Rabu, 29 Agustus 2012

"PIRAMUS DAN TISBI"

Lakon
PIRAMUS DAN TISBI
Sebuah Komedi Frahmen dari Drama “As You Like It”
Karya W. Shakespeare - Diterjemahkan oleh Suyatna Anirun

Judul "PIRAMUS DAN TISBI"


PANGGUNG / ARENA KOSONG. MASUK SEORANG PENGANTAR ACARA ATAU PROLOG;

PROLOG  
Jika anda bertanya mengapa kami tampil di sini; Harap anda yakin, penampilan kami dengan maksud baik; Sekedar menampilkan kemampuan sederhana, Yang disajikan buat yang pertama dan juga terakhir; Sebenarnya kami ini sekedar kaul Bukan sengaja buat menghibur anda
Maka menyesallah anda jika mengharapkan yang lebih Maklumlah kami ini bukan ahlinya

Kini para pelaku sudah siap. Sementara nanti mereka beraksi. Beraksi, … anda akan menyadari
Bahwa semua menarik hati.

(Ia memberi aba-aba kepada para pemain supaya masuk. Masuk piramus dan tisbi, diikuti oleh tembok, cahaya bulan, anjing dan singa. Mereka berdiri berderet seperti pelaku pantomim.)

Tuan-tuan, jika anda heran mengapa kami tampil di sini, Silahkan heran terus, sampai kami jelaskan. Orang ini namanya Piramus, Jika anda ingin tahu. Wanita yang cantik ini, tentu saja Tisbi namanya. Orang ini, dengan coreng moreng di mukanya Memerankan peranan tembok yang yang ada celahnya, Celah tempat kedua kekasih memadu janji. Melalui celah tersebut, kedua kekasih tidak puas hanya berbisik-bisik saja, hal itu tak mengherankan…Dan orang ini, dengan lentera di tangan, seekor anjing dan seikat kayu bakar, memerankan cahaya bulan;
Karena, bukankah dalam cahaya bulan mereka memadu janji…? Di makam Ninus mereka bertemu, mencurahkan isi hati Binatang seram ini, maksudnya seekor singa.

Pada suatu malam, Tisbi yang malang datang kesana, Sangat terkejut melihat singa, hampir semaput, Ketika melarikan diri mantelnya terjatuh Lalu dengan liarnya sang singa merobek-robek mantel itu dengan moncong berdarah. Ketika Piramus datang dan menemukan mantel Tisbi yang koyak berdarah, disangkanya Tisbi habis dimakan singa Dengan penuh duka dicabutnya pedang, Dan dengan beraninya diturihnya dadanya. Dan Tisbi yang tadi sembunyi di semak-semak muncul Di ambilnya pedang itu, dan iapun matilah. Dan selanjutnya, biarlah sang singa, cahaya bulan Tembok dan kedua kekasih menceritakan kisahnya masing-masing.

PROLOG MASUK DIIKUTI YANG LAINNYA, SI TEMBOK YANG TINGGAL

TEMBOK  
Dalam cerita ini ditentukan aku…Siceraka, menjadi sebuah tembok, Tembok yang, kalu boleh kukatakan, Sebuah tembok tua yang sudah keropok dan berlubang. Melalui lubang mana, kedua kekasih Piramus dan Tisbi Sering berbisik-bisik dengan rahasianya. Ini gambar kapur, pasir dan batu ini memperlihatkan bahwa aku benar-benar tembok, tembok yang dimaksud cerita, Dan celah ini maksudnya lubang, Tempat kedua kekasih malang berbisik-bisik dengan berdebar-debar

MASUK PIRAMUS

PIRAMUS  
O Malam yang seram, O malam yang suram! Oh, Malam yang selalu ada jika tak ada siang!
Oh, Malam, malam yang, oh, oh…Kuraakan Tisbiku melupakan janjinya. Dan kau tembok, tembok manis yang baik; yang berdiri antara rumah ayahnya dan rumahku, Kau tembok, tembok manis dan baik, perlihatkanlah celahmu tempat aku mengintip…!

(Tembok Membuka Celahnya)

Terima kasih tembok yang agung, Tuhan merah matimu!

(Piramus Mengintip Melalui Celah Jari)

Tapi apa yang kulihat? Tak ada Tisbiku disitu! Oh kau tembok keparat, lubangmu tak memperlihatkan apa-apa Semoga runtuh batumu karena kau telah menipuku!

PIRAMUS MENYEPAK TEMBOK HINGGA TERPUTAR-PUTAR. MASUK TISBI

TISBI  
Oh, Tembok, sering benar kau mendengar ratapanku, karena aku pisahkan Piramusku dari padaku!  Bibir delima sering benar mencium batu-batumu, Batu-batu yang disusun dengan aduk pair dan kapur.

PIRAMUS  
Kurasakan suara Kini aku akan mengintip agar ku dengar wajah Tisbiku. Tisbi!

TISBI  
Kekasihku! Kupikir kaulah kekasihku!

PIRAMUS  
Pikiorlah semaumu! Memang akulah kekasihmu. Dan seperti Romeo aku tetap setia padamu!

TISBI  
Dan aku seperti Yuliet sampai akhir hayatnya.

PIRAMUS  
Seperti Rama kepada Sinta aku padamu!

TISBI  
Akupun seperti Sinta kepada Rama selalu setia!

PIRAMUS  
Oh, ciumlah aku melalui celah-celah tembok ini!

MEREKA MENCIUM CELAH-CELAH DINDING

TISBI  
Oh lubang yang kucium, bukan bukan bibirmu sama sekali.

PIRAMUS  
Maukah kau menemuiku, di makam Ninus?

TISBI  
Hidup atau mati, aku segera datang!

PIRAMUS KELUAR KE KANAN, TISBI KELUAR KE KIRI.

TEMBOK  
Begitulah aku si tembok telah berjasa. Setelah begini sebaiknya aku pergi saja. 

(PERGI. MASUK SINGA, CAHAYA BULAN DAN ANJING)

SINGA  
Nyonya-nyonya, hatimu yang lembut mudah takut bahkan melihat hantu tikus yang paling kecilpun. Silahkan menggigil ketakutan karena melihat aku di sini. Jika singa meraung dengan jalangnya. Maklumlah saya ini… 

(Nama Pelaku)

Seorang guru SD di…Bukan singa sama sekali, bukan pula singa kejajaden, Saya kebetulan ditugaskan menjadi singa, Sebuah tugas yang sial bukan? Tapi biarlah, sekarang si Bulan mau bicara.

BULAN  (Gugup) 
Lentera ini maksudnya cahaya bulan…Lentera ini cahaya bulan…Aku sendiri disuruh jadi bulan, eh, berperan jadi, eh… 

(Aku Gugup)

Apa yang bisa aku katakana adalah, lentera ini cahaya bulan Dan aku orang yang ada di bulan, eh…Dan kayu baker ini punya saya, dan anjing ini…. Anjing, saya… eh.. eh…

(MASUK TISBI)

TISBI  
Ini dia makam Ninus, dimanakah kekaihku…?

SINGA  (Meraung)
… oh…

TISBI MENJERIT DAN MELARIKAN DIRI, MANTELNYA JATUH. SINGA MENGOYAK-KOYAK MANTEL TERSEBUT. LALU KELUAR. MASUK PIRAMUS

PIRAMUS  
Bulan manis, terima kasih atas cahayamu. Terima kasih karena kau bersinar terang sesekali,
Karena dalam cahayamu kemilau agung itu. Dapat kulihat wajah Tisbiku yang manis.
Tetapi apa ini? Astaga, sungguh malang, Kejadian ngeri, apa yang terjadi! Mataku, kau lihatkah?
Betapa mungkin? Oh malang! Oh sial! Mantelmu yang indah, Berlumuran darah! Kemarilah, nafsu amarah! Oh nasib, datanglah, datanglah! Tumbuk dan tindas Hantam dan gilas, lindas tandas!

(Mengamuk Sendiri)

Oh alam, mengapa kau ciptakan singa? Singa buas telah memakan kekasih hatiku.
Oh, kekasih hati, kekasih tercantik, Kekasih tersayang, kini tiada, tiada, tiada…

(Menangis)

Air mata, enyahlah! Pedangku, cabutlah nyawaku. Bunuhlah sipiramus. Nah, tikam, tikam, tikamlah. Dimana hatiku berdetak. Biarlah aku mati, Biarlah aku mati, oh, oh. Sekarang aku mati. Aku mati, Jiwaku melayang di udara Lidahku, kelulah. Bulan, enyahlah! Kini aku mati, mati, mati, mati, mati, mati…

BULAN KELUAR. PIRAMUS MATI. MASUK TISBI

TISBI  
Tidur, merpatiku? Oh, mati sayangku? Piramus, bangkitlah! Bicaralah, kau bisu? Mati, mati
Nisan harus menutup matamu yang manis? Bibir yang bagus ini, Hidung yang bangir ini
Dahimu kemilau. Kini tiada, tiada, tiada…Yang sedang pacaran, marilah merintih…Matanya yang hitam kini sudah redup. Oh, Dewi Trimurti Kemarilah ! Dengan matamu yang putih bagai susu, letakkan dengan kasih sayang pada rambutnya yang hitam berombak. Lidahku, kelulah
Inilah pedangnya; Tikamlah dadaku, tembus, Selamat tinggal kawan-kawan. Tisbi mau mati
Bye, bye, bye…

CAHAYA BULAN DAN TEMBOK MUNCUL LAGI, JUGA SINGA DAN ANJING, MEREKA MENGGOTONG MAYAT KELUAR.


SELESAI

1 komentar:

  1. The Most Iconic Video Slots On The Planet - Jancasino
    The most iconic video slot is the 7,800-calibre jancasino slot machine novcasino called Sweet Bonanza. This slot https://tricktactoe.com/ machine was developed in 2011, developed worrione in the same studio https://jancasino.com/review/merit-casino/ by

    BalasHapus