikannya dan sungguh menakjutkan.”

Abunawas : “Oh….betul sekali prajurit.jika kita bisa menangkapnya maka kita akan menikmatinya sampai puas. (sambil menanjapkan sebilah bambu yang sudah diruncing ke arah ikan-ikan di muara).”

Narrator : Berkali-kali abunawas menancapkan bambu ke arah ikan, sehingga ia mendapat beberapa ikan yang sangat besar. Lalu abunawas bersama prajurit bergegas menuju ke tempat baginda beristirahat, sambil membawa ikan hasil tangkapan mereka.

Prajurit 1 : “Mohon ampun baginda, abunawas dan prajurit sudah dating dan membawa bebberapa ikan hasil tangkapan.”

Baginda : “Oh…ikannya besar sekali, rupanya mereka pandai menangkap ikan.”

Abunawas dan prajurit: (dengan wajah tersenyum, tibalah mereka di tempat peristirahatan baginda raja).

Abunawas : “Mohon ampun baginda raja, imilah ikan tangkapan kami.”

Baginda : “kalau begitu bakarlah ikan-ikan itu.”

Abunawas : “Baiklah baginda, hamba akan melakukan perintah.” (sambil tersenyum).

Narator : Bergegaslah abunawas membakar ikan hasil tangkapan mereka dengan hati gembira, abumawas mengkipas bara api sehingga aroma ikan-ikan itu tercium hidung baginda raja. Setelah ikan-ikan itu matang, abunawas membuka bungkusan bekal yang dibawanya. Saksikan…..!!!

Adegan VII

Abunawas : (Sambil menyungguhkan ikan baker yang lezat itu kehadapan baginda raja ). “ampun baginda, ijinkan hamba mempersilakan paduka menikmati ikan-ikan bakar ini.”

Baginda : “Terimah kasih abunawas.”

Narrator : Ternyata baginda raja sangat menikmati masakan-masakan yang sudah disiapkan abunawas bersama prajuritnya. Saksikan…..!!!

Adegan VIII

Baginda : “Abunawas, ikannya enak sekali seperti makanan ini akan saya habiskan.”

Abunawas : “Ampun baginda raja, dengan makanan ini apaka selerah makan baginda sudah pulih kembali?”

Baginda : “Ya, rasanya selerah makanku sudah pulih. Kalau begitu lanjutkan perjalanan mencari kijang berbulu putih itu.”

Abunawas : “Ampun baginda raja, sebenarnya kijang berbulu putih itu tidak ada.”

Baginda : “lalu, bagaimana kita harus mendapatkan obat unttuk penyakitku ini?”

Abunawas : “Mohon ampun baginda, baginda tidak perlu mencari obat lagi, karena selerah makan baginda sudah pulih kembali.”

Baginda : “Kamu benar-benar abunawas, penyakit anehku sudah sembuh. Bagaimana ini bisa terjadi?”

Abunawas : “Menurut hamba, sebenarnya baginda tida menderita penyakit apapun karena selama ini ketika makan, perut baginda belum terasa lapar apa lagi baginda tidak banyak bergerak.”

Baginda : “Kamu benar-benar cerdik abunawas, kalau begitu lain waktu kita berburu lagi.”

Abunawas : (Sambil tertawa terbahak-bahak) “ha…..ha….ha……ha…….”

Narator : Demikianlah kisah cerita “ SAKIT ANEH SANG BAGINDA” yang membuat kita semakin penasaran untuk mencari tahu apakah kijang putih itu benar-benar ada? sebaga akhir kata “saya ingin menyampaikan mohon ma’af dari hati yang paling dalam bila ada kata-kata dan kalimat yang kurang menyenang di hati para pembaca.”

“Wanita dan Persahabatan”

“INI NASKAH KUBUAT UNTUK MENGENANG  KAMAR KAMI F3”

 
JUDUL : “Wanita dan Persahabatan”    
PENGARANG : RIO BAHTIAR  

Ini kisah menceritakan para pemuda yang berstatus sebagai santri yang tinggal dikamar yang namanya F3, mereka adalah sahabat yang selalu kompak dan setia kawan. Pada suatu ketika mereka bercanda ria dan bergurau satu sama lain. Pada suatu hari si-restu jatuh cinta pada seorang wanita yang bernama dinda dia sangat ngebet sekali pada si cewek akan tetatapi si-restu tertutup tidak terbuka. Tapi akhirnya teman-teman kamarnya curiga karna restu sering ngelamun dan tersenyum sendiri dan terjadilah guyonan dari teman-teman kamarnya. Dan restupun bercerita karna dirayu oleh teman-temannya, namun tanpa disangka-sangka diantara teman restu ada yang juga suka kepada dinda. Dan dia marah mendengar penjelasan restu dia adalah abdul karim anak saudagar Bawang. Terjadilah permusuhan diantara mereka berdua dan akhirnya mereka memilih persahabatan dari pada bermusuhan gara-gara wanita.


TOKOH-TOKOH    
Peran utama : Restu    
Peran pembantu: Abdul    
  Dinda    
  Ades    
  Dodi  



Peran figuran     :    Rio dan Adit


Pada suatu hari asrama daerah “F” kamar F3 terdengar perbincangan diselai chanda tawa.

Rio       :    eh... tau gak sekarang tanggal berapa?

Adit : ada apa loe tanya-tanya tanggal mang ada yang penting tah..?

Rio : he...3X gak da apa-apa sih Cuma’ goe dah nipis nie uang jajan hampir ludes.

Nyahut abdul...

Abdul : sekarang tanggal 21 april yo...makanya jangan boros jadi orang itu, terus kalau sudah gini kamu pasti mau pinjam uang lagi yah ma aku...

Rio       :    He...he..kok tau..

Ades : yah..gimana gak mau tau, wong itu sudah jadi teradisi kamu kalau kirimanya habis pinjam ke dullah.. Rio : yah kan gak papa gua ganti entar kalau udah kiriman, lagian dullah kan uang jajannya banyak.


Lalu adit yang tadinya tidur bangun ikutan menyahut...



Adit : yah kalau dullah itu kan anaknya juragan bawang jadi santai aja kan dull..tinggal minta aja ma bokap lo tuh.

Abdul   :    yah makasih ocehannya...



Dan beberapa hari kemudian disekolah...



Bruk.....(restu tidak sengaja menabrak seorang gadis yang gadis itu ternyata adalah dinda)

Dinda : eh kamu itu kalau jalan liat-liat napa sih..gak punya mata yah..


Dan  si  restu  hanya  bengong  melihat  dinda  lagi  marah

pada dirinya...



Dinda   :    hei kak...kok jadi bengong sih.mang ada yang

lucu tah...

Restu   :    O o o,sorry yah aku gak sengaja, soalnya aku

tadi terburu-buru mau ke toilet. Maaf yah..maaf yah....

Dinda   :    makanya   kalau   jalan   liat-liat   napa   jangan

ngelamun terus entar kesambet setan lo.. kak. ya sudah saya maafkan..

 
Restu : eh BTW kamu itu nak mana sih...kok aku baru    
sekarang liat kamu disekolah?    
Dinda : oh...  aku  anak  baru  kak  disini  pindahan  dari    
SMANSA Jombang.    
Restu : oh  kamu  anak  baru  yah  disini  kenalin  aku    
Restu anak XII bahasa, kamu masuk dikelas mana?    
Dinda : oh..  aku  masuk  di  kelas  X  ips.kak  maaf  yah  

tadi marah-marah abiz kakak sih pke acara nabrak-nabrak segala.sorry yah kak

Restu   :    yah gak papa.oh ya nama kamu siapa?

 
Dinda : namaku Dinda kak    
Restu : nama   yang   cantik   sama   dengan   orangnya    
cantik juga...    
Dinda : yeah..kalau    bikin    buat    orang    GR    kakak    
pinter..biasa aja dah kak gak usah berlebihan.    
Restu : kalau emang kenyataanya cantik gimana?    
Dinda : aduh...kok jadi panjang gombalnya kak cukup  

yah soalnya dinda mau masuk kelas gak enak kalau dilihat anak-anak yang lain.

 
Restu : ya sudah..GOOD LUCK yah...    
Dinda : Assalamualaikum    
Restu : Walaikumsalam  



Dan mereka masuk kedalam kelas masing-masing hingga bel pulang berdering menandakan KBM telah selesai..


 
Restu : (tersenyum sendiri dalam kamarnya)    
Restu : didalam  hati  restu  mengatakan  “seandainya  

aku bisa punya pacar seperti dinda alangkah indahnya dunia ini”


Dibalik semua itu ternyata ada dua pasang mata yang sedang mengintip..

Dodi : eh...des restu kenapa yah dari kemarin-kemarinnya dia jarang makan dan hanya tersenyum sediri dan ngelamun?


Ades : mungkin dia kerasukan jin kali’atau belajar ekting teater?

Dodi     :    hah   jaman   sekarang   masih   percaya   yang

begituan, enggak lah mungkin dia lagi jatuh cinta kali’. Masak sih orang teater bisa jatuh cinta?

 
Ades : ialah  kan wong teater juga manusia. Biar gak    
penasaran kita tanyakan yuk...       
Dodi : duar...ayo  kenapa  ini kok  ngelamun  sendirian    
sambil senyun-senyum?        
Restu : ah.. kamu  ini kaget-kagetin  aku  aja. Gak ada    
apa-apa kok..         
Ades : masak sih..        
Restu : iya gak ada apa-apa.       
Dodi : tapi  kenapa  kamu  tersenyum  sendirian?lagi    
jatu cinta yah.....         
Restu : kamu ini kalau disuruh neliti orang    
pinter...kalu mang iya kenapa ayo??      
Ades : yah gak papa, tapi raja teater sekolah kita ini    
jatuh cinta sama siapa yah dod??       
Dodi : sama siapa yah...       
Restu : eh.. kok jadi wawancara nih..      
Ades : restu..cerita  kenapa  sih  ma  kami,  barang  kali    
kami bisa bantu kamu?        
Restu : tapi janji yah jangan gosipin aku, soalnya aku  

paling anti ma gossip apalagi kalau sampai kedengngerran

virda si-Ratu Gosip sekolah kita itu...

 
Dodi : yah.!!.kita     janji     gakkan     gosipin     kamu    
disekolah,mang cewek yang kamu cintai itu siapa sih..    
Restu : dia itu anak baru sekolah kita itu lho..Si Dinda    
itu...      
Ades : oh.. nak pindahan itu..  

Restu : yah betul, tapi aku malu yang mau ngungkapin perasaan ini?

Dodi : malu..masak sih anak teater yang sudah jadi juara nasional ini malu. Mang kamu bisa malu juga yah tu..(dodi dan ades tertawa)

Restu : yah dipanggung itu gampang pren tapi kalu masalah hati ke hati itu buat aku sangat berat rasanya. Berraattt banget.....

Ades    :    ya sudah aku doain  aja yah.. semoga sukses



Dan diketika malam hari didalam kamar terdapat 7 anak, ada yang lagi copy paste tugas pr temanya, juga ada yang lagi baca komik..

 
.      
Dodi : hei teman-teman semua pada tau gak neh ada    
berita baru     
Abdul : berita baru apa    
Ades : si-Raja teater sekolah kita lagi jatuh hati tuh..    
Adit : wah ama siapa tuh...    
Dodi : denger-denger sih.........ama anak baru    
Abdul : anak baru siapa?    
Ades : dinda itu lho...  


Abdul : apa !!! dinda?? (wajah abdul berubah jadi marah)


Abdul : eh..kamu itu gak tau terima kasih yah..udaah aku baik-baikin jadi teman eh malah mau ngambil orang yang aku sukai....

Restu : lho mang kamu apanya dia kok jadi sewot begitu


Abdul : memang aku bukan siapa-siapanya dia tapi aku lebih dulu P_D_K_T ama tuh anak...enak aja kamu ini..

Restu : terus mau kamu apa??mau carok tahh...(dengan nada tinggi sambil menunjuk-nunjuk wajah Abdul)




Tanpa banyak bicara si-Abdul telah menerkam pipi restu dan begitu juga sebaliknya tapi perkelahian itu dapat dihentikan oleh teman-temannya dengan dipisahkan.


Adit : lho ini kok jadi bertengkar sih...gara-gara perempuan kalian jadi gelap mata. Gila apa...perempuan itu banyak jangan jadi orang bodoh dengan bertengkar kalian ini udah kelas XII seharusnya bisa belajar dewasa. Ya sudah ayo berdamai. Dan lupakanlah perempuan itu, sekarang yang harus kalian ingat adalah belajar dan belajar... agar kalian lulus ujian nantinya.


Restu   dan   Abdul   akhirnya   berdamai   dan   bersahabat

kembali.


THE END