NASKAH DRAMA: BADAI SEPANJANG MALAM Karya MAX ARIFIN Para Pelaku: 1.Jamil, seorang guru SD di Klaulan,Lombok Selatan,berumur 24 tahun 2.Saenah,istri Jamil berusia 23 tahun 3.Kepala Desa,suara pada flashback Setting : Ruangan depan sebuah rumah desa pada malam hari.Di dinding ada lampu minyak menyala.Ada sebuah meja tulis tua. Diatasnya ada beberapa buku besar.Kursi tamu dari rotan sudah agak tua.Dekat dinding ada balai balai .Sebuah radio transistor juga nampak di atas meja. Suara : Suara jangkerik.suara burung malam.gonggongan anjing di kejauhan.Suara Adzan subuh. Musik: Sayup sayup terdengar lagu Asmaradahana,lewat suara sendu seruling Note: Kedua suami istri memperlihatkan pola kehidupan kota.dengan kata lain,mereka berdua memang berasal dari kota.tampak pada cara dan bahan pakaian yang mereka kenakan pada malam hari itu.mereka juga memperlihatkan sebagai orang yang baik baik.hanya idelisme yang menyala nyala yang menyebabkan mereka berada di desa terpencil itu. 01.Begitu layar tersingkap, nampak jamil sedang asyik membaca.Kaki nya ditelusurkan ke atas kursi di depannya.Sekali sekali ia memijit mijit keningnya dan membaca lagi.Kemudian ia mengangkat mukanya,memandang jauh ke depan,merenung dan kembali lagi pada bacaannya.Di kejauhan terdengar salak anjing melengking sedih.Jangkerik juga menghiasi suasana malam itu. Di kejauhan terdengar seruling pilu membawakan Asmaradahana. Jamil menyambar rokok di atas meja dan menyulutnya.Asap berekepul ke atas.Pada saat itu istrinya muncul dari balik pintu kamar. 02.Saenah : Kau belum tidur juga?kukira sudah larut malam.Beristirahatlah,besok kan hari kerja? 03.Jamil: Sebentar,Saenah.Seluruh tubuhku memang sudah lelah,tapi pikiranku masih saja mengambang ke sana kemari.Biasa, kan aku begini malam malam. 04.saenah: Baiklah.tapi apa boleh akuketahui apa yang kaupikirkan malam ini? 05.jamil: Semuanya,semua apa yang kupikirkan selama ini sudah kurekam dalam buku harianku,Saenah.Perjalanan hidup seorang guru muda-yang ditempatkan di suatu desa terpencil-seperti Klulan ini kini merupakan lembaran lembaran terbuka bagi semua orang. 06.Saenah: Kenapa kini baru kau beritahukan hal itu padaku?Kau seakan akan menyimpan suatu rahasia.Atau memang rahasia? 07.Jamil: Sama sekali bukan rahasia ,sayangku! Malam malam di tempat terpencil seakan memanggil aku untuk diajak merenungkan sesuatu.Dan jika aku tak bisa memenuhi ajakannya aku akan mengalami semacam frustasi.Memang pernah sekali,suatu malam yang mencekam,ketika aku sudah tidur dengan nyenyak,aku tiba pada suatu persimpangan jalan di mana aku tidak boleh memilih.Pasrah saja.Apa yang bisa kaulakukan di tempat yang sesunyi ini?[Dia menyambar buku hariannya yang terletak di atas meja dan membalik balikkannya] Coba kaubaca catatanku tertanggal…[sambil masih membolak balik]..ini tanggal 2 oktober 1977. 08.Saenah: [Membaca] “Sudah setahun aku bertugas di Klaulan.Suatu tempat yang terpacak tegak seperti karang di tengah lautan,sejak desa ini tertera dalam peta bumi.Dari jauh dia angker,tidak bersahabat:panas dan debu melecut tubuh.Ia kering kerontang,gersang.Apakah aku akan menjadi bagian dari alam yang tidak bersahabat ini?Menjadi penonton yang diombangkan ambingkan oleh…barang tontonannya.Setahun telah lewat dan selama itu manusia ditelan oleh alam”.[Pause dan Saenah mengeluh;memandang sesaat pada Jamil sebelum membaca lagi].”Aku belum menemukan kejantanan di sini.Orang orang seperti sulit berbicara tentang hubungan dirinya dengan alam.Sampai di mana kebisuan ini bisa diderita?Dan apakah akan diteruskan oleh generasi generasi yang setiap pagi kuhadapai?Apakah di sini tidak dapat dikatakan adanya kekejaman.”[Saenah berhenti membaca dan langsung menatap pada Jamil] 09.Jamil: Kenapa kau berhenti?jangan tatap aku seperti itu,Saenah. 10.Saenah: Apakah tulisan ini tidak keterlaluan?Bisakah ditemukan kejujuran di dalamnya? 11.Jamil: Kejujuran kupertaruhkan di dalamnya,Saenah.Aku bisa mengatakan,kita kadang-kadang dihinggapi oleh sikap sikap munafik dalam suatu pergaulan hidup.Ada ikatan ikatan yang mengharuskan kita berkata “Ya!” terhadap apa pun,sekalipun dalam hati kecil kita berkata”Tidak”.Kejujuranku mendorong aku berkata,”Tidak”,karena aku melatih diri menjadi orang yang setia kepada nuraninya.Aku juga tahu, masa kini yang dicari adalah orang orang yang mau berkata”Ya”.Yang berkata “Tidak” akan disisihkan.[Pause] Memang sulit,Saenah.Tapi itulah hidup yang sebenarnya terjadi.Kecuali kalau kita mau melihat hidup ini indah di luar,bobrok di dalam.Itulah masalahnya.[Pause.Suasana itu menjadi hening sekali.Di kejauhan terdengar salak anjing berkepanjangan] 12.Saenah: Aku tidak berpikir sampai ke sana. Pikiranku sederhana saja.kau masih ingat tentunya,ketika kita pertama kali tiba di sini,ya setahun yang lalu.Tekadmu untuk berdiri di depan kelas,mengajar generasi muda itu agar menjadi pandai.Idealismemu menyala nyala.Waktu itu kita disambut oleh Kepala Desa dengan pidato selamat datangnya.[S aenah lari masuk.Jamil terkejut.tetapi sekejap mata Saenah muncul sambil membawa tape recorder!] Ini putarlah tape ini.Kaurekam peristiwa itu.[Saenah memutar tape itu,kemudian terdengarlah suara Kepala Desa]’…Kami ucapkan selamat datang kepada Saudara Jamil dan istri.Inilah tempat kami.Kami harap saudara betah menjadi guru di sini.Untuk tempat saudara berlindung dari panas dan angin,kami telah menyediakan pondok yang barangkali tidak terlalu baik bagi saudara.Dan apabila Anda memandang bangunan SD yang cuma tiga kelas itu.Dindingnya telah robek,daun pintunya telah copot,lemari lemari sudah reyot,lonceng sekolah bekas pacul tua yang telah tak terpakai lagi.Semunya,semuanya menjadi tantangan bagi kita bersama.Selain itu,kami perkenalkan dua orang guru lainnya yang sudah lima tahun bekerja di sini.Yang ini adalah Saudara Sahli,sedang yang berkaca mata itu adalah Saudara Hasan.Kedatangan Saudara ini akan memperkuat tekad kami untuk membina generasi muda di sini.Harapan seperti ini menjadi harapan Saudara Sahli dan Saudara Hasan tentunya.”[Saenah mematikan tape.Pause,agak lama.Jamil menunduk,sedang Saenah memandang pada Jamil.Pelan pelan Jamil mengangkat mukanya.Mereka berpandangan] 13.Saenah: Semua bicara baik-baik saja waktu itu dan semuanya berjalan wajar. 14.Jamil: Apakah ada yang tidak wajar pada diriku sekarang ini ? 15.Saenah: Kini aku yang bertanya:jujurkah pada nuranimu sendiri?Penilaian terakhir ada pada hatimu.dan mampukah kau membuat semacam pengadilan yang tidak memihak kepada nuranimu sendiri?Karena bukan mustahil sikap keras kepala yang berdiri di belakang semuanya itu.Terus terang dari hari ke hari kita seperti terdesak dalam masyarakat yang kecil ini. 16.Jamil: Apakah masih harus kukatakan bahwa aku telah berusaha berbuat jujur dalam semua tindakanku?Kau menyalahkan aku karena aku terlalu banyak bilang”Tidak” dalam setiap dialog dengan sekitarku.Tapi itulah hatiku yang ikhlas untuk ikut gerak langkah masyarakatku.Tidak,Saenah.Mental masyarakat seperti katamu itu tidak terbatas di desa saja, tapi juga berada di kota 17.Saenah: Kau tidak memahami masyarakatmu. 18.Jamil: Masyarakat itulah yang tidak memahami aku. 19.saenah: siapa yang salah dalam hal ini. 20.Jamil: Masyarakat. 21.Saenah: Yang menang ? 22.Jamil: Aku 23.Saenah: Lalu ? 24.Jamil: Aku mau pindah dari sini.[Pause. Lama sekali mereka berpandangan.]. 25.Saenah: [Dengan suara rendah]Aku kira itu bukan suatu penyelesaian. 26.Jamil: [Keras] Sementara memang itulah penyelesaiannya. 27.Saenah: [Keras]Tidak! Mesti ada sesuatu yang hilang antara kau dengan masyarakatmu.Selama ini kau membanggakan dirimu sebagai seorang idealis.Idealis sejati,malah.Apalah arti kata itu bila kau sendiri tidak bisa dan tidak mampu bergaul akrab dengan masyarakatmu.[Pause] [Lemah diucapkan]Aku terkenang masa itu,ketika kau membujuk aku agar aku mu datang kemari[Flashback dengan mengubah warn cahaya pelan pelan.Memakai potentiometer.Bisa hijau muda atau warna lainnya yang agak kontras dengan warna semula.Musik sendu mengalun] 28.Jamil: Aku mau hidup jauh dari kebisingan,Saenah.Aku tertarik dengan kehidupan sunyi di desa,dengan penduduknya yang polos dan sederhana.Di sana aku ingin melihat manusia seutuhnya.Manusia yang belum dipoles sikap sikap munafik dan pulasan belaka.Aku harap kau menyambut keinginanku ini dengan gembira,dan kita bersama sama kesana.Di sana tenagaku lebih diperlukan dari pada di kota.Dan tentu banyak yang dapat aku lakukan. 29.Saenah: Sudah kaupikirkan baik baik? Perjuangan di sana berarti di luar jangkauan perhatian. 30.Jamil: Aku bukan orang yang membutuhkan perhatian dan publikasi.Kepergianku ke sana bukan dengan harapan untuk menjadi guru teladan.Coba bayangkan,siapa pejabat yang bisa memikirkan kesulitan seorang guru yang bertugas di Sembalun,umpamanya?Betul mereka menerima gaji tiap bulan.Tapi dari hari ke hari dicekam kesunyian,dengan senyum secercah terbayang di bibirnya bila menghadapi anak bangsanya.dengan alat alat serba kurang mungkin kehabisan kapur,namun hatinya tetap di sana.Aku bukan orang yang membutuhkan publikasi,tapi ukuran ukuran dan nilai nilai seorang guru di desa perlu direnungkan kembali.Ini bukan ilusi atau igauan di malam sepi,Saenah.Sedang teman teman di kota mempunyai kesempatan untuk hal hal yang sebaliknya dari kita ini.Itulah yang mendorong aku,mendorong hatiku untuk melamar bertugas di desa ini. 31.Saenah: Baiklah, Sayang.Ketika aku melangkahkan kaki memasuki gerbang perkawinan kita,aku sudah tahu macam suami yang kupilih itu.Aku bersedia mendampingimu.Aku tahu,apa tugas utamaku disamping sebagai seorang ibu rumah tangga.Yaitu menghayati tugas suami dan menjadi pendorong utama karirnya.Aku bersedia meninggalkan kota yang ramai dan aku sudah siap mental menghadapi kesunyian dan kesepian macam apa pun.Kau tak perlu sangsi.[Pause senbentar.Pelan pelan lampu kembali pada cahaya semula] 32.Saenah: Kini aku menjadi sangsi terhadap dirimu.Mana idealisme yang dulu itu? Tengoklah ke kanan.apakah jejeran buku-buku itu belum bisa memberikan jawaban pada keadaan yang kauhadapi sekarang?Di sana ada jawaban yang diberikan oleh Leon Iris,Erich Fromm,Emerson atau Alvin Toffler.Ya,malam malam aku sering melihat kau membuka-buka buku-buku Erich Fromm yang berjudul The Sane Society atau Future Shock nya Alvin Toffler itu. 33.Jamil: Apa yang kau kauketahui tentang Eric Fromm dengan bukunya itu? Atau Toffler? 34.Saenah: Tidak banyak.Tapi yang kuketahui ada orang-orang yang mencari kekuatan pada buku-bukunya.Dan dia tidak akan mundur walau kehidupan pahit macam apa pun dosodorkan kepadanya.karena ia mempunyaai integritas diri lebih tinggi dri orang-orang yng menyebabkan kepahitan hidupnya.apakah kau menyerah dalam hal ini?Ketika kau melangkahkan kakimu memasuki desa ini terlalu bnyak yang akan kausumbngkan padanya,ini harsus kauakui.Tapi kini-akuilah-kau menganggap desa ini terlalu banyak meminta dirimu.Inilah resiko hidup di desa.Seluruh aspek kehidupan kita disorot.Smpai sampai soal pribadi kita dijadikan ukuran mampu tidaknya kita bertugas.Dan aku tahu hal itu.Karena aku kenal kau.[Suasana menjadi hening sekali.Pause] Aku sama sekali tak menyalahkan kau.malah dim diam menghargai kau, dan hal itu sudah sepantasnya.Aku tidak ingin kau tenggelam begitu saja dalam suatu msyarakat atau dalam suatu sistem yang jelek namun telah membudaya dalam masyarakat itu.Di mana pun kau berda.juga sekiranya kau bekerja di kantor.Kau pernah dengan penuh semangat menceritakan bagaimana novel karya Leon Uris yang berjudul QB VII.Di sana Uris menulis,katamu bahwa seorang manusia harus sadar kemanusiaannya dan berdiri tegak antara batas kegilaan lingkungannya dan kekuatan moral yang seharusnya menjadi pendukungnya.Betapapun kecil kekuatan itu.Di sanalah manusia itu diuji.Ini bukan kuliah.Aku tak menyetujui bila kau bicara soal kalah menang dalam hal ini.Tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang.Dialog yang masih kurang. 34.Jamil: Aku mungkin mulai menyadari apa benda yang hilang yang kaukatakan tadi.generasi sekarang mengalami kesulitan dalam masalah hubungan.Hubungan antar sesama manusia.Mereka mengalami apa yang disebut kegaguan intelektual.kita makin cemas,kita seakan akan mengalami kemiskinan artikulasi.Disementara sekolah di banyak sekolah malah,mengarang pun bukanlah menjadi pelajaran utama lagi,sementara makin banyak gagasan yang harus diberitahukan ke segala sudut.Pertukaran pikiran makin dibutuhkan. 35.Saenah: Ya,seperti pertukaran pikiran malam ini.Kita harus yakin akan manfaat pertukaran .Ada gejala dalam masyarakat di mana orang kuat dan berkuasa segan bertukar pikiran.Untuk apa ,kata mereka.Kan aku berkuasa. 36.Jamil; Padahal nasib suatu masyarakat tergantung pada hal-hal itu.Dan kita jangan melupakan kenyataan bahwa masyarakat itu bukan saja berada dalam konflik dengan orang-orang yang mempunyai sikap yang tidak sosial tetapi sering pula konflik dengan sifat sifat manusia yang paling dibutuhkan,yang justru ditekan oleh masyarakat itu sendiri. 37.Saenah: Itu kan Erich Fromm yang bilang. 38.Jamil: Memang aku mengutip dia.[Dari kejauhan terdengar suara bedug subuh kemudian adzan] 39.Saenah: Aduh,kiranya sudah subuh.Pagi ini anak-anak menunggumu,generasi muda yang sangat membutuhkan kau. 40.Jamil: Aku akan tetap berada di desa ini,sayangku. 41.Saenah: Aku akan tetap bersamamu.Yakinlah.[Jamil menuntun istrinya ke kamar tidur.Musik melengking keras lalu pelan pelan,sendu dan akhirnya berhenti]. Catatan: Naskah ini pernah dimuat dalam buku Kumpulan Drama Remaja, editor A.Rumadi.Penerbit PT Gramedia Jakarta,1988,halaman 25-33
Rabu, 29 Agustus 2012
BADAI SEPANJANG MALAM
SAKIT ANEH SANG BAGINDA
SAKIT ANEH SANG BAGINDA Baginda Raja Permaisuri Dayang Tabib Abu Nawas Prajurit I Prajurit II Narator : Disebuah negeri timur tengah, berdrilah sebuah kerajaan yang sangat besar dan megah. Tanahnya subur dan berlimpah ruah hasilnya, membuat rakyatnya hidup rukun dan sejah terah. Apalagi kerjaan itu dipimpin oleh seorang raja yang tampan dan gagah berani, membuat negeri itu aman dan damai. Saksikanlah……….!!! Adegan I Baginda : (Sambil meletakan swendoknya dalam piringya Islu menarik nafas panjang dalam-dalam dengan tatapan matanya, yang sayup memperhatikan hidangan yang disiapkan). Permaisuriku….? Permaisuri : ”Ada apa bagindaku…..? Baginda : “Begini permaisuriku, perutku tersa kering dan mual-mual, rasanya mau muntah sehingga selera makanku menjadi hilang” Permaisuri : “Ma’af bagindaku, mungkin masakannya kurang enak ya?” Baginda : “Tidak permaisuriku, makananya sudah enak sekali.” Pemaisuri : (Permaisuri tidak putus asa, lau memanggil dayangnya). “Dayang….dayang, kemarilah….! Dayang : (Dengan rergesah-gesah sambil membungkukan badan). “permaisuri memanggil hamba….?” Pemaisuri : “Ambilkan masan jamur untuk baginda!” Dayang : “ Baiklah, hamba segera melaksanakan tittah paduka.” (sambil memebawa makanan), “ini makanan untuk paduka, permaisuri” Permaisuri : “Kembalilah danyangku. Paduka cobalah makan ini mungkin bias mengembalikan selerah makan baginda.” Baginda :(Mengambil satu sendok nasi lalu mencicipinya…..kemudian)”kauk…kuak…kuak.” (sampai muntah) Permaisuri : (Dengan tergesah-gesah). “dayang…..dayang…tolong panggilkan tabib kerajaan!” Dayang : “Ia permaisuri (dengan tergesah-gesah dayang keluar dari ruangan itu dan memanggil tabib. Kemudian dalam waktu yang singkat, dayang kembali dengan seorang tabib kerajaan). Tabit : “ Ampun permaisuri, adakah yang bisa hambah perbuat….?” Permaisuri : “Begini tabib, hampir sebulan ini selerah makan baginda terganggu.” Tabit : “Hamba mohon ampun baginda, ijinkan hamba memeriksa keadaan baginda. (tabib mendekati baginda dan langsung memeriksanya). Permaisuri : “Bagaimana keadaannya….tabib….?” Tabib : “Mohon ampun paduka, hamba tidak dapat menemukan penyakit dalam diri baginda, sekali lagi ma’af permaisuri.” Permaisuri : (Menggeleng-gelengkan kepalanya), “bagaimana ini tabib, apakah tidak ada jalan lain lagi untuk mengetahui penyakit baginda raja….? Tabib : “Mohon amapun permaisuri, hamba sarankan kalau bisa memanggil abunawas yang mungkin bisa menyembuhkan penyakit baginda raja. Narator : Pergilah tabib menemui abunawas dan berceritalah mereka tentang penyakit aneh sang baginda raja. Apakah baginda raja dapat disembuhkan…? Apakah abunawas mampu melakukan yang terbaik unttu baginda raja? Saksikan……..!!! Adegan II Tabib : “ Abunawas” (sambil menundukkan kepala). “salam sejahtera baginda raja” Baginda : Apakah kamu yang bernama abunawas….? Abunawas : “ Mohon ampun baginda, hamba yang bernama abunawas” Baginda : “ Apakah kamu bisa mengobati penyakitku ini….? Abunawas : “ Ampun baginda raja, hamba sudah mendengar semua dari tabib kerajaan tentang apa yang paduka derita.” Baginda : “ Menurutmu, adakah obat yang bisa menyembuhkan penyakitku ini….?” Abunawas : “ Ada paduka yang mulia.” Baginda : (Sambil berdiri dengan wajah yang berseri- seri ). “Obat apakah itu abunawas….? Abunawas : “ Hamba punya saran, di hutan tutupan ada kijang berbulu putih yang dagingnya sagat lezat.” Baginda : “ Lalu….?” Abunawas : “ Syaratnya…. Baginda harus menangkap sendiri kijang berbuluh putih itu, apakah baginda sanggup….?” Baginda : “ Baiklah abunawas, saya sanggup dan besok pagi kita berangkat.” (tanpa ragu-ragu). Narator : Kemudian pulanglah abunawas ke rumahnya yang letaknya tidak jauh dari singgasana. Abunawas pulang untuk mempersiapkan senua perlengkapan yang akan dibawah. Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Baginda, abunawas dan prajurit kerajaan sudah siap di depan singgasana untuk melakukan perjalanan. Mari…..! kita saksikan adegan berikut ini…..!!! Adegan III Baginda : “ Abunawas, apakah semua perlengkapan sudah disiapkan?” Abunawas : “ Bagaimana prajurit, apakah perlengkapan dari singgasana sudah disiapkan?” Prajurit 1,11 : “Ampun baginda semuanya sudah siap.” Baginda : “ Kita berangkat sekarang.” Narator : Rombongan paduka berangkat dengan membawa perlengkapan berburu, tetapi abunawas sengaja membawa nasih putih, air putih, garam, dan asam. Perjalanan cukup panjang dan melelahkan namun, untuk mencapai tujuan, merekapun dengan bersemangat melanjutkan perjalanannya. Maka tibalah mereka di tegah-tegah hutan. Saksikan…!!! Adegan IV Baginda : “ Abunawas, selama perjalanan sampai di tengah hutan ini, tidak satupun binatang yang kita temukan.” Abunawas : “ Memang betul paduka yang mulia, di sini ada semak-semak duri.” Baginda : “ Kalau disini hanya semak-semak duri, lalu di mana kijang berbulu putih itu….?” Abunawas : (Diam sejenak sambil tersenyum). “Begini baginda raja, konon kabar kijang berbulu putih itu muncul secara tiba-tiba.” Baginda : (Sambil mengusap keringat dan menghela napas panjang). Oh… begitu ya abunawas? Abunawas : “ Ya baginda raja. Kalau begitu, kita istirahat dulu sambil mencari sumber air.” Baginda : “ Baiklah abunawas.” Prajurit 1 : “ Mohon ampun paduka, tidak jauh dari sini ada sumber mata air.” Abunawas : “ Oh…benar paduka. Lebih baik kita segera ke sana.” Narrator : Lalu dengan langkah pasti, paduka bersama abunawas, dan prajurit-prajuritnya bergegas menuju sumber mata air dan tidak lama kemudian mereka tiba di sumber mata air tersebut. Saksikan….!!! Adegan V Baginda : (Menghela napas panjang). “ oh….indah sekali abunawas keadaan ala mini, airnya sangat jernih yang membuatku tidak tahan lagi untuk meminumnya. Dengan air ini, benar-benar menghilangkan dahagaku.” Abunawas : “Betul paduka, air sangat jernih.” Prajurit 1,11 : “Mohon ampun paduka, ijinkan hamba memita paduka untuk beristirahat di sini (menunjukkan tempat yang disediakan).” Baginda : “Terimah kasih prajuritku.” (berjalan memnuju tempat istirahat) Abunawas : “Ampun baginda, ijinkan hamba untuk mencari ikan di muara itu. (sambil menuju ke arah muara yang tidak jauh dari peristirahatan mereka).” Baginda : “Oh…silakan abunawas, kebetulan perutku sudah lapar.” Abunawas : “mohon ampun baginda, hamba dan prajurit segera mencari ikan di sana.” Narrator : Lalu abunawas bersama prajurit menuju ke muara. Saksikan apakah mereka benar-benar menemukan ikan di muara….? Adegan VI Prajurit 11 : “Abunawas, lihatlah ternyata di muara ini banyak sekali ikannya dan sungguh menakjutkan.” Abunawas : “Oh….betul sekali prajurit.jika kita bisa menangkapnya maka kita akan menikmatinya sampai puas. (sambil menanjapkan sebilah bambu yang sudah diruncing ke arah ikan-ikan di muara).” Narrator : Berkali-kali abunawas menancapkan bambu ke arah ikan, sehingga ia mendapat beberapa ikan yang sangat besar. Lalu abunawas bersama prajurit bergegas menuju ke tempat baginda beristirahat, sambil membawa ikan hasil tangkapan mereka. Prajurit 1 : “Mohon ampun baginda, abunawas dan prajurit sudah dating dan membawa bebberapa ikan hasil tangkapan.” Baginda : “Oh…ikannya besar sekali, rupanya mereka pandai menangkap ikan.” Abunawas dan prajurit: (dengan wajah tersenyum, tibalah mereka di tempat peristirahatan baginda raja). Abunawas : “Mohon ampun baginda raja, imilah ikan tangkapan kami.” Baginda : “kalau begitu bakarlah ikan-ikan itu.” Abunawas : “Baiklah baginda, hamba akan melakukan perintah.” (sambil tersenyum). Narator : Bergegaslah abunawas membakar ikan hasil tangkapan mereka dengan hati gembira, abumawas mengkipas bara api sehingga aroma ikan-ikan itu tercium hidung baginda raja. Setelah ikan-ikan itu matang, abunawas membuka bungkusan bekal yang dibawanya. Saksikan…..!!! Adegan VII Abunawas : (Sambil menyungguhkan ikan baker yang lezat itu kehadapan baginda raja ). “ampun baginda, ijinkan hamba mempersilakan paduka menikmati ikan-ikan bakar ini.” Baginda : “Terimah kasih abunawas.” Narrator : Ternyata baginda raja sangat menikmati masakan-masakan yang sudah disiapkan abunawas bersama prajuritnya. Saksikan…..!!! Adegan VIII Baginda : “Abunawas, ikannya enak sekali seperti makanan ini akan saya habiskan.” Abunawas : “Ampun baginda raja, dengan makanan ini apaka selerah makan baginda sudah pulih kembali?” Baginda : “Ya, rasanya selerah makanku sudah pulih. Kalau begitu lanjutkan perjalanan mencari kijang berbulu putih itu.” Abunawas : “Ampun baginda raja, sebenarnya kijang berbulu putih itu tidak ada.” Baginda : “lalu, bagaimana kita harus mendapatkan obat unttuk penyakitku ini?” Abunawas : “Mohon ampun baginda, baginda tidak perlu mencari obat lagi, karena selerah makan baginda sudah pulih kembali.” Baginda : “Kamu benar-benar abunawas, penyakit anehku sudah sembuh. Bagaimana ini bisa terjadi?” Abunawas : “Menurut hamba, sebenarnya baginda tida menderita penyakit apapun karena selama ini ketika makan, perut baginda belum terasa lapar apa lagi baginda tidak banyak bergerak.” Baginda : “Kamu benar-benar cerdik abunawas, kalau begitu lain waktu kita berburu lagi.” Abunawas : (Sambil tertawa terbahak-bahak) “ha…..ha….ha……ha…….” Narator : Demikianlah kisah cerita “ SAKIT ANEH SANG BAGINDA” yang membuat kita semakin penasaran untuk mencari tahu apakah kijang putih itu benar-benar ada? sebaga akhir kata “saya ingin menyampaikan mohon ma’af dari hati yang paling dalam bila ada kata-kata dan kalimat yang kurang menyenang di hati para pembaca.”
Lakon Remaja SALAH SMS
Lakon Remaja SALAH SMS Karya Paulus PN Simangunsong JUARA Harapan 1 LOMBA PENULISAN NASKAH TEATER REMAJA TAMAN BUDAYA JAWA TIMUR 2006 Para tokoh Nina Pelajar SMA Togi Abang ipar Nina Kakak Nina Istri Togi Dandi Pacar Nina Tono Pengagum Nina Ruri Teman Nina yang sering iri Tuti Teman Nina Orang 1 Kelompok Ruri Orang 2 Kelompok Ruri Kepala sekolah Guru Para pelaku tidak bicara BAGIAN 1 KANTIN SEKOLAH. PAGI. LAGU GARUDA PANCASILA DALAM IRAMA DANGDUT. BUNYI LONCENG TANDA ISTIRAHAT. TERDENGAR SORAK-SORAI GEMBIRA. PARA MURID MENARI DAN MENYANYI Wo wo wo… Tiba saatnya istirahat sekolah Ya ya ya… Lupakan sejenak ilmu eksakta Ya ya ya wiyuuu… Andai tak ada gedung sekolah Mungkin belajar di jalan raya Berbaur dengan pedagang kaki lima Menggelar alas koran di trotoar kota Wo wo wo… Tiba saatnya istirahat sekolah Ya ya ya… Lupakan sejenak ilmu eksakta Ya ya ya wiyuuu… Bukannya benci belajar Bukannya tak ingin pintar Tapi hati ingin senang sejenak Istirahatkan otak walau sesaat Wo wo wo… Ye ye ye… TELEPON GENGGAM BERBUNYI KENCANG MENANDAKAN SMS MASUK. RURI (latah) Copot…copot…copot….copot. Eh, copot. Hhhh… suaranya kencang banget. Bikin kaget. Nggak ada yang lebih kenceng lagi? SMS nih. Baru pegang eh, sudah ngagetin. Bagaimana kalau lama? Atau sambil dielus-elus? Bisa mati jantungan aku. NINA Baca saja! Makanan datang nih. Ruri, kamu masih sering lewat taman? Hati-hati lho! Aku baca di koran tadi pagi, semalam ada pemerkosaan disana. RURI Iya. Aku juga dengar dari Bapak. Selanjutnya lebih baik pulang Lewat depan kelurahan walau sedikit jauh memutar. Tidak apa-apalah? Daripada ada apa-apa. (membaca sms. Kaget . Menyembunyikan rasa kaget) NINA Dari siapa? Apa pesannya? RURI (gugup) Belum baca kok he he he… Aduh! Tiba-tiba ingin ke WC. Tunggu sebentar ya! Sampai nanti. (meninggalkan hp) NINA (menyantap makanan. Sms tidak dibaca) Tingkahnya aneh bin ajaib? Ooo… mungkin kena sindrom HIV stadium empat HIV, Hasrat Ingin Vivissssss… LONCENG ISTIRAHAT SELESAI. NINA BURU-BURU MEMBAYAR LALU MASUK KELAS LAMPU BERUBAH MEJA-KURSI KANTIN BERUBAH POSISI MENJADI MEJA-KURSI DI KELAS. BAGIAN 2 DALAM KELAS. SIANG. MURID-MURID MASUK SETELAH JAM ISTIRAHAT SELESAI. RURI MENYANYI DENGAN TEMAN-TEMANNYA. RURI (Menyanyi) Hai teman-teman Ada berita bagus Bukan akal bulus Kalian tentu senang Sini sini aku bisikkan Di antara kita semua Ada yang ihh… nggak tega SEMUA Ada apa sih Bikin penasaran RURI Di antara kita semua Salah satu teman kita Sudah bercinta tadi malam ah ah ah… Bukan hanya itu saja Tapi ada kondom dom dom dom SEMUA Siapa? Siapa? Bohong lagi kan? RURI Eee… Sini…Sini (Berbisik) SEMUA Nggak mungkin. Nggak mungkin. Nina itu anak baik-baik Nggak mungkin berbuat tak baik. Pacarnya alim Belajarnya rajin Jadi nggak mungkin, nggak mungkin benar RURI Memang orang alim nggak tahu yang enak? Tidak suka yang enak-enak? Salah. Justru mereka lebih gila imajinasinya. Sadar! Sadar! Air tenang menghanyutkan toh? Siapa tahu pacarnya Nina menghanyutkan? Siapa tahu? Eh, siapa tahu waktu dia melamun ternyata membayangkan kita lagi telanjang? Hiiii seram kan? ORANG 1 Tidak usah munafik Ruri! Bukannya suka? RURI Kalau pacarnya Nina mau? Ya, mau juga sih. SEMUA Huuu… RURI Tapi benar lho. Dengan mata kepala sendiri kubaca SMS itu. Malah Lebih dulu baca daripada Nina. Tadi barusan. Aku pura-pura ke WC, terus kesini memberitahu kalian. Dibilangin tidak mau percaya. SEMUA Apa? Apa? Apa? RURI(Mengawasi Sekitar. Mulai Banyak Yang Masuk Kelas.) Sayang titik titik titik. (Menjelaskan) Titiknya ada tiga. Melanjutkan Isi Sms) Tadi malam, koma, aku tidak pakai kondom ,titik, hari ini sudah beli. (Mengageti) Kondom! ORANG 2 (Latah) Kondom…kondom eh kondom. SEMUA (Tertawa) ORANG 1 (Ikut Latah) Udah dom dom dom eh dom. SEMUA (Tertawa) ORANG 2 Udah nggak keset keset keset lagi dong? ORANG 1 Blong? ORANG 2 Bolong? RURI Ompong. Melompong. Tapi enak kali ya? SEMUA Enak tenan… sst sst sst! NINA (Masuk Tanpa Merasa Ada Apa-Apa. Teman-Temannya Menatap Aneh. Guru Masuk.) LAMPU BERUBAH BAGIAN 3 RUANG TAMU KELUARGA TOGI. SORE. TOGI DAN ISTERI SEDANG BERSANTAI. TOGI Penonton tahu tidak? Ini apa? Tidak tahu? Masa tidak tahu? Wah ketinggalan jaman. Ini namanya EICH PI. Telepon seluler. HAP…PE. HAP… PE ini baru ganti onderdil. Bukan ganti EL SI DI antena atau KI PET tapi SIM KART. SIM KART lama diganti dengan yang baru. SIM KART lama sudah kadaluwarsa soalnya kelamaan tidak diisi pulsa. Maklum! BBM naik, listrik naik, ongkos bus kota naik. Semua serba naik. Kere jadinya. Semua harus hemat. Pulsa pun dihemat. Karena terlalu hemat, tenggang waktu aktif SIM KART habis. Jadi harus beli kartu baru. Yang menyebalkan, nomor telepon teman-teman di SIM KART lama ikut hilang. Terpaksa deh bercapek- capek ria mendata lagi nomor-nomor telepon. Satu-satu masukin punya ibu Dua-dua masukin punya ayah Tiga-tiga masukin punya istri Satu dua tiga baru yang lainnya. Capek juga memasukan semua nomor. Untung pernah membuat backup di buku telepon. Kalau tidak, harus tanya lagi ke orangnya. Hilang dong nomor si gadis cantik. Sebenarnya bukan itu yang menarik. Tapi ini nih (Bunyi Sms Masuk) Nah! Datang lagi. Betul dia lagi. (Membaca) Aku tidak kenal anda. Jelas saja tidak kenal. Aku juga tidak kenal anda. Tadinya kupikir ini nomor istriku tercinta, si super galak. Ternyata bukan. Mungkin keliru memasukkan data nomor, jadinya salah ke nomor orang lain. Jaman begini harus hemat. Kurangi pemakaian telepon! Manfaatkan fasilitas SMS semaksimal mungkin! Andai saja ada gerakan massal anti menelepon, tentu penghematan besar-besaran. Semua serba SMS. Dijamin negara tetangga tidak akan tertarik membeli perusahaan telepon negara kita. Namun sungguh celaka. Bangsa kita suka gosip. Negeri doyan ngerumpi. Bisa berjam-jam cuap-cuap di telepon. Cuap-cuap apa saja. Dari harga cabe melambung tinggi hingga gosip artis kawin-cerai. Susah! Lihat saja berapa banyak acara psst psst… artis di televisi! Semua stasiun televisi punya. Yang ini harus dipertahankan. Apalagi dia sekolah di tempat yang putri-putrinya terkenal cantik jelita. Kan sudah jadi rahasia umum kalau wanita sekarang suka dengan lelaki yang lebih tua. Apalagi sudah berkeluarga, banyak dicari. Sudah pengalaman, kata mereka. Ditambah pula bisa memberikan hadiah bedak atau baju baru, maka jadilah pasangan bersenang-senang dan terus ke… penonton terusin sendiri deh! Ups, tapi ini kan sekolah adik iparku? Ngeri juga kalau sampai tercium SMS-an dengan anak sekolah. Bisa lumat aku. Tapi ada ini. Otak. Otak mencari siasat. KAKAK NINA Siasat apa? TOGI Tidak ada apa-apa. Aku lagi bersiasat agar hemat pulsa. KAKAK NINA Kirain siasat ngibulin istri. Pah, pinjam HP! TOGI Nah itu siasat pertama. Tidak meminjamkan HP kepada istri. KAKAK NINA Sebentar saja. Nggak bakalan dimakan. Pulsa Mama habis. Pinjam dong ! Sebentar saja. TOGI Siasat kedua, tidak boleh meminjamkan HP kalau sebentar. KAKAK NINA Ya sudah. Pinjamnya lama. TOGI Siasat ketiga, tidak boleh meminjamkan HP, apalagi lama. KAKAK NINA Pak Togi, aku kan isterimu? SMS sekali saja. TOGI Kakaknya Nina, tidak boleh. Siasat keempat, tidak meminjamkan HP Untuk SMS. Apalagi istri. KAKAK NINA (Sebal) Mau dipegang saja. (Togi Mau Menjawab). Itu siasat ketiga tidak meminjamkan HP untuk dipegang saja oleh istri. Awas ya! Nanti malam tidak boleh pegang-pegang! Titik (Keluar) TOGI Itu beda. Kalau urusan pegang itu nggak pakai siasat-siasatan. Istriku! Istriku! Puasa lagi malam ini. Gara-gara HP ini sih. Gencatan senjata deh. Istriku!(Mengejar) LAMPU BERUBAH BAGIAN 4 DALAM KELAS. PAGI. MEJA DAN KURSI TERSUSUN RAPI. DI KELAS HANYA ADA NINA DAN TUTI. NINA (Menyanyi) Kepada angin dan matahari Kemana jawab akan kutemui Tak tahu aku apa yang terjadi Seolah aku kembang bangkai mati Baunya tajam menusuk nurani Sahabat saja yang aku cari Yang telah ada pergi menjauhi Apalah arti hidup begini Seperti mati Sendiri dan sepi Perjalanan kehidupan Butuh teman untuk berbagi Walau tak abadi tapi berganti Sesaat saja dibutuhkan hati Hati yang damai Teman yang ramai TUTI Aku masih sahabatmu. Tak usah risau. Tapi jujur Nin! Kita kan sahabat. Aku butuh kejujuranmu. Benar tidak isi SMS itu? Terus terang! Tidak usah malu atau sungkan. Aku sahabat yang bisa menjaga rahasia. Kamu tahu sendiri kan? NINA Kamu sahabat sejati Tuti. Isi SMS itu benar. Tapi tidak ada Hubungannya denganku. TUTI Tidak ada hubungan? Dia tahu nomormu. Dia menge-SMS berkali-kali. Dia tahu sekolahmu. Untung dia belum tahu rumahmu. Apa dia sudah tahu lagi? NINA Itu aku yang beritahu. Maksudku, agar dia percaya kalau dia salah SMS. Aku kasih tahu kalau aku bukan istrinya. Aku ini anak sekolah. Eh malah SMS lagi istriku bisa saja. Untungnya, masalah tempat tinggal dia tidak kuberitahu. TUTI Tapi Nina, bahaya memberitahu identitas kepada orang tidak dikenal. Siapa tahu dia pembunuh berdarah dingin? Atau pemerkosa yang mencari mangsa? Atau perjaka tua yang cari perawan tingting? Orang-orang jaman sekarang penuh tipu daya. Bukan hanya orang lain atau tetangga yang ditipu, bahkan istri dan anak tega ditipu. NINA Aku cuma ingin jujur. Berharap supaya dia mau mengirim SMS, menyatakan salah kirim SMS. Itu saja. Bukti itu akan jadi alatku melawan gosip miring yang beredar. Aku tidak tahan lagi tatapan mata aneh teman-teman karena SMS pertama itu? TUTI Memang! Aku sahabatmu ikut terganggu. Kamu anak baik. Sepengetahuanku tidak pernah berbuat macam-macam. Aku percaya kamu seratus persen. NINA Tapi dia tidak pernah meluluskan permintaanku. Malah ingin Kenalan lebih jauh. Mengejak bertemu. Kopi darat. TUTI Terus mau? NINA Ya tidak. Takut lah. Aku takut kalau dia berbahaya seperti katamu tadi. Aduh bagaima ini? Kalau gosip ini sampai ke guru, bisa gawat. Pasti akan sampai ke Kepala Sekolah. Terus sampai juga ke keluarga. Gawat. TUTI Kenapa tidak ditelepon saja? Sudah berusaha menelepon? Mungkin dengan begitu dia mau berbaik hati? Dugaanku kamu kenal dia. Niatnya hanya menggoda kamu. Main-main. NINA Sudah. Tapi dia tidak mau mengangkat. Malah balas SMS hemat pulsa! Cintailah SMS seumur hidup! Lagian kan tidak surprise kalau sudah ngobrol dulu? Mendingan ketemu langsung saja.Jadi, tidak mungkin kita saling kenal. Bagaimana dong? Biasanya kamu banyak akal. TUTI Masalah begini nggak berani kasih masukan deh. Urusannya bisa panjang. Nanti ada apa-apa, aku ikut bertanggung jawab. Pertama-tama jadi saksi lalu terdakwa. Saksi kan bisa jadi terdakwa? Nggak ah. NINA Jadi dibiarin saja? Nanti teman-teman menganggap isi SMS itu memang benar. Kelakuanku seperti gosip miring yang beredar sekarang memang benar. Pembuktian dari sumber SMS bisa membantuku membersihkan nama. GURU (Masuk) Nina dipanggil Kepala Sekolah. NINA Baik Bu. Tuh kan? Pasti gosip sudah sampai. TUTI Sementara diamin saja Nin. (Dilirik Guru) Bukan. Bukan Ibu. LAMPU BERUBAH MEJA-KURSI KELAS BERUBAH POSISI MENJADI MEJA-KURSI DI KANTOR KEPALA SEKOLAH BAGIAN 5 RUANG KEPALA SEKOLAH. KEPALA SEKOLAH Selamat pagi anak manis! NINA Selamat pagi juga Ibu cantik! KEPALA SEKOLAH Haus? Silahkan minum! NINA Tidak Bu. Terima kasih. KEPALA SEKOLAH Kamu cantik hari ini. NINA Ah, Ibu bisa saja. KEPALA SEKOLAH Sudah beli kondom ya? NINA Kondom? KEPALA SEKOLAH Memalukan. Kamu menorehkan aib di sekolah ini. Tidak Ibu sangka. Anak cantik dan sepintar kamu bisa berbuat bejat. Serigala berbulu domba. Tanggalkan bulu domba itu! NINA Saya tidak pakai bulu Bu. KEPALA SEKOLAH Maksud saya, kamu harus menanggalkan, melepaskan aib dari Sekolah ini. NINA (Kepada Diri Sendiri) Menanggalkan aib, melepaskan aib. (Ke Kepala Sekolah) Bu ampun! Mohon jangan keluarkan saya dari sekolah! Bagaimana masa depanku Bu? Saya masih ingin belajar dan bermain dengan teman-teman. Apa masalahnya Bu? Saya tidak melakukan kesalahan apa-apa. KEPALA SEKOLAH Tidak bersalah bagaimana? Hubungan badan di luar nikah bukan apa-apa? Masalah kondom anakku yang cantik kitik kitik kitik! Itu masalahnya. Saya akan siapkan surat pemecatanmu dari sekolah ini. Segera pulang! Beresi buku-bukumu dari kelas. NINA Saya tidak ngapa-ngapain kondom Bu. Benar! Tidak mencuri kondom siapa- siapa. (Sadar) Ooo, masalah SMS itu ya Bu? Tidak Bu. Tidak. Itu tidak benar. SMS itu salah kirim Bu. Salah kirim. Mohon, jangan Hanya mendengar dari satu sumber! Nomor pengirim SMS itu benar-benar tidak saya kenal. (GURU DAN RURI MASUK) GURU Ada informasi tambahan (Berbisik Ke Kepala Sekolah) KEPALA SEKOLAH Baik. Terima kasih. (Guru Dan Ruri Keluar) NINA Bu, saya benar-benar tidak bersalah. KEPALA SEKOLAH Nina Nina. Sulit bagi Ibu mempercayaimu. Masalah SMS Kamu bantah. Sekarang ditambah lagi kamu berpacaran dengan pak Gatot. Berpacaran dengan gurumu sendiri. Itu sama sekali tidak etis. Dilarang. Tidak baik seorang murid berpacaran dengan gurunya. Tahu? Masih mau membantah? Menghindar? Alasan apa lagi akan keluar dari mulutmu? NINA Masalah apa lagi ini? Itu lebih tidak benar lagi Bu. Saya mengagumi pak Gatot. Dia ganteng, simpatik, pintar mengajar dan kebetulan rumahnya searah rumah saya. Jadi sering jalan bersama. Saya memang menyukai pak Gatot. Kalau dia mau jadi pacar, saya tidak keberatan. KEPALA SEKOLAH (Ke Penonton). Saya juga mau tahu. NINA Saya tidak ada apa-apa Bu. Kenapa Bu? KEPALA SEKOLAH Saya mau tahu. Eh, maaf. Hmmm… baik-baiklah. Kamu bisa berceloteh apa saja. Silahkan cuap-cuap apa saja. Tapi Ibu butuh bukti. Buktikan berita kondom itu benar-benar kesalah-pahaman! Kesalah- kiriman SMS. Ibu butuh bukti. Ibu tidak ingin ini jadi hal buruk di sekolah kita. Hubunganmu dengan pak Gatot akan Ibu usut lebih lanjut. NINA Silahkan Bu! Saya sudah menghubungi si pemilik HP. Saya menelepon langsung. Juga sudah saya SMS. Tapi dia tidak menggubris. Malah mengajak kenalan segala. KEPALA SEKOLAH Ibu tidak mau tahu. Pokoknya kamu harus dapat bukti. Bagaimana caranya, Ibu tidak mau tahu dan tidak ikut campur. Kalau tidak ya bye bye. Sudah. Masuk kelas sana! Ibu tunggu paling lambat tiga hari. NINA Baik bu. LAMPU BERUBAH MEJA-KURSI RUANGAN KEPALA SEKOLAH BERUBAH POSISI MENJADI MEJA-KURSI DI KELAS. NINA (Masuk Kelas) RURI (Menyanyi) Nah lo ini dia Gadis manis sok manis Tapi bau amis hiii TEMAN-TEMAN Nah lo ini dia Putri manis bukan gadis Hiii RURI Tak punya malu sedikitpun Tak bermoral secuilpun Apa guna hidupmu Kalau bernoda dirimu SEMUA Nah lo ini dia Gadis manis sok manis Tapi bau amis hiii Nah lo ini dia Putri manis bukan gadis Hiii SEMUA Pecat! Pecat! Usir! Usir! Tidak tahu malu he! NINA (Keluar Sambil Menangis) SEMUA Huuuuu….! LAMPU BERUBAH BAGIAN 6 SUATU TEMPAT. SORE. DANDI (Menyanyi) Kekasih Benarkah berita yang kudengar Jangan jadikan aku sedih Aku ingin kejujuran Kejujuran Apalagi yang bisa kuharap Semoga dewa cinta Masih menyatukan hati kita Kalau tidak Apa yang bisa kulakukan Bila berita itu benar Aku dibohongi selama ini Dibohongi beningnya mata Dan lembutnya kata dari mulutmu Apa aku kau bohongi NINA (Menyanyi) Tidak kekasih Semua itu tidak benar Kesalah paham semata Dan salah kirim Hhhh… DANDI Aku tak percaya Aku tak percaya Tak bisa percaya begitu saja Pasti ada sesuatu yang salah Bagaimana dia bisa tahu kamu? Bagaimana bisa tahu? Berita ini pun telah diketahui kedua orang tuaku. Mereka menasehati menjauhimu. Aku juga tidak ingin kena getah perbuatanmu. NINA Dengan apa kubuktikan? Bagaimana caranya agar kau percaya? Haruskah menggantung diri di jembatan merah? Berteriak-teriak di perempatan lampu merah? Memasang iklan di koran-koran? Begitukah? Atau? Baiklah. Aku tidak menunggu lagi hingga malam pengantin. Aku mau menyerahkan lebih cepat sebagai pembuktian. Toh aku akan kehilangan itu suatu saat. Apa salahnya mempercepat. Carilah tempat yang layak! Atau di sini saja? Tapi aku takut ada orang lewat. Aku mencintaimu Dandi. Tidak ingin berpisah darimu. Aku patuh padamu seumur hidupku. Bila aku kehilanganmu, tidak tahu harus berbuat apa. Ayolah! DANDI (Tertawa) Tidak. Aku tidak bodoh. Kamu ingin menjebakku dengan tubuhmu? Siapa tahu aku bukan orang pertama yang menyentuhmu? Kamu ingin aku jadi tumbal kalau kekasihmu yang mungkin sekarang telah meninggalkanmu? Tidak. Aku tidak akan terjebak. NINA Sudah lama kita pacaran. Tidak sekalipun ada niat menghianati. Aku masih suci Dandi, tidak pernah melakukan hal buruk. Sekalinya ciuman pernah kulakukan hanya denganmu. Aku tidak mau lagi melakukan, takut dosa. Aku tidak ingin terlalu menikmati dosa. Berat akibatnya kalau semakin terjerumus. Kau setuju dan tidak pernah meminta lagi. Tapi sekarang tidak terpikir lagi dosa, tidak terpikir lagi. Walau harus melakukan dosa paling besar aku rela. Asal tidak kehilangan dirimu. Percayalah! DANDI Tidak. Tidak. Kita harus saling melupakan. Janji yang pernah kita buat anggap tidak pernah ada. Anggap masa lalu. Tidak ingin kena getah perbuatanmu. Titik. NINA Semudah itu rasa percayamu hilang? Lalu apa gunanya selama ini berkasih-kasihan? Berjanji mempertahankan cinta walau badai menghadang? Baru angin kecil saja, sudah menyerah. DANDI Masalah ini kamu bilang angin kecil? Ini topan badai Nina? Please! NINA Setidaknya bukan masalah kematian. Gampang sekali tidak percaya padaku. Mau membuktikan malah mengatakan akan menjebak. Lalu dengan cara apa kubuktikan. (Dandi Pergi) Dandi! Oh? (Menyanyi) Kepada siapa lagi mengadu Tidak ada yang percaya Bahkan kekasih hati Orang pertama mencium bibirku Tidak percaya lagi Ooo… dunia kemana harus pergi Adakah ujung dunia tempat mengadu (Menangis) LAMPU BERUBAH TONO (Hendak Memeluk) NINA Hei! TONO Jangan sok jual mahallah! Jual murah saja sudah tidak laku lagi. (Hendak Memeluk) NINA Apa-apaan sih? TONO Kalau tidak mau, kulaporkan ke keluargamu. Biar dipecat jadi anak. Atau kita cari tempat aman? Ayolah! Tidak ada yang tahu. NINA Berani macam-macam akan kuteriaki maling. TONO (Tertawa) Aku memang maling. Maling profesional. Jeli Memanfaatkan kesempatan. Dulu berusaha mencuri hatimu tapi tidak mau. Sekarang kesempatanku memilikimu. Akan sama-sama senang, aku puas kamu aman. Ayolah! NINA Tolong! TONO Beneran teriak lo. Kabur! (Keluar) NINA(Menyanyi) Kepada siapa lagi mengadu Tidak ada yang percaya Bahkan kekasih hati Orang pertama mencium bibirku Tidak percaya lagi Ooo… dunia kemana harus pergi Adakah ujung dunia tempat mengadu TONO (Masuk Lagi). Ayo! NINA Tolong! (Mengejar Tono) LAMPU BERUBAH BAGIAN 7 TAMAN. SORE. TOGI Ciluk ba! Ketemu lagi. Sudah beberapa hari ini dia itu tuh rajin SMS. Pagi-sore, siang-malam, terus menerus. Dengan perjuangan keras, akhirnya dia mau bertemu. Di taman lagi. Tempat romantis. Pucuk dicinta ulam pun tiba hua ha ha ha… SMS-nya itu lho bikin nggak tahan. Mas pasti ganteng, baik hati, ramah. Jadi nggak sabaran mau cepat-cepat ketemu. Dia nggak tahu kalau aku juga tidak sabaran mau ketemu. Apalagi istri tidak memberi jatah. Wah pusing! Tapi laki-laki kan harus jaga gengsi. Sedikit cuek. Pura-pura jual mahal. Pura-pura sibuk. Taktik tarik ulur mendapatkan mangsa. Tanya dulu ah sudah dimana posisi. Posisi, posisi? (Nina Dan Kakaknya Masuk. Mereka Dalam Perjalanan Menuju Taman). NINA (Membaca) Posisi dimana? (Ke Kakaknya) Kak, dia tanya posisi. KAKAK NINA Bilang sudah dekat! TOGI Oh, sudah dekat. Makin tidak sabaran. Hasrat meledak, kepala mau pecah, burung hendak keluar dari sarang. O, buruuung kau sabarlah! NINA Tidak sebaiknya menghubungi Polisi kak? KAKAK NINA Tidak usah dulu. Taman dekat jalan besar. Lagipula banyak penonton. Kakak sembuyi tidak jauh darimu. Begitu ada apa-apa, Kakak akan teriak memanggil orang. Kita tangkap dia dengan tangan sendiri. Kakak gemes ingin menjitak kepalanya. Huh! NINA OK. Tapi agak takut Kak. KAKAK NINA Tenang! Kalau dia macam-macam akan ku ciat ciat ciat. Dia belum Tahu kalau aku sabuk hitam karate. Ciat. NINA Alaa… sama kucing saja takut. KAKAK NINA Kucing beda. Bulunya bahaya buat rahim wanita. NINA Laki-laki juga seperti kucing, suka daging mentah. Daging apa saja. Huh! Harus bisa kujelaskan segala masalah ini. Semoga secepatnya bisa bebas dari tatapan sinis teman-teman, sangsi kepala sekolah dan Dandi (Menangis). KAKAK NINA Sudah jangan menangis! Masalah ini segera selesai. Kita sudah di taman.. Kakak menunggu di sini. Ayo jalanlah! TOGI Hei Nina? Dia mau kemana? Tumben lewat taman? Bukankah dia takut lewat sini? Nggak takut lagi? Sejak kapan? Sendirian pula? Katanya takut lewat sini. Cari tempat sembunyi. Kacau kalau ketahuan. Bisa kacau pertemuan. NINA Tadi si Abang bukan ya? Oh, mungkin diminta kakak ikut mengawasi kalau terjadi apa-apa. Aman. Sudah dua orang menemani. Orang-orang juga siap membantu kalau kakak beraksi. Tinggal teriak, bantuan datang. Mana dia ya? Sudah jam segini belum muncul juga. (Sms Masuk. Membaca) Aku sudah di taman, kamu dimana? TOGI Wah gawat. ada istriku di sini. Kok semua serba kebetulan ya? Aku sedang menunggu sesorang eh, malah datang dua orang yang tidak diharapkan. Bagaimana caranya biar aman? (Sms Masuk) (Membaca) Aku juga sudah di sini. Kamu dimana? Dia sudah di sini. Wah gawat. Harus pindah lokasi, kalau tidak barabe. KAKAK NINA (Sms Masuk) SMS dari Nina. (Membaca) Dia ngajak pindah Tempat ketemuan. Ke dekat tempat sampah di dekat pintu keluar. Jangan-jangan tuh cowok sudah tahu kalau aku jagain Nina Bagaimana ya? (Mengetik) K-A-M-U spasi K-E S-A-N-A spasi S-A-J-A tanda seru A-K-U spasi I-K-U-T spasi D-I spasi B-E-L-A-K-A-N-G titik Nina (Sms Masuk) (membaca) aku sudah di posisi. buruan ya! Togi yes. pesan sudah delivered. aduh! nina kok malah ke sini? aduh! harus pindah posisi lagi. Nina mana dia? (mengetik) a-k-u spasi s-u-d-a-h spasi d-i spasi p-o-s-i-s-i spasi. k-a-m-u spasi d-i spasi m-a-n-a tanda tanya. Kakak Nina si abang ngapain mengendap-endap di situ? tadi katanya mau reunian sma. kok ada di taman ini? nina minta datang kali? aku kasih tahu nina, abang iparnya sudah di sini, biar tenang. (mengetik) b-a- n- g spasi t-o-g-i spasi d-i spasi s-i-n-i titik t-e-n-a-n-g spasi s-a-j-a. titik. sent. kok unsent. yah unsent lagi. cek pulsa. ah, pantas. sudah nol. bang! bang! Togi istriku tahu. aduh! dia memanggil lagi? tanda tanda gagal. kok ada disini? Kakak Nina nemenin nina. lho abang kan mau reunian? kok di sini? Togi oh? reuninya ditunda. jadi abang ke taman. cuci mata saja. Kakak Nina lihat cewek? Togi Oh? tidak. untuk apa lihat wanita lain? istri sendiri lebih cantik dari semua yang ada? aku pergi beraksi dulu ya. bye. Kakak Nina eh mau kemana? tunggu dulu. kita di sini saja. pinjam hp dulu! mau sms. Togi harus sendiri-sendiri biar seru. boros sih sms melulu. (ke diri sendiri) ups, bisa ketahuan isi sms dari si gadis cantik. ayo! buruan delete. aman. jangan banyak-banyak! Kakak Nina ada rahasia ya? pakai diutak-atik. Togi apa sih yang mesti dirahasiain. tadi tombolnya agak macet. abang coba dulu. ternyata tidak masalah lagi. silahkan putri. Kakak Nina (MENGETIK) b-a-n-g - t-o-g-i - d-i - s-i-n-i - d-e-k-a-t - t-e-m-p--t-m-u - m-e-n-u-n-g-g-u - p-e-r-t-a-m-a - t-a-d-i. ngomong-ngomong mau kemana lagi sih bang? sudah. nih! Togi jalan-jalan doang. Nina (SMS MASUK). bang togi? kok dia sms pakai nomor ini? kenapa ya? ooo… dia pasti sudah menangkap orang itu. abang meng sms lewat -sms lewat hp si pembuat susah itu. hebat. abang iparku benar-benar -benar hebat (mengetik). k-a-k l-a-k-i - l-a-k-i - i-t-u - s-u-d -a-h - k-e-t-a-n-g-k-a-p - a-k-u - m-e-n-u-j-u - t-e-m-p-a-t - m-e-n-u-n-g-g-u - p-e-r-t-a-m-a - t-a-d-i. Kakak Nina (SMS MASUK) jangan kemana-mana dulu! kita ke sana sebentar nemuin nina. dia sudah ketemu yang mengganggunya. Togi tapi? Kakak Nian tidak ada tapi-tapian (menarik togi). Togi (Kesal) Nina itu mereka. tapi mana laki-laki itu? mereka berdua saja. bang mana orangnya? sudah dibawa polisi atau kabur? Kakak Nina Orangnya? Siapa? Dari tadi aku dengan abangmu kok. Dia tidak menangkap orang. Nina Dia sms pakai nomor laki-laki itu. Kakak Nina Nomor laki-laki itu? Sini lihat! Yang mana? Nina Yang ini. Kakak Nina Kalimat ini kakak yang kirim pakai nomor…. Ooo, pengganggu nina itu ternyata kamu. Kampret. Adik sendiri mau dimakan. Dasar kucing garong. Nina Abang? Kakak Nina Iya! Dia baru ganti nomor. Nomor bang togi di hp-mu sudah tidak berlaku lagi. Dasar suami mata keranjang. Togi Ampun! Ampun! LAMPU BERUBAH Semua pemain (MENYANYI) Hati-hati dalam kehidupan Waspadai setiap kejadian Tak selamanya kejujuran Dibalas dengan kebaikan Berhati-hatilah Jangan pula percaya saja Pada teknologi yang cepat berubah Meski mudah tapi awas Kadang ada negatifnya Waspadalah Teknologi punya dua sisi Bisa baik, bisa juga jahat Pergunakan sesuai fungsi Jangan pakai untuk kejahatan Hati-hati dalam kehidupan Waspadai setiap kejadian Bisa-bisa nikmatnya mimpi Berubah jadi mimpi setan Yoi yoi yoi yoi… Yoi yoi yoi yoi… SELESAI
"PIRAMUS DAN TISBI"
Lakon PIRAMUS DAN TISBI Sebuah Komedi Frahmen dari Drama “As You Like It” Karya W. Shakespeare - Diterjemahkan oleh Suyatna Anirun Judul "PIRAMUS DAN TISBI" PANGGUNG / ARENA KOSONG. MASUK SEORANG PENGANTAR ACARA ATAU PROLOG; PROLOG Jika anda bertanya mengapa kami tampil di sini; Harap anda yakin, penampilan kami dengan maksud baik; Sekedar menampilkan kemampuan sederhana, Yang disajikan buat yang pertama dan juga terakhir; Sebenarnya kami ini sekedar kaul Bukan sengaja buat menghibur anda Maka menyesallah anda jika mengharapkan yang lebih Maklumlah kami ini bukan ahlinya Kini para pelaku sudah siap. Sementara nanti mereka beraksi. Beraksi, … anda akan menyadari Bahwa semua menarik hati. (Ia memberi aba-aba kepada para pemain supaya masuk. Masuk piramus dan tisbi, diikuti oleh tembok, cahaya bulan, anjing dan singa. Mereka berdiri berderet seperti pelaku pantomim.) Tuan-tuan, jika anda heran mengapa kami tampil di sini, Silahkan heran terus, sampai kami jelaskan. Orang ini namanya Piramus, Jika anda ingin tahu. Wanita yang cantik ini, tentu saja Tisbi namanya. Orang ini, dengan coreng moreng di mukanya Memerankan peranan tembok yang yang ada celahnya, Celah tempat kedua kekasih memadu janji. Melalui celah tersebut, kedua kekasih tidak puas hanya berbisik-bisik saja, hal itu tak mengherankan…Dan orang ini, dengan lentera di tangan, seekor anjing dan seikat kayu bakar, memerankan cahaya bulan; Karena, bukankah dalam cahaya bulan mereka memadu janji…? Di makam Ninus mereka bertemu, mencurahkan isi hati Binatang seram ini, maksudnya seekor singa. Pada suatu malam, Tisbi yang malang datang kesana, Sangat terkejut melihat singa, hampir semaput, Ketika melarikan diri mantelnya terjatuh Lalu dengan liarnya sang singa merobek-robek mantel itu dengan moncong berdarah. Ketika Piramus datang dan menemukan mantel Tisbi yang koyak berdarah, disangkanya Tisbi habis dimakan singa Dengan penuh duka dicabutnya pedang, Dan dengan beraninya diturihnya dadanya. Dan Tisbi yang tadi sembunyi di semak-semak muncul Di ambilnya pedang itu, dan iapun matilah. Dan selanjutnya, biarlah sang singa, cahaya bulan Tembok dan kedua kekasih menceritakan kisahnya masing-masing. PROLOG MASUK DIIKUTI YANG LAINNYA, SI TEMBOK YANG TINGGAL TEMBOK Dalam cerita ini ditentukan aku…Siceraka, menjadi sebuah tembok, Tembok yang, kalu boleh kukatakan, Sebuah tembok tua yang sudah keropok dan berlubang. Melalui lubang mana, kedua kekasih Piramus dan Tisbi Sering berbisik-bisik dengan rahasianya. Ini gambar kapur, pasir dan batu ini memperlihatkan bahwa aku benar-benar tembok, tembok yang dimaksud cerita, Dan celah ini maksudnya lubang, Tempat kedua kekasih malang berbisik-bisik dengan berdebar-debar MASUK PIRAMUS PIRAMUS O Malam yang seram, O malam yang suram! Oh, Malam yang selalu ada jika tak ada siang! Oh, Malam, malam yang, oh, oh…Kuraakan Tisbiku melupakan janjinya. Dan kau tembok, tembok manis yang baik; yang berdiri antara rumah ayahnya dan rumahku, Kau tembok, tembok manis dan baik, perlihatkanlah celahmu tempat aku mengintip…! (Tembok Membuka Celahnya) Terima kasih tembok yang agung, Tuhan merah matimu! (Piramus Mengintip Melalui Celah Jari) Tapi apa yang kulihat? Tak ada Tisbiku disitu! Oh kau tembok keparat, lubangmu tak memperlihatkan apa-apa Semoga runtuh batumu karena kau telah menipuku! PIRAMUS MENYEPAK TEMBOK HINGGA TERPUTAR-PUTAR. MASUK TISBI TISBI Oh, Tembok, sering benar kau mendengar ratapanku, karena aku pisahkan Piramusku dari padaku! Bibir delima sering benar mencium batu-batumu, Batu-batu yang disusun dengan aduk pair dan kapur. PIRAMUS Kurasakan suara Kini aku akan mengintip agar ku dengar wajah Tisbiku. Tisbi! TISBI Kekasihku! Kupikir kaulah kekasihku! PIRAMUS Pikiorlah semaumu! Memang akulah kekasihmu. Dan seperti Romeo aku tetap setia padamu! TISBI Dan aku seperti Yuliet sampai akhir hayatnya. PIRAMUS Seperti Rama kepada Sinta aku padamu! TISBI Akupun seperti Sinta kepada Rama selalu setia! PIRAMUS Oh, ciumlah aku melalui celah-celah tembok ini! MEREKA MENCIUM CELAH-CELAH DINDING TISBI Oh lubang yang kucium, bukan bukan bibirmu sama sekali. PIRAMUS Maukah kau menemuiku, di makam Ninus? TISBI Hidup atau mati, aku segera datang! PIRAMUS KELUAR KE KANAN, TISBI KELUAR KE KIRI. TEMBOK Begitulah aku si tembok telah berjasa. Setelah begini sebaiknya aku pergi saja. (PERGI. MASUK SINGA, CAHAYA BULAN DAN ANJING) SINGA Nyonya-nyonya, hatimu yang lembut mudah takut bahkan melihat hantu tikus yang paling kecilpun. Silahkan menggigil ketakutan karena melihat aku di sini. Jika singa meraung dengan jalangnya. Maklumlah saya ini… (Nama Pelaku) Seorang guru SD di…Bukan singa sama sekali, bukan pula singa kejajaden, Saya kebetulan ditugaskan menjadi singa, Sebuah tugas yang sial bukan? Tapi biarlah, sekarang si Bulan mau bicara. BULAN (Gugup) Lentera ini maksudnya cahaya bulan…Lentera ini cahaya bulan…Aku sendiri disuruh jadi bulan, eh, berperan jadi, eh… (Aku Gugup) Apa yang bisa aku katakana adalah, lentera ini cahaya bulan Dan aku orang yang ada di bulan, eh…Dan kayu baker ini punya saya, dan anjing ini…. Anjing, saya… eh.. eh… (MASUK TISBI) TISBI Ini dia makam Ninus, dimanakah kekaihku…? SINGA (Meraung) … oh… TISBI MENJERIT DAN MELARIKAN DIRI, MANTELNYA JATUH. SINGA MENGOYAK-KOYAK MANTEL TERSEBUT. LALU KELUAR. MASUK PIRAMUS PIRAMUS Bulan manis, terima kasih atas cahayamu. Terima kasih karena kau bersinar terang sesekali, Karena dalam cahayamu kemilau agung itu. Dapat kulihat wajah Tisbiku yang manis. Tetapi apa ini? Astaga, sungguh malang, Kejadian ngeri, apa yang terjadi! Mataku, kau lihatkah? Betapa mungkin? Oh malang! Oh sial! Mantelmu yang indah, Berlumuran darah! Kemarilah, nafsu amarah! Oh nasib, datanglah, datanglah! Tumbuk dan tindas Hantam dan gilas, lindas tandas! (Mengamuk Sendiri) Oh alam, mengapa kau ciptakan singa? Singa buas telah memakan kekasih hatiku. Oh, kekasih hati, kekasih tercantik, Kekasih tersayang, kini tiada, tiada, tiada… (Menangis) Air mata, enyahlah! Pedangku, cabutlah nyawaku. Bunuhlah sipiramus. Nah, tikam, tikam, tikamlah. Dimana hatiku berdetak. Biarlah aku mati, Biarlah aku mati, oh, oh. Sekarang aku mati. Aku mati, Jiwaku melayang di udara Lidahku, kelulah. Bulan, enyahlah! Kini aku mati, mati, mati, mati, mati, mati… BULAN KELUAR. PIRAMUS MATI. MASUK TISBI TISBI Tidur, merpatiku? Oh, mati sayangku? Piramus, bangkitlah! Bicaralah, kau bisu? Mati, mati Nisan harus menutup matamu yang manis? Bibir yang bagus ini, Hidung yang bangir ini Dahimu kemilau. Kini tiada, tiada, tiada…Yang sedang pacaran, marilah merintih…Matanya yang hitam kini sudah redup. Oh, Dewi Trimurti Kemarilah ! Dengan matamu yang putih bagai susu, letakkan dengan kasih sayang pada rambutnya yang hitam berombak. Lidahku, kelulah Inilah pedangnya; Tikamlah dadaku, tembus, Selamat tinggal kawan-kawan. Tisbi mau mati Bye, bye, bye… CAHAYA BULAN DAN TEMBOK MUNCUL LAGI, JUGA SINGA DAN ANJING, MEREKA MENGGOTONG MAYAT KELUAR. SELESAI
BADAI SEPANJANG MALAM
NASKAH DRAMA: BADAI SEPANJANG MALAM Karya MAX ARIFIN Para Pelaku: 1.Jamil, seorang guru SD di Klaulan,Lombok Selatan,berumur 24 tahun 2.Saenah,istri Jamil berusia 23 tahun 3.Kepala Desa,suara pada flashback Setting : Ruangan depan sebuah rumah desa pada malam hari.Di dinding ada lampu minyak menyala.Ada sebuah meja tulis tua. Diatasnya ada beberapa buku besar.Kursi tamu dari rotan sudah agak tua.Dekat dinding ada balai balai .Sebuah radio transistor juga nampak di atas meja. Suara : Suara jangkerik.suara burung malam.gonggongan anjing di kejauhan.Suara Adzan subuh. Musik: Sayup sayup terdengar lagu Asmaradahana,lewat suara sendu seruling Note: Kedua suami istri memperlihatkan pola kehidupan kota.dengan kata lain,mereka berdua memang berasal dari kota.tampak pada cara dan bahan pakaian yang mereka kenakan pada malam hari itu.mereka juga memperlihatkan sebagai orang yang baik baik.hanya idelisme yang menyala nyala yang menyebabkan mereka berada di desa terpencil itu. 01.Begitu layar tersingkap, nampak jamil sedang asyik membaca.Kaki nya ditelusurkan ke atas kursi di depannya.Sekali sekali ia memijit mijit keningnya dan membaca lagi.Kemudian ia mengangkat mukanya,memandang jauh ke depan,merenung dan kembali lagi pada bacaannya.Di kejauhan terdengar salak anjing melengking sedih.Jangkerik juga menghiasi suasana malam itu. Di kejauhan terdengar seruling pilu membawakan Asmaradahana. Jamil menyambar rokok di atas meja dan menyulutnya.Asap berekepul ke atas.Pada saat itu istrinya muncul dari balik pintu kamar. 02.Saenah : Kau belum tidur juga?kukira sudah larut malam.Beristirahatlah,besok kan hari kerja? 03.Jamil: Sebentar,Saenah.Seluruh tubuhku memang sudah lelah,tapi pikiranku masih saja mengambang ke sana kemari.Biasa, kan aku begini malam malam. 04.saenah: Baiklah.tapi apa boleh akuketahui apa yang kaupikirkan malam ini? 05.jamil: Semuanya,semua apa yang kupikirkan selama ini sudah kurekam dalam buku harianku,Saenah.Perjalanan hidup seorang guru muda-yang ditempatkan di suatu desa terpencil-seperti Klulan ini kini merupakan lembaran lembaran terbuka bagi semua orang. 06.Saenah: Kenapa kini baru kau beritahukan hal itu padaku?Kau seakan akan menyimpan suatu rahasia.Atau memang rahasia? 07.Jamil: Sama sekali bukan rahasia ,sayangku! Malam malam di tempat terpencil seakan memanggil aku untuk diajak merenungkan sesuatu.Dan jika aku tak bisa memenuhi ajakannya aku akan mengalami semacam frustasi.Memang pernah sekali,suatu malam yang mencekam,ketika aku sudah tidur dengan nyenyak,aku tiba pada suatu persimpangan jalan di mana aku tidak boleh memilih.Pasrah saja.Apa yang bisa kaulakukan di tempat yang sesunyi ini?[Dia menyambar buku hariannya yang terletak di atas meja dan membalik balikkannya] Coba kaubaca catatanku tertanggal…[sambil masih membolak balik]..ini tanggal 2 oktober 1977. 08.Saenah: [Membaca] “Sudah setahun aku bertugas di Klaulan.Suatu tempat yang terpacak tegak seperti karang di tengah lautan,sejak desa ini tertera dalam peta bumi.Dari jauh dia angker,tidak bersahabat:panas dan debu melecut tubuh.Ia kering kerontang,gersang.Apakah aku akan menjadi bagian dari alam yang tidak bersahabat ini?Menjadi penonton yang diombangkan ambingkan oleh…barang tontonannya.Setahun telah lewat dan selama itu manusia ditelan oleh alam”.[Pause dan Saenah mengeluh;memandang sesaat pada Jamil sebelum membaca lagi].”Aku belum menemukan kejantanan di sini.Orang orang seperti sulit berbicara tentang hubungan dirinya dengan alam.Sampai di mana kebisuan ini bisa diderita?Dan apakah akan diteruskan oleh generasi generasi yang setiap pagi kuhadapai?Apakah di sini tidak dapat dikatakan adanya kekejaman.”[Saenah berhenti membaca dan langsung menatap pada Jamil] 09.Jamil: Kenapa kau berhenti?jangan tatap aku seperti itu,Saenah. 10.Saenah: Apakah tulisan ini tidak keterlaluan?Bisakah ditemukan kejujuran di dalamnya? 11.Jamil: Kejujuran kupertaruhkan di dalamnya,Saenah.Aku bisa mengatakan,kita kadang-kadang dihinggapi oleh sikap sikap munafik dalam suatu pergaulan hidup.Ada ikatan ikatan yang mengharuskan kita berkata “Ya!” terhadap apa pun,sekalipun dalam hati kecil kita berkata”Tidak”.Kejujuranku mendorong aku berkata,”Tidak”,karena aku melatih diri menjadi orang yang setia kepada nuraninya.Aku juga tahu, masa kini yang dicari adalah orang orang yang mau berkata”Ya”.Yang berkata “Tidak” akan disisihkan.[Pause] Memang sulit,Saenah.Tapi itulah hidup yang sebenarnya terjadi.Kecuali kalau kita mau melihat hidup ini indah di luar,bobrok di dalam.Itulah masalahnya.[Pause.Suasana itu menjadi hening sekali.Di kejauhan terdengar salak anjing berkepanjangan] 12.Saenah: Aku tidak berpikir sampai ke sana. Pikiranku sederhana saja.kau masih ingat tentunya,ketika kita pertama kali tiba di sini,ya setahun yang lalu.Tekadmu untuk berdiri di depan kelas,mengajar generasi muda itu agar menjadi pandai.Idealismemu menyala nyala.Waktu itu kita disambut oleh Kepala Desa dengan pidato selamat datangnya.[S aenah lari masuk.Jamil terkejut.tetapi sekejap mata Saenah muncul sambil membawa tape recorder!] Ini putarlah tape ini.Kaurekam peristiwa itu.[Saenah memutar tape itu,kemudian terdengarlah suara Kepala Desa]’…Kami ucapkan selamat datang kepada Saudara Jamil dan istri.Inilah tempat kami.Kami harap saudara betah menjadi guru di sini.Untuk tempat saudara berlindung dari panas dan angin,kami telah menyediakan pondok yang barangkali tidak terlalu baik bagi saudara.Dan apabila Anda memandang bangunan SD yang cuma tiga kelas itu.Dindingnya telah robek,daun pintunya telah copot,lemari lemari sudah reyot,lonceng sekolah bekas pacul tua yang telah tak terpakai lagi.Semunya,semuanya menjadi tantangan bagi kita bersama.Selain itu,kami perkenalkan dua orang guru lainnya yang sudah lima tahun bekerja di sini.Yang ini adalah Saudara Sahli,sedang yang berkaca mata itu adalah Saudara Hasan.Kedatangan Saudara ini akan memperkuat tekad kami untuk membina generasi muda di sini.Harapan seperti ini menjadi harapan Saudara Sahli dan Saudara Hasan tentunya.”[Saenah mematikan tape.Pause,agak lama.Jamil menunduk,sedang Saenah memandang pada Jamil.Pelan pelan Jamil mengangkat mukanya.Mereka berpandangan] 13.Saenah: Semua bicara baik-baik saja waktu itu dan semuanya berjalan wajar. 14.Jamil: Apakah ada yang tidak wajar pada diriku sekarang ini ? 15.Saenah: Kini aku yang bertanya:jujurkah pada nuranimu sendiri?Penilaian terakhir ada pada hatimu.dan mampukah kau membuat semacam pengadilan yang tidak memihak kepada nuranimu sendiri?Karena bukan mustahil sikap keras kepala yang berdiri di belakang semuanya itu.Terus terang dari hari ke hari kita seperti terdesak dalam masyarakat yang kecil ini. 16.Jamil: Apakah masih harus kukatakan bahwa aku telah berusaha berbuat jujur dalam semua tindakanku?Kau menyalahkan aku karena aku terlalu banyak bilang”Tidak” dalam setiap dialog dengan sekitarku.Tapi itulah hatiku yang ikhlas untuk ikut gerak langkah masyarakatku.Tidak,Saenah.Mental masyarakat seperti katamu itu tidak terbatas di desa saja, tapi juga berada di kota 17.Saenah: Kau tidak memahami masyarakatmu. 18.Jamil: Masyarakat itulah yang tidak memahami aku. 19.saenah: siapa yang salah dalam hal ini. 20.Jamil: Masyarakat. 21.Saenah: Yang menang ? 22.Jamil: Aku 23.Saenah: Lalu ? 24.Jamil: Aku mau pindah dari sini.[Pause. Lama sekali mereka berpandangan.]. 25.Saenah: [Dengan suara rendah]Aku kira itu bukan suatu penyelesaian. 26.Jamil: [Keras] Sementara memang itulah penyelesaiannya. 27.Saenah: [Keras]Tidak! Mesti ada sesuatu yang hilang antara kau dengan masyarakatmu.Selama ini kau membanggakan dirimu sebagai seorang idealis.Idealis sejati,malah.Apalah arti kata itu bila kau sendiri tidak bisa dan tidak mampu bergaul akrab dengan masyarakatmu.[Pause] [Lemah diucapkan]Aku terkenang masa itu,ketika kau membujuk aku agar aku mu datang kemari[Flashback dengan mengubah warn cahaya pelan pelan.Memakai potentiometer.Bisa hijau muda atau warna lainnya yang agak kontras dengan warna semula.Musik sendu mengalun] 28.Jamil: Aku mau hidup jauh dari kebisingan,Saenah.Aku tertarik dengan kehidupan sunyi di desa,dengan penduduknya yang polos dan sederhana.Di sana aku ingin melihat manusia seutuhnya.Manusia yang belum dipoles sikap sikap munafik dan pulasan belaka.Aku harap kau menyambut keinginanku ini dengan gembira,dan kita bersama sama kesana.Di sana tenagaku lebih diperlukan dari pada di kota.Dan tentu banyak yang dapat aku lakukan. 29.Saenah: Sudah kaupikirkan baik baik? Perjuangan di sana berarti di luar jangkauan perhatian. 30.Jamil: Aku bukan orang yang membutuhkan perhatian dan publikasi.Kepergianku ke sana bukan dengan harapan untuk menjadi guru teladan.Coba bayangkan,siapa pejabat yang bisa memikirkan kesulitan seorang guru yang bertugas di Sembalun,umpamanya?Betul mereka menerima gaji tiap bulan.Tapi dari hari ke hari dicekam kesunyian,dengan senyum secercah terbayang di bibirnya bila menghadapi anak bangsanya.dengan alat alat serba kurang mungkin kehabisan kapur,namun hatinya tetap di sana.Aku bukan orang yang membutuhkan publikasi,tapi ukuran ukuran dan nilai nilai seorang guru di desa perlu direnungkan kembali.Ini bukan ilusi atau igauan di malam sepi,Saenah.Sedang teman teman di kota mempunyai kesempatan untuk hal hal yang sebaliknya dari kita ini.Itulah yang mendorong aku,mendorong hatiku untuk melamar bertugas di desa ini. 31.Saenah: Baiklah, Sayang.Ketika aku melangkahkan kaki memasuki gerbang perkawinan kita,aku sudah tahu macam suami yang kupilih itu.Aku bersedia mendampingimu.Aku tahu,apa tugas utamaku disamping sebagai seorang ibu rumah tangga.Yaitu menghayati tugas suami dan menjadi pendorong utama karirnya.Aku bersedia meninggalkan kota yang ramai dan aku sudah siap mental menghadapi kesunyian dan kesepian macam apa pun.Kau tak perlu sangsi.[Pause senbentar.Pelan pelan lampu kembali pada cahaya semula] 32.Saenah: Kini aku menjadi sangsi terhadap dirimu.Mana idealisme yang dulu itu? Tengoklah ke kanan.apakah jejeran buku-buku itu belum bisa memberikan jawaban pada keadaan yang kauhadapi sekarang?Di sana ada jawaban yang diberikan oleh Leon Iris,Erich Fromm,Emerson atau Alvin Toffler.Ya,malam malam aku sering melihat kau membuka-buka buku-buku Erich Fromm yang berjudul The Sane Society atau Future Shock nya Alvin Toffler itu. 33.Jamil: Apa yang kau kauketahui tentang Eric Fromm dengan bukunya itu? Atau Toffler? 34.Saenah: Tidak banyak.Tapi yang kuketahui ada orang-orang yang mencari kekuatan pada buku-bukunya.Dan dia tidak akan mundur walau kehidupan pahit macam apa pun dosodorkan kepadanya.karena ia mempunyaai integritas diri lebih tinggi dri orang-orang yng menyebabkan kepahitan hidupnya.apakah kau menyerah dalam hal ini?Ketika kau melangkahkan kakimu memasuki desa ini terlalu bnyak yang akan kausumbngkan padanya,ini harsus kauakui.Tapi kini-akuilah-kau menganggap desa ini terlalu banyak meminta dirimu.Inilah resiko hidup di desa.Seluruh aspek kehidupan kita disorot.Smpai sampai soal pribadi kita dijadikan ukuran mampu tidaknya kita bertugas.Dan aku tahu hal itu.Karena aku kenal kau.[Suasana menjadi hening sekali.Pause] Aku sama sekali tak menyalahkan kau.malah dim diam menghargai kau, dan hal itu sudah sepantasnya.Aku tidak ingin kau tenggelam begitu saja dalam suatu msyarakat atau dalam suatu sistem yang jelek namun telah membudaya dalam masyarakat itu.Di mana pun kau berda.juga sekiranya kau bekerja di kantor.Kau pernah dengan penuh semangat menceritakan bagaimana novel karya Leon Uris yang berjudul QB VII.Di sana Uris menulis,katamu bahwa seorang manusia harus sadar kemanusiaannya dan berdiri tegak antara batas kegilaan lingkungannya dan kekuatan moral yang seharusnya menjadi pendukungnya.Betapapun kecil kekuatan itu.Di sanalah manusia itu diuji.Ini bukan kuliah.Aku tak menyetujui bila kau bicara soal kalah menang dalam hal ini.Tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang.Dialog yang masih kurang. 34.Jamil: Aku mungkin mulai menyadari apa benda yang hilang yang kaukatakan tadi.generasi sekarang mengalami kesulitan dalam masalah hubungan.Hubungan antar sesama manusia.Mereka mengalami apa yang disebut kegaguan intelektual.kita makin cemas,kita seakan akan mengalami kemiskinan artikulasi.Disementara sekolah di banyak sekolah malah,mengarang pun bukanlah menjadi pelajaran utama lagi,sementara makin banyak gagasan yang harus diberitahukan ke segala sudut.Pertukaran pikiran makin dibutuhkan. 35.Saenah: Ya,seperti pertukaran pikiran malam ini.Kita harus yakin akan manfaat pertukaran .Ada gejala dalam masyarakat di mana orang kuat dan berkuasa segan bertukar pikiran.Untuk apa ,kata mereka.Kan aku berkuasa. 36.Jamil; Padahal nasib suatu masyarakat tergantung pada hal-hal itu.Dan kita jangan melupakan kenyataan bahwa masyarakat itu bukan saja berada dalam konflik dengan orang-orang yang mempunyai sikap yang tidak sosial tetapi sering pula konflik dengan sifat sifat manusia yang paling dibutuhkan,yang justru ditekan oleh masyarakat itu sendiri. 37.Saenah: Itu kan Erich Fromm yang bilang. 38.Jamil: Memang aku mengutip dia.[Dari kejauhan terdengar suara bedug subuh kemudian adzan] 39.Saenah: Aduh,kiranya sudah subuh.Pagi ini anak-anak menunggumu,generasi muda yang sangat membutuhkan kau. 40.Jamil: Aku akan tetap berada di desa ini,sayangku. 41.Saenah: Aku akan tetap bersamamu.Yakinlah.[Jamil menuntun istrinya ke kamar tidur.Musik melengking keras lalu pelan pelan,sendu dan akhirnya berhenti]. Catatan: Naskah ini pernah dimuat dalam buku Kumpulan Drama Remaja, editor A.Rumadi.Penerbit PT Gramedia Jakarta,1988,halaman 25-33
SAKIT ANEH SANG BAGINDA
SAKIT ANEH SANG BAGINDA Baginda Raja Permaisuri Dayang Tabib Abu Nawas Prajurit I Prajurit II Narator : Disebuah negeri timur tengah, berdrilah sebuah kerajaan yang sangat besar dan megah. Tanahnya subur dan berlimpah ruah hasilnya, membuat rakyatnya hidup rukun dan sejah terah. Apalagi kerjaan itu dipimpin oleh seorang raja yang tampan dan gagah berani, membuat negeri itu aman dan damai. Saksikanlah……….!!! Adegan I Baginda : (Sambil meletakan swendoknya dalam piringya Islu menarik nafas panjang dalam-dalam dengan tatapan matanya, yang sayup memperhatikan hidangan yang disiapkan). Permaisuriku….? Permaisuri : ”Ada apa bagindaku…..? Baginda : “Begini permaisuriku, perutku tersa kering dan mual-mual, rasanya mau muntah sehingga selera makanku menjadi hilang” Permaisuri : “Ma’af bagindaku, mungkin masakannya kurang enak ya?” Baginda : “Tidak permaisuriku, makananya sudah enak sekali.” Pemaisuri : (Permaisuri tidak putus asa, lau memanggil dayangnya). “Dayang….dayang, kemarilah….! Dayang : (Dengan rergesah-gesah sambil membungkukan badan). “permaisuri memanggil hamba….?” Pemaisuri : “Ambilkan masan jamur untuk baginda!” Dayang : “ Baiklah, hamba segera melaksanakan tittah paduka.” (sambil memebawa makanan), “ini makanan untuk paduka, permaisuri” Permaisuri : “Kembalilah danyangku. Paduka cobalah makan ini mungkin bias mengembalikan selerah makan baginda.” Baginda :(Mengambil satu sendok nasi lalu mencicipinya…..kemudian)”kauk…kuak…kuak.” (sampai muntah) Permaisuri : (Dengan tergesah-gesah). “dayang…..dayang…tolong panggilkan tabib kerajaan!” Dayang : “Ia permaisuri (dengan tergesah-gesah dayang keluar dari ruangan itu dan memanggil tabib. Kemudian dalam waktu yang singkat, dayang kembali dengan seorang tabib kerajaan). Tabit : “ Ampun permaisuri, adakah yang bisa hambah perbuat….?” Permaisuri : “Begini tabib, hampir sebulan ini selerah makan baginda terganggu.” Tabit : “Hamba mohon ampun baginda, ijinkan hamba memeriksa keadaan baginda. (tabib mendekati baginda dan langsung memeriksanya). Permaisuri : “Bagaimana keadaannya….tabib….?” Tabib : “Mohon ampun paduka, hamba tidak dapat menemukan penyakit dalam diri baginda, sekali lagi ma’af permaisuri.” Permaisuri : (Menggeleng-gelengkan kepalanya), “bagaimana ini tabib, apakah tidak ada jalan lain lagi untuk mengetahui penyakit baginda raja….? Tabib : “Mohon amapun permaisuri, hamba sarankan kalau bisa memanggil abunawas yang mungkin bisa menyembuhkan penyakit baginda raja. Narator : Pergilah tabib menemui abunawas dan berceritalah mereka tentang penyakit aneh sang baginda raja. Apakah baginda raja dapat disembuhkan…? Apakah abunawas mampu melakukan yang terbaik unttu baginda raja? Saksikan……..!!! Adegan II Tabib : “ Abunawas” (sambil menundukkan kepala). “salam sejahtera baginda raja” Baginda : Apakah kamu yang bernama abunawas….? Abunawas : “ Mohon ampun baginda, hamba yang bernama abunawas” Baginda : “ Apakah kamu bisa mengobati penyakitku ini….? Abunawas : “ Ampun baginda raja, hamba sudah mendengar semua dari tabib kerajaan tentang apa yang paduka derita.” Baginda : “ Menurutmu, adakah obat yang bisa menyembuhkan penyakitku ini….?” Abunawas : “ Ada paduka yang mulia.” Baginda : (Sambil berdiri dengan wajah yang berseri- seri ). “Obat apakah itu abunawas….? Abunawas : “ Hamba punya saran, di hutan tutupan ada kijang berbulu putih yang dagingnya sagat lezat.” Baginda : “ Lalu….?” Abunawas : “ Syaratnya…. Baginda harus menangkap sendiri kijang berbuluh putih itu, apakah baginda sanggup….?” Baginda : “ Baiklah abunawas, saya sanggup dan besok pagi kita berangkat.” (tanpa ragu-ragu). Narator : Kemudian pulanglah abunawas ke rumahnya yang letaknya tidak jauh dari singgasana. Abunawas pulang untuk mempersiapkan senua perlengkapan yang akan dibawah. Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Baginda, abunawas dan prajurit kerajaan sudah siap di depan singgasana untuk melakukan perjalanan. Mari…..! kita saksikan adegan berikut ini…..!!! Adegan III Baginda : “ Abunawas, apakah semua perlengkapan sudah disiapkan?” Abunawas : “ Bagaimana prajurit, apakah perlengkapan dari singgasana sudah disiapkan?” Prajurit 1,11 : “Ampun baginda semuanya sudah siap.” Baginda : “ Kita berangkat sekarang.” Narator : Rombongan paduka berangkat dengan membawa perlengkapan berburu, tetapi abunawas sengaja membawa nasih putih, air putih, garam, dan asam. Perjalanan cukup panjang dan melelahkan namun, untuk mencapai tujuan, merekapun dengan bersemangat melanjutkan perjalanannya. Maka tibalah mereka di tegah-tegah hutan. Saksikan…!!! Adegan IV Baginda : “ Abunawas, selama perjalanan sampai di tengah hutan ini, tidak satupun binatang yang kita temukan.” Abunawas : “ Memang betul paduka yang mulia, di sini ada semak-semak duri.” Baginda : “ Kalau disini hanya semak-semak duri, lalu di mana kijang berbulu putih itu….?” Abunawas : (Diam sejenak sambil tersenyum). “Begini baginda raja, konon kabar kijang berbulu putih itu muncul secara tiba-tiba.” Baginda : (Sambil mengusap keringat dan menghela napas panjang). Oh… begitu ya abunawas? Abunawas : “ Ya baginda raja. Kalau begitu, kita istirahat dulu sambil mencari sumber air.” Baginda : “ Baiklah abunawas.” Prajurit 1 : “ Mohon ampun paduka, tidak jauh dari sini ada sumber mata air.” Abunawas : “ Oh…benar paduka. Lebih baik kita segera ke sana.” Narrator : Lalu dengan langkah pasti, paduka bersama abunawas, dan prajurit-prajuritnya bergegas menuju sumber mata air dan tidak lama kemudian mereka tiba di sumber mata air tersebut. Saksikan….!!! Adegan V Baginda : (Menghela napas panjang). “ oh….indah sekali abunawas keadaan ala mini, airnya sangat jernih yang membuatku tidak tahan lagi untuk meminumnya. Dengan air ini, benar-benar menghilangkan dahagaku.” Abunawas : “Betul paduka, air sangat jernih.” Prajurit 1,11 : “Mohon ampun paduka, ijinkan hamba memita paduka untuk beristirahat di sini (menunjukkan tempat yang disediakan).” Baginda : “Terimah kasih prajuritku.” (berjalan memnuju tempat istirahat) Abunawas : “Ampun baginda, ijinkan hamba untuk mencari ikan di muara itu. (sambil menuju ke arah muara yang tidak jauh dari peristirahatan mereka).” Baginda : “Oh…silakan abunawas, kebetulan perutku sudah lapar.” Abunawas : “mohon ampun baginda, hamba dan prajurit segera mencari ikan di sana.” Narrator : Lalu abunawas bersama prajurit menuju ke muara. Saksikan apakah mereka benar-benar menemukan ikan di muara….? Adegan VI Prajurit 11 : “Abunawas, lihatlah ternyata di muara ini banyak sekali ikannya dan sungguh menakjutkan.” Abunawas : “Oh….betul sekali prajurit.jika kita bisa menangkapnya maka kita akan menikmatinya sampai puas. (sambil menanjapkan sebilah bambu yang sudah diruncing ke arah ikan-ikan di muara).” Narrator : Berkali-kali abunawas menancapkan bambu ke arah ikan, sehingga ia mendapat beberapa ikan yang sangat besar. Lalu abunawas bersama prajurit bergegas menuju ke tempat baginda beristirahat, sambil membawa ikan hasil tangkapan mereka. Prajurit 1 : “Mohon ampun baginda, abunawas dan prajurit sudah dating dan membawa bebberapa ikan hasil tangkapan.” Baginda : “Oh…ikannya besar sekali, rupanya mereka pandai menangkap ikan.” Abunawas dan prajurit: (dengan wajah tersenyum, tibalah mereka di tempat peristirahatan baginda raja). Abunawas : “Mohon ampun baginda raja, imilah ikan tangkapan kami.” Baginda : “kalau begitu bakarlah ikan-ikan itu.” Abunawas : “Baiklah baginda, hamba akan melakukan perintah.” (sambil tersenyum). Narator : Bergegaslah abunawas membakar ikan hasil tangkapan mereka dengan hati gembira, abumawas mengkipas bara api sehingga aroma ikan-ikan itu tercium hidung baginda raja. Setelah ikan-ikan itu matang, abunawas membuka bungkusan bekal yang dibawanya. Saksikan…..!!! Adegan VII Abunawas : (Sambil menyungguhkan ikan baker yang lezat itu kehadapan baginda raja ). “ampun baginda, ijinkan hamba mempersilakan paduka menikmati ikan-ikan bakar ini.” Baginda : “Terimah kasih abunawas.” Narrator : Ternyata baginda raja sangat menikmati masakan-masakan yang sudah disiapkan abunawas bersama prajuritnya. Saksikan…..!!! Adegan VIII Baginda : “Abunawas, ikannya enak sekali seperti makanan ini akan saya habiskan.” Abunawas : “Ampun baginda raja, dengan makanan ini apaka selerah makan baginda sudah pulih kembali?” Baginda : “Ya, rasanya selerah makanku sudah pulih. Kalau begitu lanjutkan perjalanan mencari kijang berbulu putih itu.” Abunawas : “Ampun baginda raja, sebenarnya kijang berbulu putih itu tidak ada.” Baginda : “lalu, bagaimana kita harus mendapatkan obat unttuk penyakitku ini?” Abunawas : “Mohon ampun baginda, baginda tidak perlu mencari obat lagi, karena selerah makan baginda sudah pulih kembali.” Baginda : “Kamu benar-benar abunawas, penyakit anehku sudah sembuh. Bagaimana ini bisa terjadi?” Abunawas : “Menurut hamba, sebenarnya baginda tida menderita penyakit apapun karena selama ini ketika makan, perut baginda belum terasa lapar apa lagi baginda tidak banyak bergerak.” Baginda : “Kamu benar-benar cerdik abunawas, kalau begitu lain waktu kita berburu lagi.” Abunawas : (Sambil tertawa terbahak-bahak) “ha…..ha….ha……ha…….” Narator : Demikianlah kisah cerita “ SAKIT ANEH SANG BAGINDA” yang membuat kita semakin penasaran untuk mencari tahu apakah kijang putih itu benar-benar ada? sebaga akhir kata “saya ingin menyampaikan mohon ma’af dari hati yang paling dalam bila ada kata-kata dan kalimat yang kurang menyenang di hati para pembaca.”
“Wanita dan Persahabatan”
“INI NASKAH KUBUAT UNTUK MENGENANG KAMAR KAMI F3” JUDUL : “Wanita dan Persahabatan” PENGARANG : RIO BAHTIAR Ini kisah menceritakan para pemuda yang berstatus sebagai santri yang tinggal dikamar yang namanya F3, mereka adalah sahabat yang selalu kompak dan setia kawan. Pada suatu ketika mereka bercanda ria dan bergurau satu sama lain. Pada suatu hari si-restu jatuh cinta pada seorang wanita yang bernama dinda dia sangat ngebet sekali pada si cewek akan tetatapi si-restu tertutup tidak terbuka. Tapi akhirnya teman-teman kamarnya curiga karna restu sering ngelamun dan tersenyum sendiri dan terjadilah guyonan dari teman-teman kamarnya. Dan restupun bercerita karna dirayu oleh teman-temannya, namun tanpa disangka-sangka diantara teman restu ada yang juga suka kepada dinda. Dan dia marah mendengar penjelasan restu dia adalah abdul karim anak saudagar Bawang. Terjadilah permusuhan diantara mereka berdua dan akhirnya mereka memilih persahabatan dari pada bermusuhan gara-gara wanita. TOKOH-TOKOH Peran utama : Restu Peran pembantu: Abdul Dinda Ades Dodi Peran figuran : Rio dan Adit Pada suatu hari asrama daerah “F” kamar F3 terdengar perbincangan diselai chanda tawa. Rio : eh... tau gak sekarang tanggal berapa? Adit : ada apa loe tanya-tanya tanggal mang ada yang penting tah..? Rio : he...3X gak da apa-apa sih Cuma’ goe dah nipis nie uang jajan hampir ludes. Nyahut abdul... Abdul : sekarang tanggal 21 april yo...makanya jangan boros jadi orang itu, terus kalau sudah gini kamu pasti mau pinjam uang lagi yah ma aku... Rio : He...he..kok tau.. Ades : yah..gimana gak mau tau, wong itu sudah jadi teradisi kamu kalau kirimanya habis pinjam ke dullah.. Rio : yah kan gak papa gua ganti entar kalau udah kiriman, lagian dullah kan uang jajannya banyak. Lalu adit yang tadinya tidur bangun ikutan menyahut... Adit : yah kalau dullah itu kan anaknya juragan bawang jadi santai aja kan dull..tinggal minta aja ma bokap lo tuh. Abdul : yah makasih ocehannya... Dan beberapa hari kemudian disekolah... Bruk.....(restu tidak sengaja menabrak seorang gadis yang gadis itu ternyata adalah dinda) Dinda : eh kamu itu kalau jalan liat-liat napa sih..gak punya mata yah.. Dan si restu hanya bengong melihat dinda lagi marah pada dirinya... Dinda : hei kak...kok jadi bengong sih.mang ada yang lucu tah... Restu : O o o,sorry yah aku gak sengaja, soalnya aku tadi terburu-buru mau ke toilet. Maaf yah..maaf yah.... Dinda : makanya kalau jalan liat-liat napa jangan ngelamun terus entar kesambet setan lo.. kak. ya sudah saya maafkan.. Restu : eh BTW kamu itu nak mana sih...kok aku baru sekarang liat kamu disekolah? Dinda : oh... aku anak baru kak disini pindahan dari SMANSA Jombang. Restu : oh kamu anak baru yah disini kenalin aku Restu anak XII bahasa, kamu masuk dikelas mana? Dinda : oh.. aku masuk di kelas X ips.kak maaf yah tadi marah-marah abiz kakak sih pke acara nabrak-nabrak segala.sorry yah kak Restu : yah gak papa.oh ya nama kamu siapa? Dinda : namaku Dinda kak Restu : nama yang cantik sama dengan orangnya cantik juga... Dinda : yeah..kalau bikin buat orang GR kakak pinter..biasa aja dah kak gak usah berlebihan. Restu : kalau emang kenyataanya cantik gimana? Dinda : aduh...kok jadi panjang gombalnya kak cukup yah soalnya dinda mau masuk kelas gak enak kalau dilihat anak-anak yang lain. Restu : ya sudah..GOOD LUCK yah... Dinda : Assalamualaikum Restu : Walaikumsalam Dan mereka masuk kedalam kelas masing-masing hingga bel pulang berdering menandakan KBM telah selesai.. Restu : (tersenyum sendiri dalam kamarnya) Restu : didalam hati restu mengatakan “seandainya aku bisa punya pacar seperti dinda alangkah indahnya dunia ini” Dibalik semua itu ternyata ada dua pasang mata yang sedang mengintip.. Dodi : eh...des restu kenapa yah dari kemarin-kemarinnya dia jarang makan dan hanya tersenyum sediri dan ngelamun? Ades : mungkin dia kerasukan jin kali’atau belajar ekting teater? Dodi : hah jaman sekarang masih percaya yang begituan, enggak lah mungkin dia lagi jatuh cinta kali’. Masak sih orang teater bisa jatuh cinta? Ades : ialah kan wong teater juga manusia. Biar gak penasaran kita tanyakan yuk... Dodi : duar...ayo kenapa ini kok ngelamun sendirian sambil senyun-senyum? Restu : ah.. kamu ini kaget-kagetin aku aja. Gak ada apa-apa kok.. Ades : masak sih.. Restu : iya gak ada apa-apa. Dodi : tapi kenapa kamu tersenyum sendirian?lagi jatu cinta yah..... Restu : kamu ini kalau disuruh neliti orang pinter...kalu mang iya kenapa ayo?? Ades : yah gak papa, tapi raja teater sekolah kita ini jatuh cinta sama siapa yah dod?? Dodi : sama siapa yah... Restu : eh.. kok jadi wawancara nih.. Ades : restu..cerita kenapa sih ma kami, barang kali kami bisa bantu kamu? Restu : tapi janji yah jangan gosipin aku, soalnya aku paling anti ma gossip apalagi kalau sampai kedengngerran virda si-Ratu Gosip sekolah kita itu... Dodi : yah.!!.kita janji gakkan gosipin kamu disekolah,mang cewek yang kamu cintai itu siapa sih.. Restu : dia itu anak baru sekolah kita itu lho..Si Dinda itu... Ades : oh.. nak pindahan itu.. Restu : yah betul, tapi aku malu yang mau ngungkapin perasaan ini? Dodi : malu..masak sih anak teater yang sudah jadi juara nasional ini malu. Mang kamu bisa malu juga yah tu..(dodi dan ades tertawa) Restu : yah dipanggung itu gampang pren tapi kalu masalah hati ke hati itu buat aku sangat berat rasanya. Berraattt banget..... Ades : ya sudah aku doain aja yah.. semoga sukses Dan diketika malam hari didalam kamar terdapat 7 anak, ada yang lagi copy paste tugas pr temanya, juga ada yang lagi baca komik.. . Dodi : hei teman-teman semua pada tau gak neh ada berita baru Abdul : berita baru apa Ades : si-Raja teater sekolah kita lagi jatuh hati tuh.. Adit : wah ama siapa tuh... Dodi : denger-denger sih.........ama anak baru Abdul : anak baru siapa? Ades : dinda itu lho... Abdul : apa !!! dinda?? (wajah abdul berubah jadi marah) Abdul : eh..kamu itu gak tau terima kasih yah..udaah aku baik-baikin jadi teman eh malah mau ngambil orang yang aku sukai.... Restu : lho mang kamu apanya dia kok jadi sewot begitu Abdul : memang aku bukan siapa-siapanya dia tapi aku lebih dulu P_D_K_T ama tuh anak...enak aja kamu ini.. Restu : terus mau kamu apa??mau carok tahh...(dengan nada tinggi sambil menunjuk-nunjuk wajah Abdul) Tanpa banyak bicara si-Abdul telah menerkam pipi restu dan begitu juga sebaliknya tapi perkelahian itu dapat dihentikan oleh teman-temannya dengan dipisahkan. Adit : lho ini kok jadi bertengkar sih...gara-gara perempuan kalian jadi gelap mata. Gila apa...perempuan itu banyak jangan jadi orang bodoh dengan bertengkar kalian ini udah kelas XII seharusnya bisa belajar dewasa. Ya sudah ayo berdamai. Dan lupakanlah perempuan itu, sekarang yang harus kalian ingat adalah belajar dan belajar... agar kalian lulus ujian nantinya. Restu dan Abdul akhirnya berdamai dan bersahabat kembali. THE END
Langganan:
Postingan (Atom)